Chapter 34.

5.7K 587 14
                                    


🔞 Mengandung unsur dewasa.

Jungkook menggendongku sesaat aku turun dari mobil, mobil yang terparkir sempurna diantara mobil mewah lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungkook menggendongku sesaat aku turun dari mobil, mobil yang terparkir sempurna diantara mobil mewah lainnya. Akhirnya aku mengetahui dimana mobil Audi ku terparkir, di bagian basement gedung ini. Jungkook mempunyai sebuah garasi yang cukup luas, yang menampung lusinan mobil mewahnya. Garasi yang mempunyai lift sendiri yang langsung mengakses ke penthousenya. Bagiku Grand hill adalah sebuah benteng, karena memilik tingkat keamana yang tinggi.

Jungkook menggendong ku hingga sampai kedalam tempat kami, aku mengalungkan tanganku kelehernya. Memandangi wajahnya yang begitu menawan dari jarak sedekat ini tak pernah membuatku bosan, dia begitu tampan. Potongan wajahnya seperti sebuah pahatan maha karya yang agung. Apa aku pantas mendapatkan dia?

Jungkook menurunkaku dari gendongannya saat kami memasukan ruang utama dan saat itu mataku langsung menangkap sesuatu yang ku kenal. Taehyung dan Jimin duduk dengan santai di sofa di ruang utama. Aku menghentikan tawaku, dan menoleh ke arah Taehyung. Aku tersenyum padanya dan ia membalasnya dengan sebuah senyuman kecil. Astaga, aku sangat rindu padanya.

"Hey, si pembuat onar sudah di temukan." Sapa Jimin saat Jungkook dan aku melewati mereka.

Aku hanya menggidikkan bahuku dan tersenyum kearahnya. Ini pertama kalinya lagi aku melihat mereka, melihat Taehyung. Sungguh aku merindukannnya, dia membuatku nyaman dan dia sudah menjadi teman yang baik untukku, tentu saja aku merindukannya. "Kenapa mereka disini?" Tanyaku saat kami masuk kedalam kamar.

"Hanya untuk mengganggu," Jungkook kembali menggendongku, dia menggendongku dari depan pintu kamar kami hingga ke atas kasur berukuran king-size kami.

Aku terkekeh saat dia melemparku keatas kasur dengan kasar, "Hati-hati Master Jeon, barang pecah belah."

Jungkook tertawa kecil seraya membuka setelan yang ia pakai, jas berwarna biru navy yang ia jatuhkan ke lantai. Matanya yang intens dan liar tetap menatapku secara dalam, "Jangan menggigit bawah bibirmu, noona. Kau tahu itu melemah kan ku."

"Aku lapar," Aku berkedip ke arahnya, terengah-engah, membebaskan bibir.

"Kau belum makan?"Jungkook membuka kancing waistcoat-nya dan menjatuhkan dilantai, menyisakan kemeja putih dan dasi biru gelap di tubuhnya.

"Menu utamaku baru saja dihidangkan," aku terduduk dengan siku yang menahan tubuhku.

"Apa itu aku?" Aku mengangguk pelan. Oh, Jungkook-ku... Dia terlihat begitu seksi dan menggiurkan, begitu sensual dan begitu dominan.

Jungkook melonggarkan tali dasi sutranya yang berwarna biru gelap, dia merangkak diatas kasur menghampiri ku. Mata kami bertemu, dia duduk tepat dihadapanku. Matanya yang hitam gelap membara, siku bertumpu di lutut, kakinya terpisah. "Apa yang harus kulakukan pada gadis pembuat onar seperti mu, noona?" Bibirnya melengkung seperti tersenyum, dan mataku tertarik pada mulut yang indah dipahat itu.

Vengeance (S1) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang