Pukul satu dini hari sudah terlihat di jam dinding ruang keluarga Adit, tetapi mata Adit, Dani, Rasya, dan Reno masih terjaga. Adit dan Reno sedang bermain PS, Dani sedang memainkan gitar Ardi dengan suara sumbang, sedangkan Rasya malah tidur-tiduran seraya menatap mainan Adit dan Ardi yang terjejer di ruang keluarga.
"ADIT SIALAN JANGAN NENDANG KAKI GUE!" teriak Reno yang sedang bertarung melawan Adit di pertandingan sepak bola PS.
"HEH RENO! SINGKIRIN TANGAN BUSUK LO!" kali ini suara Adit yang mulai menggelegar, untungnya ruangan ini kedap suara.
"Aku ingin kau menerima seluruh hatiku! Aku ingin kau mengerti, di jiwaku hanya ada kamu! Namun bila kau tak bisa menerima aku! LEBIH BAIK KU HIDUP TANPA CINTA!"
Suara sumbang Dani juga membahana di seantero ruangan. Genjrengan Dani semakin menjadi-jadi seiring matanya menatap Rasya yang seakan bimbang.
"HEH GENGS!" teriak Dani.
Tak ada yang menyahut.
"Gue mau ngomong ini elah, beneran penting nih, Dit, Ren cepetan selesaiin mainnya."
Satu menit kemudian, Adit dan Reno meletakkan stik PS dan melihat ke arah Dani, kecuali Rasya.
"Kenape?"
"Gue mau tanya, habis lulus kalian mau kerja apa?"
Hening. Adit dan Reno saling pandang, sedangkan Rasya meliriknya sejenak.
"Rencananya gue mau buat usaha proyek gitu sama Axel, Ijul, sama Prita. Dibantu sama bokapnya Prita, di Jakarta jelasnya kagak kemana-mana, gue juga mau jadi arsitek lepas awal-awal gini, udah ada yang nawarin juga di Jakarta," jawab Adit.
"Kalau gue ya Alhamdulillah mau ke instansi pemerintah di Jakarta. Dosen gue mau bantuin gue ke sana, bukan sogok menyogok ya tapi mau bantuin cari aja. Soalnya gue juga asdos dia kan gue pinter ya secara," jawab Reno dengan bangganya.
"Gue mau pindah ke Malang gengs, satu tahun ke depan!" ujar Dani membuat Reno, Adit, serta Rasya menoleh dan membesarkan bola matanya.
"LAH IYA?"
"IYA! Gue disuruh megang perusahan bokap yang ada di Malang, sekaligus gue disuruh jagain Yena!" ujar Dani.
"Bukannya Yena udah kuliah ya? Udah dapat tiga tahun malah?"
"Nah ya itu! Cuma gue disuruh jaga dia juga takutnya ada kenapa-kenapa ama tuh bocah. Ini orang tua gue kagak tahu aja kalau gue sama Yena banyakan adu bacotnya banding akur. Malah disuruh jagain tuh bocah, asem!"
"Bentaran, kenapa nanggung amat lu jagain adik lu nyet?"
"Nah ya itu juga! Soalnya 'kan tu bocah semester akhir mau skripsi. Takutnya orang tua gue dia kenapa-kenapa secara tuh anak ambis banget sama tugas apalagi tuh anak pengennya itu tuh cumulod? Apa an tuh?"
"Cumlaude goblok," balas Rasya sinis.
"Ye biasa aje dung! Ya itu lah, cita-citanya dia itu kalau menurut pantauan gue nih emang bisa tuh anak cumulod-"
"Cumlaude anjir!"
"Ya pokoknya itu, dia bisa secara dia gak ambil liburnya cuma buat menyelesaikan tugas-tugasnya dia."
Adit menggeleng-gelengkan kepalanya takjub.
"Emang ya lo sama Yena ibarat bumi sama langit."
"Lah? Kok bisa?"
Reno menyambar, "Iya! Kalau elo tuh bumi dari dulu sampai sekarang tetep aja isi otak lo kagak berkembang. Nah beda lagi ama Yena, otaknya lebih encer sampai tuh anak bisa sampai langit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Favourite Ex
Fiksi RemajaAdit, mahasiswa tingkat akhir yang sedang gencar-gencarnya menghadapi Tugas Akhir perkuliahan lagi-lagi harus tergoyahkan dengan urusan hati. Apalagi, dambaan hatinya tidak pernah berganti semenjak ia memutuskan hubungannya di kelas 12 SMA. Vanessa...