Ini aneh (2)

23 4 0
                                    

“Iya Malik, dia suka sama lu,” jelas Key lalu pergi begitu saja.

“Gak jelas,” timpalku dan langsung ke toilet untuk berganti pakaian.

Selama berjalan sepanjang koridor, ya pastinya aku kepikiran dengan perkataan Key tadi. Bagaimana bisa? Aku saja tidak pernah berbincang dengannya. Jangankan berbincang, menatap wajahnya saja aku tidak pernah, bagaimana ia bisa menyukai ku?

Bukan Fada namanya kalau tidak bergerak untuk usut tuntas kejanggalan itu. Bukan Fada namanya kalau tidak menggali yang belum jelas kebenarannya. Ya aku berencana untuk memecah kejanggalaan ini. Bahkan di toilet saja aku memikirkan langkah kedepan yang akan ku lakukan. Bukanya kata orang-orang di toilet lah kita menemukan banyak ide ? barangkali kali ini aku beruntung dan mendapatkan ide bagus.

~

“Nah sekarang kan kita udah dapet susunan divisi nya kan, sekarang kita lanjut aja biar cepet mendingan atur dulu jadwal kita, dari foto sebangku, foto pribadi, foto kelompok, dan lain lainya itu,” kata ketua kelas yang sangat gesit.

“Gini guys, kita tulis dulu aja seminggu kedepan itu agenda kita ada apa aja? Jadi biar gak bentrok, takutnya kita udah buat jadwal foto, eh bentrok sama jadwal sekolah,” kata ku mengusulkan

“Bener juga, tolong tulisin dong Fa, lo kan suka nulis,” kata ketua kelas sambil menyodorkan spidol yang ada di tangannya.

“Iya sini,” jawabku sambil mengambil spidol itu dan maju ke depan.

“Halo halo semua! Minta perhatiannya sebentar, lagi rapat ya? Bapak minta maaf telah mengganggu, tapi bapak minta izin untuk tukeran kelas ya sama kelas sebelah, bapak mau menerangkan tapi ada kendala di proyektor, berhubung kelas ini bisa, bapak mohon kesediaannya untuk tukeran ya Nak, di pelajaran bapak saja kok, nanti kalian boleh tukeran lagi,” kata Pak Tito, guru matematika yang tiba-tiba datang ke kelas.

“Baik pak gak apa apa, kami segera bersiap,” jawab ketua kelas.

“satu orang tolong fotoin catetan kita yang di papan tulis ya, kalau udah langsung hapus, privasi kelas soalnya,” perintah ketua kelas.

Tadinya Sarah yang mau mengambil gambar, tapi aku minta biar aku saja yang mengambil gambar, dan Dinda yang menghapus tulisan di papan tulis itu.

Sambil membereskan tas, aku langsung merencanakan strategi bersama Dinda. Tanpa sedikit keraguan, kita mulai dari sekarang. Kami berjalan ke kelas sebelah, dan anak kelas sebelah pun masuk ke kelas kami.

Pas sekali Malik ada di depan. Wajah kami berhadapan. Mata kami saling bertemu. ‘Ini aneh’ gumamku. Aku gugup sekali ketika menatap lurus bola matanya yang hitam. Mengapa aku yang tidak kuat menahan tatapnya, bukanya ia yang seharusnya tidak kuat?

Selepas itu aku mempercepat langkahku supaya aku bisa mendapatkan duduk di bangku yang tidak goyang-goyang supaya aku bisa duduk dengan nyaman dan tenang.

“Gimana Din? Ini aneh parah,”

“Iya gimana sih Fa, kok lu yang jadi gelagepan. Aturan kan yang gelagepan dia, payah nih gak jago main peran nih lo,”

“Lo pikir gue sengajain melenceng? Enggak lah Din, udah udah langsung aja gimana tadi hasilnya?”

“Nih gini Fa, jujur ini gak sesuai rencana kita. Gak gagal gagal amat sih, tapi melenceng juga hehehe,”

“ Serius? Yaudah jelasin gimana?”

“ Jadi, tadi kan pas lu cepet cepet jalan, dia perhatiin lu sampe balik kebelakang ngeliat lu, nah gue langsung jalan kedepan dia kan, sempet kaget pas dia mau jalan karna didepannya ada gue, dia ternyata tinggi juga ya, gue sampe sakit leher belakang gue,”

“Udah soal itunya gausah dijelasin juga Din, gue penasaran,”

“Sabar dong, nah gue langsung ngomong aja tuh, gue tanya ‘lo suka  sama Fada?’ nah dia langsung jleb pucet, sempet diem sebentar, terus gue tanyain lagi, dan dia jawab ‘Kok jadi lu yang nanya? Di suruh dia?’ dia malah nanya balik dong Fa, gue bingung banget pokoknya setelah gua cecer dan dia bilang ‘Bilang sama dia, jangan pakai perantara kalau mau tau’ dan dia langsung jalan men, asli menurut gue dia misterius banget sih Fa,”

“Asli lo Din? Gila ini tuh gak sesuai rencana kita, dan mutlak melenceng, tapi iya sih dia misterius juga orangnya,”  

“ Terus gimana lagi Fa? Mau lo udahin sampe sini aja misi lo atau gimana?”

“menyerah bukan bagian dari hidup gue Din, gue masih punya banyak cara,”

“ Udah gue duga sih, terus langkah selanjutnya apa?”

“ gue bakal ikutin jalan main dia, tanpa perantara,”

“maksudnya?”

“gue yang bakal terjun sendiri, Din”

“Lo yakin? Nanti kalau ini semua gagal gimana?”

“Gue sih gak ngebayangin gagal, bahkan buat nanti pulang sekolah kayanya bisa di jalanin,”

“Ada bagian gue gak?”

“Gak ada kok, kalo yang itu nanti masih gagal, baru gue minta bantuan lu,”

“Ok Fa”

*saat pulang sekolah*

Saat bel berbunyi, aku langsung bergegas untuk membereskan buku dan bersiap  untuk melanjutkan rencana. Aku berdiri di balkon depan tangga, sambil menunggu kelas sebelah keluar.

Malik dan sekelompok temannya sudah mengetahui keberadaan ku, dan terlihat seperti sedang merencanakan sesuatu.  Setelah beberapa menit, dan area koridor mulai sepi, akhirnya mereka keluar kelas, dan berjalan di depan ku.

“Malik, gue mau ngomong sebentar,” panggil ku, sontak membuat teman-temannya ikut berhenti dan melihat ke arah ku sambil meledek.

“Maaf ya gak bisa, udah mau sholat jumat soalnya,” kata Malik sambil menempelkan kedua telapak tangannya

“Lain waktu ya,” tambahnya sambil berjalan dan turun tangga. Dari bawah tangga pun masih terdengar ledekan-ledekan temannya.

‘sial gagal lagi, rumit banget sih tuh orang’ gumamku.

FADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang