25

7 0 0
                                    

"Kamu harus berjanji sama aku...kamu juga harus pulih dalam waktu dekat,"

"Iya kak aku janji,aku akan berjuang buat sembuhin kaki aku,"

"Yaudah,aku tinggal ngelatih dulu ya. Kamu jangan patah semangat," Ia langsung berdiri dan kembali ke barisan.

Ia berbicara dengan teman-teman di barisan ku. Suara teman-teman saling bersautan memberiku semangat dan bertepuk tangan. Satu langkah terang bagiku untuk bangkit. Seseorang mengatakan, sembuh tidaknya seseorang yang sakit itu tergantung dari kemauan dirinya sendiri.

Setelah mendengar suara penjaga sekolah berkumandang supaya siswa siswi pulang kerumah, kami pun bersiap untuk pulang. Kembali ke kelas untuk mengambil tas,kemudian aku di peluk oleh teman-teman seperjuangan ku. Rasanya semakin berat kaalu aku harus mengundurkan diri dari pasukan ini. Pasukan yang tidak selamanya pasukan belaka,karena ada rasa kekeluargaan nya juga yang membuat diriku sangat nyaman di sini.

Aku dan teman-temanku keluar kelas bersama. Karena ibu belum datang menjemputku aku duduk di Gazebo dekat pintu gerbang sekolah. Tiba-tiba aku lihat Malik datang menghampiriku membawa sebuah tas kertas berwarna coklat.

"Fada?! Ya ampun sampai di perban begini berarti parah dong?" tanya nya yang sangat panik melihat kaki ku dililit perban. Sampai ia lupa untuk menyapa atau mengucap salam terlebih dahulu.

" Malik kamu ngapain disini?"

"Perasaan aku nggak enak, Fada.. dari semalam aku nggak bisa tidur, di sekolah juga aku nggak fokus belajar. Aku benar-benar khawatir sama kamu Fada,"

"Malik Fada kan udah bilang kalau Fada itu nggak kenapa-kenapa,"

"Tapi tetep aja Fada aku juga enggak bisa cegah kekhawatiran aku ke kamu,"

"Yaudah duduk sini," aku menyuruhnya duduk disampingku.

"Fada ini aku bawain roti sama jus. aku bawa jus jambu, semoga aja kamu suka,"

Pantas saja ia belum tau,aku belum pernah menceritakan kepadanya soal jambu. Jambu merupakan salah satu buah yang tidak terlalu ku suka, tapi kalau diminta untuk menelan buah itu, aku mau mau saja.

" Malik, ini roti kamu beli di penjual roti yang waktu itu kita pernah ke rumahnya itu ya?"

"Iya hehehe..Gimana kamu kangen kan makan roti itu?"

"Kangen banget udah lama Fada nggak makan roti ini, Malik tau aja,"

" Memangnya apa sih yang enggak aku tahu tentang kamu?"

Aku tersenyum mendengar nya. Kalau di pikir-pikir, yang diucapnya barusan itu benar juga. Hal apa yang tidak ia ketahui tentang ku. Ets,tunggu.

"Tentang jambu. kamu enggak tau itu,"

"Jadi kamu gak suka jambu? Sini Fada biar aku aja yang minum," ia langsung mengambil jus jambu yang ada di tas kertas tadi.

Aku jadi ingat sesuatu tentangnya. Pada saat awal-awal pertemanan ku dengannya, ia pernah bercerita bahwa ia bisa masuk ke semua akun sosial media ku. Ia tau aku sedang mengobrol dengan siapa, apa yang aku bicarakan,bahkan tentang isi galeri di ponsel ku. Bahkan ia tau kalau aku menyimpan tiga foto bersama Oza pada acara pelepasan kala itu. Padahal ia tidak ikut acara pelepasan.

*flashback on*

Di dekat pintu utama gedung putih ini, terdapat antrean yang cukup panjang. Aku mendekati barisan itu, ternyata barisan tersebut adalah antrean untuk photobooth. Kemdian aku mengajak ibu ku untuk masuk barisan itu. Ralat, ibu duduk,aku yang berdiri. Sampai tiba giliran aku untuk foto, posisinya itu yang foto menghadap kamera sekaligus orang-orang yang baris di belakang kamera. Saat seharusnya senyum,aku justru tertahan karena melihat wanita yang melihat ke arah aku juga. Beliau adalah ibu nya Oza. Malu rasanya jika beliau yang melihat.

Setelah sudah foto, ibu kembali duduk di kursi tadi,kemudian aku menghampiri teman-teman unuk berfoto juga. Kebetulan sekali, di pojok gedung dekat photobooth ada tempat lengang. Ada Oza juga yang mau berfoto dengan teman-temannya.

"Fada!" panggil Bella. Lantas aku menengok ke arahnya.

"Boleh minta tolong fotoin nggak?"
sempat cukup lama terdiam,kemudian aku mengangguk sambil menghampiri nya.

Aku berdiri di depan Oza dan kawannya,menghadap ke arah ku. Tersenyum melihat ke arah lensa kecil di telepon genggam yang aku pegang. Saat aku menghitung kemudian mengambil foto,aku tidak sengaja melihat ke arah Oza, dan ia juga melihat kearah ku. Aku hanya tersenyum kecil kemudian mengalihkan pandangan ku ke arah ponsel sambil mengambil foto kembali.

"Yap udah," ucap ku sambil mengembalikan ponsel Bella.

"Yeay,makasih Fadaa. Eh bagus loh fotonya," sambil melihat hasil fotonya.

"Wah pasti itu mah,"

"Tapi kayanya kalau Fada foto sama Oza lebih bagus gitu nggak sih," teman-teman pun menyetujui pernyataan yang barusan di ucapkan Bella. Kinna mengisyaratkan ku untuk maju dan foto bersama. Oza hanya tersenyum memandang ku. Akhirnya aku beranikan diri untuk maju mendekat ke Oza untuk foto bersama.

"Gue sebelah kiri, Za"

"Kenapa emangnya?"

"Ya gapapa,"

Jantung ku berdetak melebihi cepatnya detak ketika lari. Aku memundurkan tubuh ku sehingga posisi tubuhku berada di belakang bahu nya. Dengan pose memegang medali, tangan ku sangat bergetar. Sampai ia menengok, dan tertawa kecil, di saat itu juga aku pasrah diri karena malu. Entah apa yang ada di pikiran nya,aku hanya bisa seperti 'yaudahlah'.

"Dah, cakep Fa gak boong deh," Ucap Bella sambil menunjukan fotonya ke diriku dan Oza.

Ternyata benar juga yang di katakan Bella. Di dalam foto itu,kami terlihat sangat bahagia, tapi kembali lagi ke alasan terlihat bahagia itu. Pastinya alasan ia dan aku terlihat bahagia, berbeda. Aku pastinya bahagia karena bisa punya foto bersama Oza. Sudahlah,yang penting kami terlihat bahagia.

Setelah itu,aku langsung menghampiri Kinna. Ekspresi dan sikap mu memang benar benar tidak bisa di bohongi bahwa aku sangat bahagia.

"Kinnaaa!!!" Aku sambil menggenggam lengannya.

"Iya iya sakit ih ya ampun. Akhirnya yaa Fa.. Setelah lu bimbang harus foto atau nggak,ternyata udah di garisin kalau lu bakalan foto bareng Oza,"

*flashback off*

Aku tersadar ternyata aku memang tidak pantas memperlakukan Malik seperti itu padahal kan entah apa kesalahannya, aku terlalu termakan dengan pikiran ku sendiri.

"Fada bukan nggak suka, Fada masih mau kok,"

"Beneran? Kalau kamu nerima ini karena nggak enak sama aku, nggak apa-apa kok biar aku aja yang minum,"

"Ih berprasangka buruk!"

"Bukan gitu maksud aku,Fada"

"Hmm .. Makasih ya.  By the way Fada udah dijemput,jadi Fada harus pulang. Malik juga pulang gih ngapain sih di sini, di sekolah orang,"

"Iya iya deh. Kamu sehat sehat yaa, nanti malam kalau gak keberatan, aku mau ngobrol sama kamu,"

Aku hanya diam dan tersenyum melihatnya kemudian berbalik arah untuk pergi meninggalkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang