Mobil Merah

284 104 20
                                    

Tidak melulu menguji kita, terkadang masalah datang untuk mempertemukan kita pada seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak melulu menguji kita, terkadang masalah datang untuk mempertemukan kita pada seseorang.
________________________

"Hei Nona, kita sudah sampai apa kau tidak mau turun?"

"Hei bangun!"

"Apa dia pingsan?"

Sayup-sayup ku dengar suara beberapa orang sedang berbicara. Aku pikir aku sedang bermimpi, tapi ...

"HEI BANGUNLAH!! KAU MATI YA?!"

Sontak aku kaget dengan teriakan itu. Mataku sudah terbuka lebar sekarang, dan baru sadar aku berada di dalam bus, dengan beberapa orang yang mengerumuniku. "Ah maaf, saya sangat mengantuk," ucapku sambil menundukan kepala meminta maaf.

"Ah sudahlah, ayo bubar!" ucap salah satu orang yang disusul dengan bubarnya semua orang di depanku.

Dengan kakiku yang lemas, akhirnya aku turun dari bus. Mulai berjalan lagi mencari tempat dimana aku bisa duduk untuk menunggu Tanteku.
Sialnya, perutku sangat lapar.

"Mungkin lebih baik aku cari makan di luar terminal sambil menunggu pagi, tidak enak juga menghubungi Tanteku subuh-subuh seperti ini," pikirku.

Kucoba menghitung sisa uang yang ku bawa, mungkin cukup kalau hanya untuk makan. Bus dari tempatku ke kota lumayan mahal, padahal itu gajiku kerja part time minggu ini. Juga kemaren harus ku belikan pulsa karena kehabisan dan perlu untuk menelfon Tanteku hari ini.

"Huh kenapa mau makan saja aku sangat susah, lagipula ini masih subuh, memangnya ada warung yang sudah buka?" ocehku sendirian sambil berjalan keluar terminal.

DRRT DRRT.

"Oh, Tante sudah menelfon?" ucapku setelah melihat layar ponselku.
"Mungkin dia akan bertanya aku sampai mana," lanjutku.

"Iya halo Tante."

"Halo Clara, kenapa tidak menghubungi? bukankah seharusnya sudah sampai?" tanya Tanteku dari sebrang telfon.

"Ah, Clara baru saja sampai Tante," jawabku.

"Tunggu saja didepan terminal, Pak Diman sudah berangkat, sebentar lagi mungkin akan sampai," kata Tanteku.

"Pak Diman?" ucapku seperti memberi pertanyaan.

"Dia sopir keluarga kami, maaf tante harus menyiapkan beberapa pekerjaan jadi tante tunggu di Rumah saja ya?" jelasnya.

"Oh iya Tante," jawabku.

"Cari saja mobil warna merah, mungkin mudah menemukan karena tante rasa terminal sedikit sepi dijam-jam seperti ini," jelas Tanteku yang diikuti oleh gerakan kepalaku yang menoleh kanan kiri sambil mencari.

"Ah, sepertinya aku sudah menemukannya Tante, akan kututup dulu telfonnya," ucapku sambil berjalan menghampiri mobil berwarna merah yang terparkir di depan minimarket samping terminal.

"Okay, tante tunggu Clara," ucap Tanteku yang kemudian menutup telfonnya.

Kenapa sepertinya tidak ada orang di dalam mobil?

"Apa aku tunggu saja ya?" ocehku sendiri sambil mondar-mandir di samping mobil.

BRAKKK.

Demi apa aku sangat terkejut dengan kejadian didepan mataku. Bagaimana bisa orang mabuk ini mengendarai motor sendirian? Aku sangat ingin membantu tapi, kenapa orang-orang disini sangat aneh? Sangat tidak peduli dengan sekitar. Ada yang jatuh bukannya membantu malah berpura-pura tidak melihat.

"Kau tak apa?" tanyaku padanya yang mulai berdiri dan mendirikan motornya seorang diri. Reflek aku membantunya.
"Akan kubantu," ucapku.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri. Maaf aku tidak bisa mengganti untuk kerusakan mobilmu, aku harus pergi," ucapnya sedikit ketakutan dan lekas pergi.

"Tapi ini bukan mobilku," ucapku lirih sambil melihatnya yang sudah menjauh.

"HEY!!! SIAPA KAU? ADA APA DENGAN MOBILKU??" bentak seseorang dari belakangku. Aku menoleh ke sumber suara, memperhatikan wajahnya sebelum ku jawab pertanyaannya.
Tampan, tapi dari tatapannya aku bisa melihat dia sangat marah. Membuat nyaliku tiba-tiba kecil untuk menjawab.
Tapi tunggu, dia bilang apa? Mobilnya? Ini bukan mobil Tante Dewi?

"APA KAU GILA?! KAU TAU BERAPA HARGA PERBAIKANNYA?! AKU TIDAK MAU TAU TAPI KAU HARUS MENGGANTINYA!" ucapnya dengan sangat keras, kurasa semua orang di Dunia ini bisa mendengarnya.

"Ka- kau salah paham. Ak- aku-"

"SALAH PAHAM APA? AKU APA? KAU TIDAK BISA MENGGANTINYA KAN??!" ucapnya memotong perkataanku yang terbata-bata.

"Sudahlah, ayo ke kantor polisi!"

"Kantor polisi?? kau salah paham, itu bukan aku, aku hanya berdiri disini tanpa melakukan apapun!" kataku mulai berani membela diri.

"Apa kau satu sekolah denganku? apa aku pernah mengganggumu di SMP? Katakan dendam apa yang kau simpan?" tanyanya memaksa.

"Ak- aku bahkan tidak mengenalmu, sudah kubilang itu bukan aku!" belaku.

"Sudahlah ayo ke kantor polisi!" ucapnya sambil menarik tanganku.

Tentu saja aku panik walaupun aku tidak bersalah, "Hei lepaskan! aku sudah bilang itu bukan aku!"

"Nona Clara?!" panggil seseorang dari jauh sambil berlari ke arahku.

"Pak Diman?" jawabku seperti bertanya yang membuat orang itu berhenti dan melepas tangannya dari lenganku.

"Maaf Tuan, tapi apa yang terjadi?"

"Oh jadi dia majikanmu?? lihat apa yang terjadi pada mobilku? dia harus bertanggung jawab!"

"Maaf tapi kami buru-buru, kami akan mengganti semua kerugiannya, saya akan berikan KTP saya dulu sebagai jaminannya, besuk akan saya urus," ucap Pak Diman sambil membuka dompetnya.

"Tidak Pak! saya tidak bersalah!" belaku lagi.

"Tidak apa Nona, kita harus buru-buru," ucap Pak Diman.

"Oke kalau begitu bawa saja KTP-ku, aku yang akan urus!" jawabku sambil memberikan KTP-ku yang baru saja ku ambil dari dalam dompet.

"Ayo Pak kita pergi!" ajak ku pada Pak Diman kemudian.

"Kau pikir aku akan melepasmu? tulis nomormu juga!" ucapnya.

"Kenapa ribet sekali? aku tidak akan lari!" ucapku sambil menulis nomorku di ponselnya kemudian pergi.

"Maaf Nona, tapi apa yang terjadi?" tanya Pak Diman sambil mengendarai mobil menuju rumah Tante Dewi.

"Pak, jangan katakan kejadian ini pada Tante Dewi ya? aku akan menggantinya dengan uangku. aku tidak mau terlalu merepotkan Tante Dewi, apalagi sekarang aku akan menumpang hidup," jawabku.

"Tapi Non, Nyonya pasti marah kalau tau masalah ini dan saya tidak memberi tahunya," terang Pak Diman.

"Clara janji ini tidak akan bocor, Clara masih punya sedikit tabungan untuk mengganti rugi, Clara mohon Pak, jelas Clara akan malu pada Tante Dewi kalau tau baru datang sudah membuat masalah," aku sedikit mengotot.

"Baiklah Non, saya tidak akan bilang," kata Pak Diman menyerah.

"Terimakasih Pak," ucapku.

CLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang