DALAM PERBINCANGAN

15 4 0
                                    


Malam ini aku berniat untuk mengirim pesan kepada Malik. Aku pikir, mungkin kalau di sosial media, ia lebih beda. Dinda dekat dengan saah stau temannya Malik, dan ia berhasil mendapatkan contac person  nya Malik dari temannya itu. Sempat bimbang sekali, di sosial media saja aku gugup. Dinda selalu membujuk ku untuk berani membuka obrolan di sosial media.

‘tarik nafas..buang’ ucapku sambil menghela nafas mempersiapkan diri.

Seperti biasa aku memulai obrolan kepada orang lain, dimulai dengan salam, dan menyebut namanya. Sudah hampir satu jam pesan ku tidak ada balasan. Sembari menunggu balasan darinya, aku melanjutkan mengerjakan tugasku yang tadi belum sempat ku selesaikan.

Ada bunyi notifikasi pesan singkat, dengan cepat ku lihat dari siapa pengirimnya, dan ternyata itu adalah Kinna. Aku kira pesanku sudah dibalas.

"Fa, udah ngucapin selamat ulang tahun ke Oza?"

Bisa-bisanya aku lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahun Oza. Aku belum sempat mengucapkan selamat kepadanya. Tapi aku tak ingin mengucapkan lewat pesan singkat, aku tak ingin membuka ruang pesannya itu lagi. Masih terlau perih kalau kebaca.

Sudah hampir 3 jam pesan ku belum dibalas, padahal aku sudah 4 kali mengirim pesan di waktu yang berbeda-beda. Apa ia menggunakan fitur filter? Apa ia sedang sibuk? Apa ia tak mau diganggu? Apa ia tak berani membalas pesanku? Apa ia tak ingin besok saja membalas pesan ku? Apa dia gak ada jaringan internet sehingg atidak bisa membalas pesanku? Banyak sekali kemungkinan yang tak tau kemungkinan mana yang benar. ‘kayanya lebih baik aku tunggu besok pagi, mungkin ia terlau lelah jadinya ketiduran’ gumamku sambil mematikan dan menutup laptop ku.

~

Sudah pagi pun aku tidak menerima balasan pesanku dari Malik. Tapi setelah ku perhatikan, ia mengubah tampilan beranda nya, tapi tidak membalas pesan ku. Sedih tidak namun kesal iya. Akan ku ceritakan semua nya kepada Dinda dan aku akan membuat rencana selanjutnya.

Sesampainya disekolah, berhubung Dinda belum tiba, aku memilih untuk menemui Oza, sambil membawa powerbank milik Kinna yang tertinggal di kedai waktu lalu. Aku tahu betul jam segini ia biasanya sudah duduk manis dikelas. Dugaan ku tepat, ia sudah duduk manis bersama buku tulis yang ada di meja nya. Kebiasaan yang belum dihilangkan, mengerjakan tugas rumah di sekolah.

“Za,” panggilku dengan berani tanpa sedikit keraguan.

“Kenapa?” ia menjawab tanpa memandang siapa yang berdiri di sampingnya.

“Selamat ulang tahun, semoga yang lu dambakan selama ini bisa segera terwujud,” mungkin sudah mengenal suara ku, ia langsung menoleh.

“Fada?” aku hanya menjawab dengan senyuman.

“Sorry telat ngucapinnya,”

“Makasih Fa, gue kira lu lupa dan gue kira jug alu gak mau ngucapin, gue nungguin Fa,”

“Lain kali gausah ditungguin Za, gue balik ke kelas dulu,” ucapku di luar kendali. Kali pertama aku bisa mengatakan se ketus itu kepadanya.

“Fada tunggu,”

Apa ini? Ia menarik tanganku? Kenapa jantung ku kembali berdebar tak biasa? Masih belum terima kah aku dengan semua yang sudah usai?

“ Kenapa Za?” ia mengerti dengan tatapan ku yang secar atak langsung meminta untuk melepas tanganku.

“Sorry sorry, sebentar”

“Ada apa lagi?” tanya ku kepadanya karena ia seperti sedang mencari sesuatu di dalam tasnya.

“Ini buat lu, gue kira kemarin lu bakalan dateng ke rumah,” ia memberiku sebuah kotak kue.

Ini kan kue rasa vanilla tiramisu? Dia masih ingat rasa kue kesukaanku?

“ Masih inget ?”

“Vanilla tiramisu?” Tanya nya dan aku hanya mengangguk.

“Inget lah Fada, masa gue lupa sih, kita kan..” belum selesai ia mengucap lanjutan katanya, aku sudah mengira jawabannya, dan aku tidak ingin mendengarnya.

“Gausah dilanjutin, by the way makasih ya, gue balik ke kelas dulu,” tukas ku memotong pembicaraan dan langsung pergi meninggalkannya.

Kenapa? Kenapa disaat aku ingin melupa, kenapa semua terasa berubah? Kenapa ia bisa bersikap seolah tidak pernah ada apa-apa, tidak ada luka? Sekeras itu hati nya?

Pada saat menuju kembali ke kelas, bersamaan dengan Kinna yang baru tiba di sekolah. Aku langsung menariknya menuju toilet.

“Fa, lo kenapa?”

“Gue gak ngerti lagi sama Oza, dia ngasih kue kesukaan gue, emangnya kemarin pas acara, ada kue rasa vanilla tiramisu, Kin?"

“Enggak, yang kemarin buat jadi suguhan sih gak ada rasa yang berbau vanilla atau tiramisu, dari sekian kue yang ada ya,”

“Dan lo tau? Dia tadi narik tangan gue, Kin”

“Fa, jangan terlau diambil pusing, gue takut lo malah down, positif thinking aja, mungkin dia ya cuman sekedar mau ngasih, udah lah vanilla tiramisu doang, ntar gue beliin,”

“Ah rese lo, nih powerbank lo ketinggalan pas Jumat kemarin,”

“Ih pantesan gue kira jatoh di jalan,btw makasih Fa.Yaudah balik ke kelas gih, eh denger denger lo lagi deket sama anak kelas sebelah ya?”

“Ceritanya panjang, lain kali aja gue ceritain,”

“Awas lo sampe gak jadi, gue gak beliin kue ,”

“Eh jangan dong, iya nanti gue ceritain,”

“Bye Fa!”

~

Jam mata pelajaran kedua telah selesai. Selanjutnya adalah pelajaran Agama, seperti biasa setiap pergantian pelajaran aku selalu keluar kelas bersama Dinda, menghirup udara segar di luar kelas, sembari melihat anak-anak dikelas lain yang sedang fokus menghadap ke arah papan tulis.

“Din, tadi Oza ngasih gue kue, dan yang mesti lu tau,tadi dia narik tangan gue,”

“Haduh haduh Fada, udah yaa.. gak usah deh baper sama hal hal kaya gitu dari Oza, itu tuh dia care sama lo, karena dia nganggep lo sahabat, gak lebih, jadi lo gak perlu baper karena sikap dia yang kaya gitu. Kue paling sisaan,”

“Jangan gitu Din,”

“Tuhkan lo gitu, kan udah janji sama gue gak bakal baper lagi sama Oza, lo punya tantangan baru, ayo lah jangan lemah gini,”

“Apaan, gue ngechat Malik aja di agak respon, sok jual mahal banget tuh orang,”

“Ih lo nyerah? Lo gak kuat baru kaya gitu?”

“Ya tapi makin keisni gue ragu Din, aneh aja gitu. Kalau emang dia ada perasaan sma gue, gue mulai topik, dia respon dong, gak mungkin banget dia gak liat chat gue, sebanyak apa tuh official account yang ada di roomchat nya,”

“Nah itu dia, berarti dia beda sama cowo lain Fa, gue yakin banget dia punya perasaan sama lo dan dia tuh sosok laki-laki yang beda,”

“Sok tua, masih kecil sok tau –tau an lo,”

“Oh ya Fa, tadi masa temen gue itu bilang kalau Malik cerita ke geng nya kalau lu ngechat dia di line,”

“Seriusan lo? Apa apaan sih tuh manusia,”

“Sabar Fa, tapi gue mikir ada maksud lain dia kayak gitu,”

“ Gue punya ide Din!”

“Ide apa? MM?”

“MM apa?”

“Misi Malik, hehehe”

“Manusia aneh,”

“Apa Fa, misi nya?”

“ Pokoknya nanti pulang sekolah kita jalanin,”

FADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang