Baru

419 25 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Tasya sudah mengantuk membuat Adit harus menemaninya tatkala tidur. Hari ini orang tua Adit sedang menghadiri sebuah acara yang membuat mereka pulang besok siang.

"Nanti temen-temen Abang ke sini?" tanya Tasya saat Adit tidur di sampingnya membuat Tasya memeluk erat lengan Adit.

"Iya, tapi mainan di ruang keluarga, kalau Bocil kebangun, samperin aja ya?"

Tangan Adit mengelus lembut rambut Tasya.

Tasya mengangguk. "Abang, ceritain Bocil apa aja dong!"

"Hm? Mau cerita apa an Cil? Bang Adit kagak suka bikin cerita."

"Ih, ya apa gitu. Tapi jangan bohongin Bocil kayak dulu!"

Perkataan Tasya seketika membuat ingatan Adit kembali ke masa lalu.

10 Januari 2019

"Cil, Abang punya cerita loh! Tentang harta karun!"

Saat itu Tasya masih berumur empat tahun.

"Wah iya Bang? Apa, apa?"

"Di rumah ini ada harta karun loh, isinya itu cokelat, es krim, boneka gitu Cil."

"Masa sih Bang? Abang gak bohong 'kan?"

Adit menggeleng. "Enggak! Serius Cil, kemarin aja Abang dapat cokelat."

"Aku juga mau!"

"Tapi harta karunnya adanya cuma waktu pagi Cil, di kamarnya mas Ardi."

Adit berusaha menahan tawa saat Tasya serius mendengarkan dirinya.

"Masa iya?"

"Iya Cil! Jam lima subuh di bawah kasurnya mas Ardi ada harta karun! Kalau mau nyari, kamu berantakin dulu kasurnya!"

"Serius?"

"Iya."

Keesokan paginya.

Adit dan Ardi sedang mengaji di musala. Bundanya baru saja pergi untuk menyusul ayahnya yang baru pulang di bandara.

Gubrak.

Adit dan Ardi berpandangan seketika.

"Apa an tuh?" tanya Adit. Ardi hanya mengangkat bahu dan melanjutkan ngaji-nya.

"Periksa gih Di! Siapa tahu Bocil kenapa-napa!"

"Lo aja."

"Gak! Lo aja sana! Sebagai adik harus nurut sama Abang!"

Ardi berdecak. Akhirnya dia menaruh Al Quran-nya dan segera berjalan menaiki anak tangga.

Belum sempat Adit melanjutkan ngajinya, dia sudah dikejutkan dengan suara Ardi.

"YA ALLAH BOCIL?!"

Adit jadi panik sendiri mendengar teriakan itu. Ia pun berlari menuju lantai dua melihat keberadaan Bocil, siapa tahu itu anak kesurupan.

Namun, keningnya berkerut saat pintu kamar Ardi terbuka.

Lah? Bocil kesurupan di kamar Ardi? Batin Adit.

Begitu masuk, Adit disuguhi dengan penampakan kasur Ardi yang benar-benar berantakan.

"Buset Di, gak nyangka gue, ternyata lo lebih bar bar daripada gue waktu tidur."

Tak.

"Bocil?! Ngapain berantakin kasur Mas?!"

Bukannya menjawab, Tasya makin menjadi-jadi seperti mencari sesuatu.

Favourite ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang