Vanessa mengacak rambutnya frustasi, pasalnya ia lupa menaruh berkas-berkas tugasnya.
"Sumpah kok pelupa banget sih gue!" serunya sebal, dia mencari ke segala ruangan yang ada di kamarnya.
"Udah tua, wajar pelupa," sahut sang adik, Ghani.
"Enak aja! Gue masih dua puluh dua tahun!" ujar Vanessa dengan penuh penekanan. "Ya itu udah tua."
Ghani mulai berlalu saat Vanessa sudah ingin mengeluarkan sisi singanya.
"Dasar adek macam apa an?! Bukannya bantuin kakaknya, malah ngeledekin! Dasar!"
Saat asyik-asyiknya menyumpah serapahi adiknya, tiba-tiba ponselnya berdering.
"Halo?!"
"Kamu kenapa?"
Vanessa melihat sejenak siapa yang menelpon, ternyata dia adalah Raka, pacarnya.
"Maaf-maaf, tadi aku kesel sama Ghani."
Detik kemudian helaan napas keluar dari mulut Vanessa, ia memilih duduk, selagi matanya mencari-cari berkasnya.
"Oh gitu, aku cuma mau bilang aja, sekarang jadi bareng sama aku 'kan?"
"Iyaa, jam sembilan ya, aku ketemu dosenku jam sepuluh."
"Iya, yaudah aku tutup ya?"
"Iyaa."
"Hem, love u."
"Love u too."
Sambungan terputus, Vanessa meletakkan ponselnya di atas meja. Matanya kembali mencari-cari.
"Apa gue taruh di kolom ya?" tanyanya pada diri sendiri.
Dengan segera Vanessa melihat ke kolomnya, dan seketika matanya melihat berkas-berkas miliknya.
"Akhirnya!" seru Vanessa, dia melihat isi berkasnya dan keluar dari kolomnya. Senyum Vanessa mengembang seperti bunga yang baru saja mekar.
Belum beranjak, matanya sudah melirik kotak biru. Tangannya terulur mengambil.
"Hati-hati hatinya nyangkut kalau lihat tuh kotak," ledek Feris, kakak Vanessa. "Apa an sih? Ya enggak lah," ucap Vanessa.
"Pokoknya gue udah peringati ya, jangan jadi remaja labil lagi kalau galau, males gue ngadepin elo kalau galau," ledek Feris lagi.
"Udah ah sana pergi!" usir Vanessa.
"Hu awas aja kalau minta beliin ini itu ke gue, gak gue ladenin!"
Vanessa hanya memeletkan lidahnya. Ketika kakaknya pergi, baru dia membuka kotak itu, kotak yang berisi kenangan.
Dia mengambil jam kertas, jam yang sengaja dibuat Adit untuknya.
Selasa, 15 April 2014
Hari ini Vanessa harus berdecak kesal saat Feris menjemputnya telat. Selalu seperti ini, mana telatnya tidak lima atau sepuluh, melainkan setengah jam.
"Tuh 'kan! Telat lagi, padahal gue harus les, ada ujian juga," gumam Vanessa.
Lalu mencari jam kesayangannya, sebab jika ujian Vanessa harus memakai jam, entah kenapa itu seperti jimat baginya, padahal ia tidak melirik pukul berapa atau waktu yang ia habiskan sudah berapa lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favourite Ex
Teen FictionAdit, mahasiswa tingkat akhir yang sedang gencar-gencarnya menghadapi Tugas Akhir perkuliahan lagi-lagi harus tergoyahkan dengan urusan hati. Apalagi, dambaan hatinya tidak pernah berganti semenjak ia memutuskan hubungannya di kelas 12 SMA. Vanessa...