Hallo, selamat datang di story pertama aku. Aku gak pasang cast karena takut ngerusak imajinasi kalian, jadi terserah kalian aja mau bayangin siapa waktu baca.
Jangan lupa vomment ya, semoga kalian suka ceritanya. Bahasanya emang kubikin baku biar ala-ala novel terjemahan gitu wkwk. Happy Reading~。
。
。
。
_________________________
Mimpi.
Bisakah kita manusia hidup dalam mimpi saja? Tersenyum di dunia nyata ternyata lebih sulit.-
Musim hujan di bulan Oktober.
"Aku sudah bilang aku tidak punya!"
"Oh, kau sudah berani meneriakiku sekarang?!" tanyanya.
"Ya, aku berani meneriakimu kenapa??!"
PLAK.
"Baru bekerja seperti itu saja sudah sombong tidak mau berbagi uang! Aku ini Ayahmu, Ayah kandungmu!" katanya.
"Justru karena kau adalah Ayahku, seharusnya kau memberiku uang bukan meminta!" ucapku sudah dengan air mata mengalir dan tangan dipipi merasakan tamparan dari tangan seorang yang kusebut Ayah ini.
"Jangan menangis seperti anak kecil! ayo berikan uangmu!" imbuhnya sambil menggeledah.
"Tidak!"
"Kau ini, heii jangan lari, kau pikir aku tidak akan bisa menemukanmu haa?!! Heiiii!!" teriaknya semakin kencang.
"Huh!"
Akhirnya drama itu selesai juga.
Jangan kaget ya melihat drama-drama seperti itu. Itu kehidupanku sehari-hari. Saling berteriak, dipukul, tiada hari tanpa air mata. Hidupku memang begitu buruk.
Dan yang paling buruk, aku bekerja mati matian sambil bersekolah setiap hari untuk menghidupi Ayahku itu. Ayahku yang hobi minum dan banyak hutang. Bagus bukan? Sangat menyedihkan.Nama lengkapku Claraissa Ridwan. Semua orang memanggilku Clara. Padahal, sebenarnya aku benci nama itu. Karena di dalamnya terdapat kata 'Lara'. Aku lebih suka dipanggil Raisa saja. Tapi ya sudah lah, nama Clara juga sudah menjadi panggilanku sedari dulu.
Umurku tujuh belas tahun. Aku SMA kelas dua di Sekolah dengan akreditasi biasa yang bahkan menaikan muridnya walaupun jarang bersekolah, seperti aku.
Aku tinggal berdua bersama Ayahku setelah Mamaku meninggal lima tahun yang lalu. Yaa seperti yang kalian lihat, hubunganku dengan Ayahku tidak pernah baik. Ayahku memang sudah seperti itu dari dulu.
Dulu Mamaku sebagai tulang punggung keluarga, bekerja hanya sebagai karyawan biasa di salah satu butik, tapi itu cukup untuk membesarkanku dan menuruti kebiasaan minum Ayahku. Itulah kenapa aku sangat sayang kepada Mama, dia tidak pernah mengeluh walaupun keadaannya seperti itu.
Tapi maaf Ma, sekarang sepertinya aku yang tidak kuat dengan keadaan seperti ini. Lima tahun aku hidup menjalani ini semua bukankah itu sudah bagus? Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Jadi tidak apa kan kalau aku menyerah sekarang? Tidak apa kan jika aku pergi darinya Ma?
Tapi sayangnya, aku tahu aku tidak punya siapa-siapa.
Aku terus berjalan menyusuri jalan tanpa tujuan. Hari sudah mulai gelap, dan sepertinya akan turun hujan. Aku benar-benar merindukan Mama.
Ma, ingin sekali peluk Mama walaupun hanya sekali.
Ma, kenapa Mama tidak datang walaupun Clara sudah memanggil? Apa ini sebuah permintaan? Apa ini berarti Clara yang harus mendatangi Mama?
"Aish, kenapa air mata ini tidak bisa berhenti jatuh sih?" aku mengusap pipiku kasar.
"Oh, apa itu? sebuah jembatan?" pandangku dari jauh.
Ma, sekarang Clara tau jalan untuk mendatangi Mama.
"Tunggu Clara Ma!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
RomanceMaaf ya, kisahku bukan kisah yang diawali dengan bangun kesiangan, alarm yang dibanting, dan terlambat sekolah, apalagi ditambah dengan menabrak kakak kelas kemudian jadian. Maaf kisah cintaku tidak seberuntung itu. Selamat datang di kisahku, kuhara...