"Clara!"
"Hm"
"Batu gunting kertas!"
"Ha?"
"Aku menang," ucap Kevin sudah dengan tangan kanan yang membentuk gunting dari dua jarinya, sedangkan tangan kirinya memegang tanganku untuk mengikuti permainannya.
"Hei kan aku belum siap," tanpa mempedulikanku dia mengambil kunci mobilnya dari saku dan melempar padaku.
"Kevin apa maksudnya?" masih sama, tidak mempedulikanku dan masuk kedalam mobil begitu saja.
"Kevinn, aku kan tidak bisa menyetir," ucapku sambil menyusulnya masuk mobil. Tapi dia sudah memejamkan matanya nyaman sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Bisa kalian bayangkan betapa tampannya. Oh maaf, maksutku bukan begitu. Apa yang ku pikirkan. Tapi, aku memang benar-benar tidak bisa menyetir.
"Kevin, aku tidak berbohong."
Tidak ada jawaban.
"Lagipula aku tidak punya SIM."
"Aish!" umpatnya kemudian keluar dari mobil untuk berpindah pada kursi kemudi. Tentu saja aku melakukan hal yang sama, agar kita bisa bertukar tempat.
Gas mulai diinjak, mobil mulai berjalan, suasana semakin canggung, dan aku sangat tidak nyaman. Bukankah aku sangat tidak berguna? melihat wajah Kevin aku semakin merasa bersalah. Kenapa semua orang yang aku sayang selalu sakit karena aku. Kemarin Arka, sekarang Kevin. Yaa Kevin sakit bukan karena aku, tapi disaat seperti ini aku sama sekali tak bisa membantunya. Beruntung perjalanan dari Sekolah ke Rumah tidak terlalu jauh, kita tiba hanya dalam beberapa menit.
Dengan lemas dia berjalan memasuki rumah. Ah aku semakin merasa bersalah. Tanpa sadar bukannya masuk ke kamarku sendiri aku malah mengekor Kevin sampai ke depan kamarnya. Entah kenapa, aku hanya tidak rela meninggalkannya sendiri.
"Kenapa?" tanyanya.
"Emm, aku ...,"
"Sudah sana pergi ke kamarmu," usirnya.
"Ah Kevin, pintu jangan di kunci ya?"
"Kenapa?"
"Emm, aku ...,"
"Yasudah sana pergi, mau melihatku mengganti pakaian?"
"Apa?"
"Sudah sana!"
BRAK.
Dia menutup pintunya.
"Kenapa sih? aku kan hanya khawatir, sedang sakit saja menyebalkan!" kesalku dengan banyak mengomel walaupun sudah beranjak pergi dari kamar Kevin. Ternyata bakat mengomel ibu-ibu itu sudah terasah dari muda ya.
Beruntung dia sedang sakit, jika tidak sudah habis ku makan mungkin.Setelah mengganti pakaian, aku turun untuk menyiapkan makan siang. Bukan, sepertinya ini sarapan untuk Kevin karena dia belum makan sama sekali.
"Masak apa ya?" tanyaku pada isi kulkas. Maksutku, bukan aku sedang berbicara pada sayur mayur atau daging ini, aku hanya berusaha bersikap ramah pada mereka agar saat menjadi makanan nanti rasanya lebih enak. Entah teori dari mana aku juga lupa. Sedikit konyol.
"Kevin kan sedang sakit, sepertinya sup seafood bagus untuk kesehatan," pikirku cepat sambil mengambil beberapa bahan melewati daging yang sudah kuajak mengobrol.
"Yosh, mari kita buat sup seafood yang lezat!"
---
Selesai dengan kegiatan masak memasakku yang cukup lama, aku menyiapkan hasilnya pada sebuah nampan. Tidak lupa ku pasangkan air putih disampingnya juga obat yang sepertinya dapat membantu Kevin untuk sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
RomantizmMaaf ya, kisahku bukan kisah yang diawali dengan bangun kesiangan, alarm yang dibanting, dan terlambat sekolah, apalagi ditambah dengan menabrak kakak kelas kemudian jadian. Maaf kisah cintaku tidak seberuntung itu. Selamat datang di kisahku, kuhara...