Chapter 45.

4.3K 510 5
                                    


"Kyra, Jahee..." Suara ibuku terdengar di belakangku. Aku menoleh dan mendapati ibuku masuk dengan tergesa-gesa, wajahnya penuh dengan ketakutan. "Sayang, bersembunyi lah," Ibuku menarik pergelangan tanganku dan mulai menyeretku. "Jahee, tolong jaga Kyra. Ayahmu sudah pulang dan dia mabuk. Kalian harus bersembunyi."

Aku mulai menangis. "Apa dia akan memukuli mom lagi?"

"Tidak sayang, mom hanya akan berbicara padanya." Ibuku menangkup wajahku dan mencium keningku. Dia memberikan senyuman hangatnya untukku. "Jahee, bawa Kyra. Jangan keluar sebelum aku menyusul kalian."

"Tidak mau, aku tak mau monster itu memukulmu bu..." Aku mulai terisak.

Jahee terus menarik pergelangan tanganku, boneka ku lepas dari gengamanku dan Jahee terus menyeretku hingga keluar dari ruangan. Dan semua berubah menjadi gelap, hanya ada aku dan Jahee di tempat dengan kegelapan yang tak terbatas.

Kami berdiri disana, didalam kegelapan. Yang bisa kulihat hanyalah wajah Jahee yang samar-samar terlihat. Wajahnya kabur namun aku tetap bisa merasakan sentuhannya. Suara teriakan terdengar dari luar, teriakan kesakitan dan sangat pedih.

"Kyra, jangan menangis. Tutup matamu dan kupingmu," Jahee menuntun tanganku bergerak menutupi telingaku. "Semua akan baik-baik saja, Kyra. Jangan dengar kan apapun." Bisiknya.

Aku melihat sebuah pintu terbuka, dan melihat monster itu sedang memukul ibuku. Aku berlari menuju pintu itu, tapi semakin lama pintu itu semakin menjauh dan terus menjauh. Aku terus berlari tanpa bisa menggapai pintu itu.

Tidak!

Jeritanku memantul dari dinding kamarku dan membangunkan ku dari mimpi buruk ku. Aku bermandikan keringat dan dengan ketakutan dari siksaan yang telah menimpa ibuku. Terbangun, aku meletakkan kepalaku ditanganku. Mencoba menarik napasku dalam-dalam agar detak jantungku yang meningkat kembali tenang.

Monster sialan! Bahkan dalam mimpi pun dia membuatku ketakutan.

Belakangan aku bermimpi buruk tentang masa laluku, dan itu membuat kepalaku pening. Seberapa kencang aku berlari, seberapa jauh aku melangkahkan kakiku, tetap masa laluku terus mengejarku.

Aku kembali merebahkan tubuhku di atas kasur. Menatap langit-langit kamarku. Mencoba mengembalikan diriku dari ketakutan yang begitu nyata. Bahkan aku memimpikan Jahee, dia adalah anak yang tinggal bersamaku saat aku dan ibuku tersekap di rumah monster itu. Jahee adalah anak lelaki monster itu, meskipun begitu Jahee berbeda dengan monster itu. Bisa di bilang Jahee adalah pelindung ku dan satu-satunya teman yang ku punya saat itu. Kehadirannya didalam mimpi ku, membuatku merindukannya.

Entah berapa lama aku menatap langit-langit hingga suara berdengung dari ponselku terdengar. Aku bergerak meraih ponselku yang tergeletak diatas nakas.

Jungkook.

Aku dengan segera menjawab panggilannya.

"Hai, tukang tidur. Selamat pagi..." Sapa Jungkook. Aku mendengar kekehan kecilnya.

"Hai" Gumanku dengan suara serak. "Kau sedang apa?" Aku memijat mataku, mimpi buruk tadi membuat mataku lelah.

"Sedang melihatmu."

"Aku tahu itu. Maksudku, kau sedang bersama Mirae atau sedang melakukan apa?"

Jungkook terkekeh lagi. "Aku sedang di kamar hotel, Mirae sedang di restoran hotel bersama teman-temannya."

Aku merengut, bibirku mengerucut. Perasaan tak berdaya dan cemburu ini membuat dadaku sesak, rasanya aku ingin segera menyingkirkan Mirae apapun caranya. Aku menguap, terbangun dengan mimpi buruk bukanlah cara bangun tidur yang aku inginkan. Meskipun aku telah tidur cukup lama namun mimpi buruk membuat mataku terasa begitu lelah. Terlebih lagi semalam aku, Eunha, Jimin dan Taehyung- ah, benar Taehyung. Ciumanku dengan Taehyung diruang utama! Apa Jungkook sudah mengetahuinya? Tapi kalau sudah kenapa dia tak bilang apa-apa? Kenapa dia biasa saja? Atau memang- dia belum melihatnya? Apa aku harus mengatakannya sekarang?

Vengeance (S1) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang