Senin pagi yang cerah, hariku disambut dengan bunga-bunga yang mulai bermekaran, burung-burung berkicau riang, dan matahari yang menghangatkan.
Berbalik dengan suasana hatiku, tak goyah sedikitpun dengan sambutan itu, ia masih saja kacau.
Bagaimana tidak? Kevin meninggalkanku ke Sekolah sendirian. Sedangkan hari ini hari pertamaku masuk."Benar-benar menyebalkan, se-marah itukah sampai tidak mau menungguku? memangnya apa salahku?" omelku sendiri.
"Sekarang aku juga tidak tau harus ke kanan atau kiri, haruskah berjalan atau perlu kendaraan? benar-benar tidak habis pikir," omelku masih belum selesai sambil ku langkahkan kakiku yang entah di arah yang benar atau salah ini.
Jam juga sudah hampir menunjuk angka tujuh, aku yakin aku terlambat. Sungguh first impression yang sangat mengagumkan bukan?
BRUKK.
"Aww!" pekikku ketika terjatuh. Kenapa disaat seperti ini masih juga terjadi masalah?
"Kau?"
Aku mendongak melihat seseorang yang baru saja bersuara. Aku ingin memaki karena dia menabrak ku hingga terjatuh seperti ini. Tapi ...
"Huh, kenapa dunia ini sangat sempit? kenapa dari kemarin aku selalu bertemu orang yang pernah ku jumpai sebelumnya?" ucapku masih dengan posisi yang sama.
Aku lelah mengatakan 'kau?', dan dengan terkejut. Rasanya itu seperti berulang."Memangnya aku sengaja ingin bertemu denganmu? aku bahkan belum menghubungimu, tapi kau sudah mengikutiku," jawabnya sombong.
"Kalau aku mengikutimu aku akan berada di belakangmu bukan di depanmu!" ucapku emosi.
"Ah sudahlah, bangun! semua orang memperhatikan kita!" ucapnya tanpa membantuku sama sekali.
"Aww!" pekik ku untuk kedua kalinya.
Sepertinya terjadi sesuatu dengan otot atau tulang kaki ku. Rasanya sakit sekali ketika aku mencoba berdiri."Jangan lebay, bangun! kita sudah terlambat!" ucapnya masih kasar seperti biasa.
"Tapi kakiku, sepertinya kesleo," jawabku menahan sakit.
"Jangan mengada-ada, tidak mungkin jatuh seperti itu saja bisa membuat kaki patah!" katanya.
"Kau pergilah jika tidak ingin membantu, aku bisa meminta bantuan orang lain," jawabku dengan air mata yang tiba-tiba menetes.
"Ayolah jangan cengeng seperti itu! semua orang memandangmu!" ucapnya.
"Aku bilang pergilah jika tidak ingin membantu," jawabku lemah.
"TAXI!!"
---
"Bagaimana? Apa yang dikatakan Dokter?"
"Sudah ku katakan kau itu terlalu drama, beristirahat sebentar juga akan sembuh," jawabnya masih sombong dan tidak merasa bersalah.
"Apa kau bodoh?" lanjutnya.
"Kenapa semua orang di dunia ini mengatakan aku bodoh?" jawabku emosi karena mengingat Kevin juga memarahiku seperti itu.
"Kenapa berjalan lawan arah dari Sekolah? kau bolos?" tanyanya.
Ah ternyata aku salah jalan.
"Aku murid baru, mana aku tau jalan yang benar", jawabku kesal.
"Kau tak punya ponsel?" tanyanya.
"Tentu saja aku punya! aku juga memberikan nomorku padamu kan?" aku semakin kesal.
"Kau tidak tau cara lihat lokasi dari ponsel mu?" tanyanya tapi lebih terdengar seperti nyatanya.
"Dasar bodoh!" imbuhnya.
"Pergilah, maaf merepotkanmu. Aku sudah menelfon sepupuku," kataku.
"Bagaimanapun, semua yang terjadi dengan kita itu salahmu!" ucapnya.
"Iya oke aku salah, sekarang pergilah!" jawabku pasrah karena terlalu muak dengan sikap pemilik mobil merah ini.
"CLARA!!!!" teriak seseorang.
"Kev-"
"Kau tak apa? kakimu kenapa di-"
"Kevin, kecilkan suaramu ini Rumah Sakit!" bisik ku pada Kevin.
"Kenapa bisa?? kau mencoba melakukannya lagi?? bun-"
"Kevin!" ucapku menghentikan Kevin sebelum kata itu terucap.
"Aku tidak papa, ayo pulang! akan ku ceritakan nanti di Rumah," ajak ku karena memang aku benci belama-lama di Rumah Sakit.
"Ohh jadi dia sepupu yang kau katakan?" tanya Tuan Mobil Merah.
"Kau?" ucap Kevin kemudian berganti melihat ke arahku dan bertanya "Kau mengenalnya?"
"Dia yang menabrak ku," jawabku santai.
Padahal aku sangat ingin mengatakan 'Dia yang menabrak ku, entah apa yang membuatnya berlari hingga membuat kaki ku seperti ini, dia juga menahan KTP-ku atas apa yang tidak ku lakukan dari tuduhannya', tapi sepertinya itu tidak perlu ku katakan pada Kevin.
"Ayo pulang!" paksa Kevin tiba-tiba dengan menyeret lenganku.
"Hei hei santai Bung, kau tak lihat dia belum bisa berjalan? santai saja aku tidak menghalangi jalan kalian," ucap Tuan mobil merah dengan tersenyum santai sambil melambaikan tangannya kesamping seolah memberi jalan.
Ada apa dengan mereka? Apa mereka saling kenal? Kenapa? Membuat Kevin kembali emosional seperti kemarin. Aku sedikit kecewa.
"Hei, ingat baik-baik ya! kau tidak boleh berhubungan dengannya lagi, pura-pura saja tidak mengenalnya jika bertemu," ucap Kevin terakhir sebelum kita pulang. Setelah itu, sampai akhir Kevin hanya diam.
Aneh sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
RomanceMaaf ya, kisahku bukan kisah yang diawali dengan bangun kesiangan, alarm yang dibanting, dan terlambat sekolah, apalagi ditambah dengan menabrak kakak kelas kemudian jadian. Maaf kisah cintaku tidak seberuntung itu. Selamat datang di kisahku, kuhara...