Jujur

24 4 0
                                    

Kali ini aku lagi bersama Kinna di kedai yang berada di depan sekolah.  Bersama 2 vanilla bubble, dan martabak coklat keju, disini kami bercerita. Sudah menjadi agenda mingguan setiap hari jum’at kita pulang lebih lama untuk berbagi cerita. Aku masih membayangkan hal tadi. Ternyata, Malik se misterius itu. Ia gak semudah yang aku kira.

“Fa? Lo gakpapa? Bengong aja dari tadi,” ucap Kinna yang memutuskan lamunan ku.

“Hmm gakpapa, cuman lagi capek aja,”

“Lo masih kepikiran Oza ya? Oh yaa gue padahal punya cerita sol hari ini  tentang Oza,”

“Gak, Kin. Sama sekali gak kepikiran soal dia hari ini. Cerita aja kalau mau lu ceritain,”

“Iya jadi gini, tadi tuh Oza diledekin  banyak cewe dikelas. ‘oza manis’ ‘oza punya gue apaansih’ gitu gitu deh pokoknya. Nah kayanya mereka pada tau deh soal lu yang nyatain perasaan duluan ke Oza, terus gak di respon baik sama Oza, yang gue takutin ya Fa, mereka sengaja gitu buat ngeledekin lu, biar lu kesel, ditambah sebentar lagi kan Oza ulang tahun, mamanya Oza itu mau ngundang kelas kita buat ya makan-makan biasa, dan gitu mereka bener-bener exited banget, dia ngundang lu gak Fa?”

“Ngundang? Itu gak mungkin Kin, bahkan diundang sekalipun gue gak mau dateng. Gue gak mau terlibat lagi di kehidupan dia, gue batalin rencana gue buat balik lagi kedia itu gue batalin Kin. Bener, hati gue gak siap buat nanggung sakit yang sama untuk kedua kalinya. Perjalanan gue masih panjang, gue gak mau stuck di dia aja. Kalau ikhlas adalah jalan yang ada dan itu baik, kenapa enggak gue pilih?”

"Fada, gue tau ini gak gampang buat lo, tapi gue yakin lo bakal dapet kebahagian yang lebih, karena lo pantas dapet itu, gue bangga sama lo Fa,”

'Kenapa kamu bisa bangga kepadaku Kin? bahkan aku sama sekali tidak bangga pada diriku sendiri,' ucapku dalam hati.

Aku hanya tersenyum menjawabnya. Jujur sakit sekali rasanya saat mendengar cerita itu. Di momen bahagianya, aku sama sekali tidak diizinkan ada. Tapi mau gimana lagi,  segala kata yang terucap dari mulutku tadi, mau tidak mau, suka tidak suka, bahkan sanggup tidak sanggup harus aku pertanggungjawabkan, bukan? 

Setelah menunggu lama Kak Danu datang menjemput, akhirnya ia datang juga.
“Beliin kakak juga dong Fa, nih uang nya,” kata kak Danu saat melihat ku berjalan ke arahnya dan memberi ku uang.

“Sekalian aku ya kak,” jawabku tersenyum dan mengambil uang nya.

Tak lama setelah kak Danu datang, kinna pun juga pulang. Sembari menunggu pesanan, aku duduk lagi di tempat aku dan Kinna tadi. Tidak sengaja aku menginjak sesuatu, ternyata itu adalah power bank nya Kinna. ‘untung liat’ gumamku.

Tidak seperti biasanya, kak Danu terlihat santai hari ini. Ia hanya duduk diatas ayunan sambil memandangi kotak yang ada di depannya. Biasanya meskipun di rumah, ia tetap mengerjakan tugas nya.

“Kak ngapain?”

“ Sini, kakak mau cerita, Kak  Winna rencana nya mau pindah ke Malaysia dalam waktu deket, kak wina juga bingung banget, mau ikut pindah ke Malaysia atau tetep di Jakarta. Cuman, rumah kak wina yang di Jakarta itu mau di jual, dan kost yang di Solo juga sendiri, kakak gak tega,”

Kak Wina adalah kekasih kak Danu yang sudah ku ceritakan beberapa waktu lalu.

“Kenapa gak tinggal disini aja?”

“Ah curhat sama kamu mah percuma, masa disuruh tinggal disini, yang bener aja,”

“ Ya udahlah, kakak aja yang mikirin jalan keluarnya, aku numpang tiduran di kasur kakak ya,”

“Ih pindah gak!”

Aku tidak bergerak dan tidak menjawab omongan kak Danu, aku pura pura tidur supaya tidak di suruh pindah.

FADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang