Usai

12 3 0
                                    

Tatapan ibu itu menatap Malik sangat pasti.
Malik hanya diam menatap ku.

"Ibu sudah kenal dengan nya?" Tanya ku dengan maksud menanyakan Malik.

"Bagaimana ibu tidak kenal, ibu akan kenal ia dan selalu ingat dia,"

Aku semakin tidak paham dengan maksud yang dibicarakan oleh ibu ini. Matanya mulai berkaca-kaca. Aku tidak ingin samakin membuat nya sedih, entah karena apa,aku langsung mengalihkan topik dengan segera membeli roti itu. Kemudian saat aku sedang bersiap untuk pulang, Malik sudah diatas motornya, aku mencoba bertanya soal tadi.

"Malik kenal ibu tadi?"

"Ayo naik Fada," Begitu pintanya, aku langsung naik dan kami segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Malik belum jawab pertanyaan Fada,"
Ia hanya diam justru menaikan kecepatan mengendarai motor ini. Kami berhenti di sebuah rumah makan.

"Malik laper?"
Tanpa menjawab pertanyaan ku lagi,ia langsung menarik tangan ku dan mengajak ku ke dalam. Ia mempersilakan ku duduk di meja dengan sepasang kursi kayu.

"Aku akan cerita kan semua hal disini,"
Ia meraih tangan ku dan terus menggenggam.

"Harus pegangan gini?"

"Aku tidak lebih dari ingin saling menguatkan,"
Kemudian aku mengangguk setuju.

"Tepat sebulan lalu aku kehilangan kakak ku. Aku berboncengan dengannya ketika ingin membeli makanan hewan peliharaan ku di kawasan jatinegara. Demi menyelamatkan seorang nenek tua menyebrang sendiri dengan sembarang,kakak ku mengalihkan stang nya kemudian kami tidak sengaja menabrak sebuah gerobak. Kakak ku terpental dengan luka parah di bagian kepala. Kami tidak tau kalau dibelakang gerobak ada si penjual. Penjualnya meninggal saat di rumah sakit,sampai sekarang belum terungkap alasan meninggalnya penjual itu.  Etalase nya pecah, dan kamu lihat ini, kaki ku penuh serpihan kaca pada saat itu. Kakak ku meninggal di tempat. Kemudian aku bertemu dengan seorang ibu dan anak kecil di rumah sakit di ruang perawatan si penjual itu,"

Semakin ia berbicara meluas,aku semakin menangis dan ia semakin erat menggenggam ku. Sungguh tidak percaya, mengapa semua bertepatan,mengapa semua saling berhubungan.

" Fada, sama seperti dirimu. Aku juga tidak percaya ini semua terjadi dan korban itu ternyata seseorang kamu kenal," Aku berusaha untuk melepas genggamannya namun ia semakin erat menggenggam.

"Fada, aku mohon jangan seperti ini,"

"Malik, ia sudah kehilangan anaknya kemudian ia kamu hilang kan dan meninggalkan  istri dan satu orang anaknya. Semua pedagang mengira ia pulang kampung,dan ternyata nyatanya ia meninggal. Terlebih ternyata kamu yang menabrak nya,"

"Fada, salah kalau kamu mengira aku sengaja melakukan itu,"

"Aku mau pulang Malik,"

"Fada, aku mohon kita selesaikan dulu masalah ini disini,"

"Masalah selesai,cerita kita juga selesai,"
Sontak wajahnya berubah pucat dan aku tak menyangka dengan kalimat barusan yang ku keluar kan.
Matanya mulai berkaca-kaca, tangannya mempererat genggaman dengan penuh getar.

"Fada jangan seperti ini Fada aku mohon"

"Aku gak mau berbicara dengan mu lagi Malik. Cukup, jangan pernah hadir lagi di dalam hidup ku,"

"Fada, kita baru saja memulai cerita kita,sekarang kamu mau mengakhiri nya gitu saja?"

"Aku tidak pernah memulai cerita dengan mu Malik,"

Matanya semakin basah,genggaman nya kiam menguat.

"Lepas tanganku Malik,aku tidak mau berada di ruangan ini bersama mu,"

"Fada aku mohon,"

"Aku ingin , dimulai dari ruangan ini kita tidak tidak akan lagi perbincangan. Aku mengurung kan niat ku untuk melangkah bersama mu Malik."
Tangan nya mulai lemas dan ia tak lagi menggenggam tangan ku. Aku lantas pergi meninggalkan nya tanpa ada salam perpisahan.
Selesai sudah antara aku dengan Malik. Entah bagaimana nanti kedepannya,maaf aku kehilangan kata-kata untuk kali ini. Masih perih perasaan ku.

--->

FADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang