"Adit!"
Adit menoleh saat telinganya mendengar suara Prita. Di sana, Prita sedang berlari ke arahnya dengan senyuman khasnya tak layak membuat Adit tersenyum juga.
"Ngapa woy?" tanya Adit saat Prita terengah-engah di sampingnya.
"Bantuin gue! Gila ni dosen! Masa rancangan gue mau dibuang ke tempat sampah?! Gue udah gambar nih rancangan semalaman padahal! Emang dosen kagak tahu diri!"
Adit tertawa, pasti Pak Rega, dosen muda di kampusnya. Umurnya hanya terpaut lima tahun dengan mereka, menurut kaum hawa wajah Pak Rega itu ganteng, tapi menurut Adit mah masih gantengan dia.
"Ya udah ke kantin aja bahasnya gue laper nih! Sekalian nongki-nongki di sana, gue kelamaan di studio!"
Prita mengangguk, lalu tangannya menarik Adit menuju kantin. Adit sih biasa aja ditarik-tarik Prita, tapi tatapan adik tingkatnya membuat Adit risih, padahal sewaktu SMA Adit malah suka menggoda atau tebar pesona pada adik tingkatnya.
"Hoi broo!" sapa Ijul. Dia adalah salah satu teman yang cukup akrab dengannya dan Prita.
"Udah jangan banyak bacot, ayo ikut ke kantin!" belum sempat Ijul mengeluarkan suaranya, tangannya sudah ditarik oleh Prita.
Jadilah kedua pria tampan ditarik wanita cantik yang gayanya agak seperti lelaki.
"Jul pesenin dong!" baru saja Ijul mendaratkan bokongnya, Adit dengan cengengesnya sudah menyuruh Ijul.
Ijul menghela napas. "Gini nih kalau gak ada Axel, pasti kalian nyuruh gue! Gak suka ya!" Ijul memulai dramanya.
"Udah! Jangan ngedrama, pesenin yang biasanya, gue traktir, cepet!" Prita mulai mengeluarkan jurnalnya dan kertas dari dosen yang menurut Prita suka gaya.
"Wah! Siap mah kalau gitu!"
Setelah Ijul berlalu, Prita mulai menyodorkan jurnalnya serta komentar si dosennya ke arah Adit.
"Tuh lo lihat, menurut lo apa yang salah?"
Adit mulai meneliti gambaran Prita. Menurutnya bagus, Prita sudah hampir merampungkan rancangannya, rapi juga, beda dengan Adit.
"Kenapa punya lo di terima, punya gue gak? Masa karena gue cewek? Ya kali dah! Gue bikin perhitungan sama tuh dosen kalau dia pilih kasih!"
"Yakin bikin perhitungan? Nanti lo lari-lari lagi kalau lo udah dipojokin,"
"Anjing!" umpat Prita.
Adit tertawa, ia jadi teringat saat Prita datang dengan berlari-lari seperti dikejar anjing, hal itu dikarenakan Pak Rega berhasil mengerjai Prita dengan memojokkan Prita ke tembok.
"Emang tuh om-om bahaya, harus nikah! Masa tiba-tiba dia narik terus mojokin gue! Mana wajahnya tuh tepat di depan gue Dit! Tai!"
"Hubungan mojokin lo sama nikah apa an?" dahi Adit mulai mengerut sok tak paham, padahal mah Adit lebih dari paham.
"Alah jangan sok polos lo kutu kuda! Udah sono lihatin apa yang salah sama rancangan gue!"
Adit tertawa, lalu dia meneliti rancangan Prita lagi.
"Menurut gue udah bagus, rapi juga, lebih rapi dari punya gue," komentar Adit. "TUH KAN! DISKRIMINASI NIH!"
Prita mulai menaikkan lengan bajunya, seolah-olah dia siap bertarung dengan Pak Rega.
"Tapi, lo kurang teliti di bagian sisi apartemen ini. Masa lo biarin kosong gitu aja? Di masa depan nih, banyak pembangunan yang merugikan."
Prita menoleh, dahinya berkerut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Favourite Ex
Подростковая литератураAdit, mahasiswa tingkat akhir yang sedang gencar-gencarnya menghadapi Tugas Akhir perkuliahan lagi-lagi harus tergoyahkan dengan urusan hati. Apalagi, dambaan hatinya tidak pernah berganti semenjak ia memutuskan hubungannya di kelas 12 SMA. Vanessa...