Adit menuruni anak tangga seraya menguap. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi dan dia baru bangun dari tidurnya. Memang, sehabis subuh dia tidur kembali sebab dia sempat berkumpul dengan teman seperumahannya hingga pukul dua pagi.
"Kok sepi rumah Cil?" tanya Adit saat melihat Tasya duduk manis di depan televisi. Bocil, adalah panggilan Adit dan Ardi ke Tasya.
"Ayah penerbangan, bunda supermarket, mas Ardi sekolah."
Adit mengangguk-anggukkan kepala.
"Tumben kagak ikut bunda Cil?"
"Males Bocil Bang." Tatapan Tasya masih terarah ke kartunnya walaupun Adit sudah usil dan duduk di sampingnya.
"Ih Abang! Pergio, jangan deket-deket Bocil!" bukannya menurut Adit makin mengendus-ngendus Tasya.
"Ih geli Abang!" Tasya sudah tertawa karena geli sendiri dengan Adit.
Lalu, Adit menghentikan aksinya menjahili Tasya. "Abang, bagi Bocil uang dong?"
"Buat apa an?"
"Ya beli lah Abang, masa buat Bocil telen? Mati dong nanti? Kayak empus Bocil yang kemarin."
Adit menghela napas. "Ya beli apa an Cil? Bunda juga nanti bawa jajan,"
"Maunya sekarang! Sekalian mau main ke rumah Fajul."
"Fajrul Cil, Fajul Fajul."
"Ih biarin, Fajul aja gapapa, kok Abang yang suka marahin Bocil sih?!"
"MasyaAllah!" Adit gemas sendiri ingin memakan Tasya kalau Tasya sudah sewot, wajahnya itu loh!
"Mana uang Bang? Masa Bocil beli jajan gak pakai uang?" tanya Tasya.
Adit berpikir sejenak, tiba-tiba ada ide yang masuk ke otaknya.
"Bocil beli aja, bilang ke Mbak Nonik nanti Bunda yang bayar, pasti dibolehin beli," ujar Adit.
"Gitu ya?" tanya Tasya polos.
"Iya! Sekalian beliin Abang brownies ya Cil!"
"Oke deh! Tapi browniesnya habis Bocil main ke Fajul yak?"
Adit mengangguk, lalu Tasya berdiri riang, gini kan Adit sama-sama senang. Dia senang tak mengeluarkan uang dan malah dapat brownies. Tasya juga senang bisa jajan.
"Abang kalau lewat tangga jangan nguap ya!" peringat Tasya. Kalau sudah begini, Adit meneguk ludah. Pasalnya Tasya ini bisa merasakan kehadiran sosok makhluk astral.
"Kenapa Cil?"
"Kasihan Mbak Yayak, katanya mulut Abang bau! Tapi Mbak Yayak suka kok, kan Mbak Yayak suka yang ganteng-ganteng."
Ucapan Tasya sukses membuat Adit mendelik.
"Anjir Cil! Sono deh cepet beli sono!"
"Ih iya-iya!"
Adit melirik sekitar, lah kalau Bocil pergi berarti dia sendiri dong? Dengan langkah siaga, dia berlari ke depan rumahnya.
"Abang kok di sini sih?" tanya Tasya, pasalnya dia baru keluar, kenapa Abangnya juga ikutan? Pakai lari lagi.
"Mau lihatin Bocil, cepet Cil, Abang jagain!"
"Oke-oke!"
Adit menghembuskan napas kasar, kenapa juga si Tasya bisa melihat hal-hal gaib?
"Ngapain di sini kamu?" tanya seseorang membuat Adit terkejut.
"Ya Allah Bunda! Ngagetin Abang aja sih?!" histeris Adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favourite Ex
Teen FictionAdit, mahasiswa tingkat akhir yang sedang gencar-gencarnya menghadapi Tugas Akhir perkuliahan lagi-lagi harus tergoyahkan dengan urusan hati. Apalagi, dambaan hatinya tidak pernah berganti semenjak ia memutuskan hubungannya di kelas 12 SMA. Vanessa...