PUISI

3 0 0
                                    

Sudah menjalankan peran sebagai siswi SMA selama genap dua minggu, aku semakin merasa ingin untuk menjadi aktif kembali seperti masa SD. Setelah selama tiga tahun di SMP aku merelaksasi kan diri untuk tidak terlalu aktif di sekolah,kini waktunya aku bangkit.

Kemarin aku di pilih untuk menjadi calon pasukan pengibar bendera untuk di hari kemerdekaan satu bulan lagi. Di pilih dari postur tubuh,ternyata aku lolos. Pada saat itu aku merasa biasa saja karena hal itu bukan pertama kali untuk ku, aku sudah terlalu sering menjadi pasukan pengibar bendera, pengibar bendera, bahkan pemimpin upacara. Sehingga aku tidak terlalu terkejut saat terpilih.

Sore ini, ada jadwal pertemuan calon pengibar bendera dengan panitia di sekolah. Dalam pertemuan ini membahas tentang barang-barang yang di perlukan selama latihan serta jadwal latihan. Jadwal latihan terbagi sebanyak 3 kali pertemuan dalam seminggu.

Perlengkapan yang harus di bawa selama latihan itu ada nametag, handuk kecil,air mineral kemasan satu liter, serta warna baju latihan yang disesuaikan dengan hari latihan.

Setelah berkumpul dengan para calon pasukan pengibar tadi, kalau dilihat lihat ya, banyak juga peserta nya. Selama dua minggu kedepan termasuk hari hari seleksi. Dimana pertengahan bulan akan ada penyisihan peserta. Aku gak terlalu berharap banyak, hanya yakin saja kaalu aku pasti lolos.

Karena waktu sudah menunjukkan pukul lima sore,dan petugas keamanan sudah menghimbau untuk keluar sekolah,kami pun bergegas untuk pulang. Dari kejauhan aku melihat sosok laki-laki berdiri di dekat gerbang sekolah. Dari postur tubuhnya aku mengenal sosok laki-laki itu. Aku berjalan semakin mendekat dan ia menoleh ke arah ku.

"Malik? Lo ngapain?" Tanya ku yang sangat kebingungan dengan keberadaan nya disini.

"Fada, kita harus bicara," Jawabnya dengan raut wajah seperti sedang menutupi sesuatu.

"Di sini?"

"Di kedai depan SMP,"

"Gak bisa lama-lama, udah sore Malik"

"Gapapa,cuman mau menyampaikan sesuatu aja,"

Kemudian ia langsung mengajaku untuk naik ke atas motor nya itu dan meninggalkan sekolah ku. Pikiran ku berjalan lebih jauh nan luas dari kemana kami akan berpijak. Entah apa yang ingin disampaikan,aku sama sekali tidak ada persiapan.

Kami tiba di kedai tempat biasa kami berbincang. Di atas meja sudah ada makanan dan minuman yang entah sejak kapan ini sudaj tersaji.

"Duduk, Fada" Pinta nya.

"Mau ngomongin soal apa? Kayanya penting banget ya?"

" Hmm mau sharing juga sih.. Menurut Fada, terbuka ke orang yang kita sayang itu perlu nggak sih?"

"Ya perlu lah, orang terbuka karena percaya. Orang bisa sayang karena orang lain itu udah percaya sama kita,jadi salah sayang adalah salah satu bentuk menghargai kepercayaan, ya itu menurut Fada,"

"Kalo menurut Malik dan perspektif laki-laki yaa, laki-laki kalau punya perasaan lebih ke seseorang secara bertahap dia akan ceritain tentang yang berkaitan dengan dirinya ke seseorang itu. Entah itu masa lalu nya atau kondisi lingkungan nya dia,bahkan ke hal yang bisa dibilang gak penting sekalipun,"

"Hmm..mending langsung aja deh ke topik apa yang mau di sampein, waktunya udah makin sore,"

"Oh iya..jadi gini. Masih inget kan sama perempuan yang kagum sama puisi ku di beberapa hari lalu aku cerita?"

"Iya,kenapa?"

"Ya semakin hari dia semakin nunjukin kalau dia kagum gak cuman ke karya ku, dia juga kagum ke aku. Puisi itu selalu jadi topik perbincangan kita. Dia selalu minta dibuatkan puisi meskipun hanya se bait,"

"Terus Malik kasih?"

"Iya sebaris,"

"Ya jelas lah. Ada hal lebih yang Malik kasih kedia walaupun cuman sebaris puisi. Kenapa dibilang lebih? Apa Malik kasih juga puisi itu ke teman lain? Enggak kan? Ya wajar aja kalau dia justru kagum ke Malik juga. Nah loh tanggung jawab,"

"Fada, Malik cerita gini dengan pembukaan ngomongin terbuka itu nggak buat Fada paham ya maksud Malik?"

"Pura-pura gak paham aja. Ya terus mau apa kalau udah begini? Menjauh dari dia yang notabene nya dia temen depan bangku kelas Malik?"

"Malik nggak ada perasaan lebih ke dia,Fada"

"Kalau emang nggak ada perasaan lebih, tapi kenapa dikasih harapan lebih?"

"Fada, Malik pikir ya cuman buat obrolan belaka tentang puisi, aku sama dia sama-sama suka puisi dan menurut ku cuman itu,"

"Ya yaudah,semua kendali itu ada Malik sendiri. Fada gak bisa kasih keputusan aatu racunin Malik buat berbuat apa. Seharusnya Malik sendiri yang harus ambil alih. Jujur, salah besar kalau Malik jadiin Fada sebagai tempat pertimbangan,"

"Hey, Fada.. Kayanya kamu belum nangkep maksud aku cerita deh,"

"Sekarang gini, Malik mau nya apa?"

"Kasih saran aku harus gimana?"

"Percaya sama Fada kalau saran Fada itu bakalan sia-sia,"

"Kenapa gitu?"

"Ya karna nantinya saran Fada juga cuman jadi sekadar saran, dan Malik bakalan pakai cara Malik sendiri,"

"Enggak Fada, Malik nggak mau kemana-mana. Malik cuman mau disini. Menetap disini, di Fada,"

"Malik, Fada capek. Fada mau pulang," Tanpa menyentuh hidangan yang ada di meja,aku langsung berdiri dan berniat meninggalkan Malik.

"Fada tunggu, gak baik pulang dengan keadaan kaya gini,"

"Lebih gak baik lagi kalau Fada bertahan di keadaan kaya gini,Malik" Aku langsung berbalik badan dan keluar dari kedai itu.

Ia sempat menahan ku untuk tidak pulang,tapi tetap saja aku justru melepas kasar tangan nya dari lengan ku.

Suasana nya berubah sangat kacau. Ragu yang seharusnya perlahan memudar kini justru semakin berkuasa di hati ini. Aku justru yakin bahwa pasti ia akan memilihnya. Tidak punya alasan mendukung memang, tapi tetap itu yang aku yakini.

~

Sambil memandangi langit-langit kamar, aku berbicara dengan benda-benda tak hidup di dalam ruang ini. 'Apa aku harus mengurungkan niat ku untuk menaruh sepenuh perasaan ku kepada nya?' 'Apa aku harus mengurungkan kelanjutan misi ku yang entah apa rencana kedepan nya?' 'Apa aku harus mengurungkan keyakinan ku tentang ia sebagai penyembuh luka ku?'

Aku merasakan ada getar dering ponsel yang terasa hingga ke kasur ku. Setelah aku cek,ternyata benar itu Malik. Pasti ia akan membahas lagi soal tadi.

Aku memilih untuk tidak mengangkat panggilan dari nya. Pasti itu akan menambah buruk keadaan. Hal yang menurut ku paling tepat yaitu menjaga jarak komunikasi antara aku dengannya yang tidak tau sampai kapan.


Halooo!! On lagi nih
Happy Reading yaa teman-teman

FADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang