Adit mulai sibuk bermain game di ponselnya, kali ini dia berada di kantin, menunggu Axel, sedangkan Ijul dan Prita berada di rumah masing-masing.
"Dit!" sapa seseorang yang kemudian duduk di depan Adit. Adit menoleh sebentar, lalu dia tersenyum. "Oi Rak!"
"Tumben sendiri?" tanya Raka.
"Nunggu Axel masih ada bimbingan, Ijul sama Prita di rumah, kagak ada kerjaan mereka."
Raka mengangguk-anggukkan kepala. Lalu Adit menyelesaikan permainannya dan segera menaruh ponselnya.
"Nunggu Axel juga?" tanya Adit basa-basi, ia juga sedari tadi sudah bosan jika harus bermain game terus. "Iya nih."
Adit melihat jamnya. "Setengah jam lagi kayaknya selesai tuh anak," ujar Adit. "Iya, dia habis ngabarin gue, katanya suruh ke kantin aja ketemu elo."
Adit menganggukkan kepala.
"Lo gak beli Rak?" tanya Adit. Raka menggeleng, "males gue."
"Oh," Adit mengangguk-angukkan kepala.
Hening seketika, baik Adit maupun Raka berusaha mencari topik agar tak canggung tentunya.
"Lo habis bimbingan Dit?" akhirnya Raka memutuskan untuk bertanya-tanya. "Bukan, cuma nyerahin proposal aja, dosbing gue lagi gak ada."
"Nah elo? Gak kuliah Rak?" tanya Adit balik. "Gak ada jadwal bimbingan sih, jadi aman-aman aja," ujar Raka.
"Oh gitu," Adit mengangguk-anggukkan kepala. "Oh iya Rak, katanya besok komunitas lo ada adain pameran kecil-kecilan?" tanya Adit.
"Iya nih, kebetulan anak-anak lagi nganggur terus ya masih simpen file foto bagus-bagus atau lukisan banyak, eh ya udah tercetus ide pameran deh."
"Lo ketuanya 'kan?"
Raka mengangguk. "Tapi ya, semua ikut juga, bukan gue doang loh."
"Ya tahu, cuma maksudnya di sini lo sebagai ketua, gitu loh bege!" seru Adit berusaha mencairkan suasana. Ia tidak suka jika ia bersama seseorang namun hanya canggung yang ketara di antara mereka.
"Wahahah, santai Dit. Lo besok dateng ya? Sama Prita, Ijul. Gue ke sini mau ajak Axel juga, mau minta bantuin dia buat desain tata letaknya!" ujar Raka bersemangat.
Adit menaikkan sebelah alisnya.
"Lah? Belum desain tata letak? Padahal acaranya besok?" tanya Adit bingung.
"Udah kok, cuma belum selesai, makanya sekarang harus selesai. Apalagi si Axel udah janji buat bantuin komunitas gue."
"Lo sogok apa tuh bocah?" canda Adit.
"Ya biasalah, dugem-dugem berhadiah pasti dia mau." Jawaban Raka membuat Adit mendelik.
Lah? Raka ndugem? Batin Adit.
"Tapi gue gak ikut dugem, dia dugem sama temen-temen gue, gue gak ikut, lo jangan mikir aneh-aneh," kekeh Raka saat melihat wajah Adit yang tegang.
Adit lega. "Gila! Gue pikir lo ikutan ndugem, kalah gue!" Raka tertawa sejenak.
"Elo gak pernah dugem? Atau gak minimal masuk ke sono deh?" tanya Raka penasaran, pasalnya Axel pernah bercerita kalau Adit ini benar-benar anti dengan alkohol dan diskotik.
"Gak pernah lah! Sekalipun masuk gue gak pernah, lagian ngapain? Gak guna juga. Kalau anak-anak pada maksa biasanya gue ancem pakai nama Ardi, soalnya Ardi bakalan marah abis kalau temen gue menjerumuskan gue!"
Adit tertawa saat mengingat murkanya Ardi kalau teman-temannya sudah ingin menjerumuskan Adit. Walaupun Ardi ini lebih gak banyak bertingkah banding Adit, tapi kalau sudah marah ya tetap saja lebih mengerikan Ardi banding Adit.
"Kan dia jauh?"
"Tetap aja, mereka udah kapok sama bogeman Ardi," jawab Adit seraya mengulum senyum.
Sialan, jadi kangen kembaran laknat gue! Batin Adit.
"Oh gitu, lucu juga ya."
Adit mengangguk-anggukkan kepala.
"Lo pasti gak nyangka ya kalau modelan gue gini gak pernah megang atau minum alkohol."
Raka mengangguk jujur.
"Dari dulu gue bener-bener dijaga sama bokap nyokap, walaupun bokap jadi pilot tapi beliau selalu mengawasi gue dan Ardi. Ardi dasarannya gampang diatur, kalau gue nih susah makanya setiap pulang kadang gue kena amuk bokap. Nyokap juga kecolongan, jadinya gue ngerokok deh, hehe."
"Nyokap lo tahu gitu?" tanya Raka penasaran. Oke, entah kenapa Raka ingin tahu kehidupan Adit yang notabennya mantan Vanessa. Tapi ia tak pernah berpikiran untuk membandingkan dirinya dan Adit.
"Tahu, awalnya marah banget, diaduin ke bokap, tapi bokap kalau rokok kayak masih biasa, jadi gue dicuekin nyokap semingguan, terus nyokap ngebolehin dengan syarat gak boleh banyak dan ya gue pegang syarat itu."
"Sehari habis berapa?"
"Paling banyak 3 batang, kalau dikitnya ya gak ngerokok sama sekali. Gue ngerokok tergantung mood gue. Kalau lo? Pasti gak ngerokok ya?" tanya Adit.
Raka mengangguk. "Kalau gue juga di rumah emang gak dibolehin sama dasarannya gak suka aja bau rokok, jadi ya gue gak mau ngerokok. Apalagi kakak gue dokter, dia suka nakut-nakutin bahaya rokok ke gue."
"Kakak lo cewek 'kan ya?" tanya Adit.
"Iya, kita beda dua tahun juga."
Cengiran Adit mulai melebar. "Nah! Boleh tuh gue lo kenalin ke kakak lo! Siapa tahu kita jodoh!" seru Adit sekaligus bercanda tentunya.
"Eits! Tak semudah itu kawan! Lo harus langkahi mayat gue kalau mau ngerebut Kak Esa dari gue!" seru seseorang dibalik tubuh Adit, tak perlu menoleh Adit pun tahu kalau dia adalah Axel.
"Gak cocok lo kalau sama Kak Esa! Lo udah doyan dugem, doyan mainan cewek, doyan rokok, doyan apa ajalah yang gak baik, nah mau deketin dokter! Gak imbang!" ejek Adit.
Axel mendelik tak terima ke arah Adit. "Gue udah tobat nyet! Semenjak mengejar cinta sejati, gue gak mainan cewek! Ngerokok juga gue udah gak, udah dapat tiga bulan ini!" bela Axel.
"Tapi dugem? Ya elah sama aje!"
Raka tertawa melihat pertengkaran Axel dan Adit. Memang, semenjak tiga bulan belakangan Axel gempar-gemparnya mendekati Esa, kakak satu-satunya Raka.
"Ini yang terakhir, karena diajak temen-temennya Raka, habis itu dah! Selesai!"
Adit mencibir sekilas. "Jangan restuin Rak, dia manusia kelas kakap kalau udah kena cewek, adek gue aja nih ya masih SD mau diembat! Ya kali nih anak kayak pedofil!"
Tak.
"Anjir! Anjing! Asu! Lo kalau ngomong gak kira-kira?! Enak aja gue dikatain pedofil, lagian gue cuma suka ajak adek lo jalan! Soalnya dia lucu emes gitu, bukannya gue suka anjir!"
Axel sudah marah-marah dengan Adit, sedangkan Adit memilih tertawa terbahak-bahak, ia terlalu senang mengerjai Axel, pasti begini jadinya, suka marah-marah.
"Lo juga ya Dit, udah tahu Nessa udah ada Raka, masih aja kadang ngarep balikan! Hadeuh! Sadar dong bruh lah!" Oke Axel ini kelepasan, karena pasti Axel akan menghina Adit dengan Vanessa kalau Axel sudah kesal dan Adit melupakan fakta itu.
Axel terdiam seketika. Dia melirik Raka yang sedikit menegang, dan melirik Adit yang memberikan tatapan membunuh ke arahnya.
"Gue gak maksud Rak, gue bercanda," cengir Axel. Raka mengangguk.
"Udah santai, jadi lo bisa 'kan desain hari ini? Gue butuh banget nih!"
---------
09-05-2020
![](https://img.wattpad.com/cover/219204875-288-k892920.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Favourite Ex
Teen FictionAdit, mahasiswa tingkat akhir yang sedang gencar-gencarnya menghadapi Tugas Akhir perkuliahan lagi-lagi harus tergoyahkan dengan urusan hati. Apalagi, dambaan hatinya tidak pernah berganti semenjak ia memutuskan hubungannya di kelas 12 SMA. Vanessa...