Chapter 59.

5.7K 462 31
                                    


Sesuatu yang bergerak dikaki ku membuatku terkesiap dan aku membuka mata secara spontan. "J-jungkook?" Aku tersedak.

"Hai." Jungkook berbisik dan bergerak menghampiriku.

"Hai." Aku membalasnya. Aku melirik kearah jam digital disebelahku, jam 04:37. Keadaan kamar memang gelap tapi tubuhnya yang sempurna disinari cahaya dari luar. Fajar belum menyingsing tapi pekatnya malam akan berlalu, aku mengusap mataku agar sepasang mataku bisa terbuka dengan sempurna. Aku melihat Jungkook duduk ditepi kasurku. Rambutnya sedikit acak-acakan dan dia terlihat murung.

"Kenapa kau disini?" Aku berbisik.

"Karena tempatku disini." Dia merangkak mendekatiku dan memelukku. "Aku mencintaimu." Bisiknya saat membungkus tubuhku dengan erat, dia menanamkan ciuman di ujung kepalaku berkali-kali. Aku mengelus punggungnya, aromanya seperti rumah sakit. Kenapa dia disini sekarang? Dia seharusnya di rumah sakit.

"Kenapa kau sudah pulang?" Tanyaku saat dia melepaskan pelukannya.

"Aku merindukan mu." Dia memegang rahangku dan menyerang bibirku dengan bibirnya. Dia menciumku dengan keras, lidahnya menyerang mulutku, dan sepertinya putus asa dan membutuhkanku. Hampir tidak memberikan ku kesempatan untuk mengambil udara. Dia menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku. Tangannya bergerak kepahaku dan terus merayap hingga kepangkal pahaku, dia melepaskan ciumannya saat menarik turun celana dalamku.

Saat kami bertatapan aku bisa merasakan kesedihanya, dia tersenyum kecil padaku. "Aku mencintaimu." Dia berbisik di bibirku. Ibu jarinya menelusuri bibirku.

"Aku mencintaimu, Jungkook." Bisikku. Apa yang terjadi padanya?

"Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku." Dia menjalankan hidungnya di hidungku dan pipiku sementara tanganya masuk kedalam bajuku dan menyetuh payudarku yang mengencang seketika saat merasakan sentuhannya. "Aku akan melakukan apapun agar kita bisa bersama." Dia menciumku lagi, dengan serakah dan menuntut. Tubuhku mengejang di bawahnya, ototku menegang saat merasakan sentuhannya.

Aku menarik tubuhnya dengan kakiku yang melingkar di pinggangnya. Merasakan ereksi bergesekan dengan kewanitaanku, dia melenturkan pinggangnya dan menggesek ereksinya yang masih terbalut celana denimya ke kewanitaanku, membuatku mengerang dan mengejang. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi dia seperti begitu membutuhkanku. Aku menggegam tepi bajunya dan menariknya keatas hingga lolos dari kepalanya. Dia bernapas dengan berat di wajahku. Jungkook melepaskan baju yang kupakai dari tubuhku, dia menyeringai dengan penuh nafsu saat berhasil membuatku telanjang. Tangan panjangnya meraba tombol lampu tidur dinakas dan menyalakannya.

"Kau sangat indah." Dia berbisik. "Aku adalah pria brengsek yang beruntung yang bisa mendapatkanmu."

"Mereka bilang pria brengsek membawakan surga ke dalam paha para gadis. Aku menyukai pria brengsek." Aku menggigit bibirku saat melihat wajah Jungkook yang begitu sensual dan terbakar. Hanya dengan tatapannya dia mampu membuat darahku bergejolak dengan begitu bergairah, hingga denyut di semua nadiku meningkat dengan cepat.

Lalu bibirnya ke bibirku lagi, melumat bibirku, mengambil semua yang aku beri. Dia mengerang lebih keras. Setelah pertengkaran kami tadi, setelah kami saling menyakiti kami masih mempunyai satu sama lain. Tak perduli jika kami akan terus saling menyakiti, tak perduli seberapa sering kami berpaling, kami akan kembali bersama, aku dan dia adalah satu. Dan itu membuat ku semakin bergairah, hingga hasratku semakin tinggi dan meletus. Aku yakin dia merasakan hal yang sama sepertiku, karena dia menginvasi rongga mulutku tanpa ampun dan begitu serakah. Aku mengerang, menjalarkan jemariku di rambutnya yang lembut. Didorong oleh keliaran dirinya, dengan cepat dia mencium wajahku, mataku, pipiku, sepanjang rahangku.

Vengeance (S1) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang