Rumit

1.8K 186 44
                                    

"mau ngomong soal apa Lin? Kok kayaknya penting banget"

"soal.... Nuca"

Aku menunggu Mahalini memulai perbincangan ini. Walaupun aku merasa suasana menjadi tegang karena aku menangkap Mahalini akan meyampaikan sesuatu yang penting, tapi Mahalini tetap memberikan senyum ramahnya. Cantik!

"kamu dekat ya sama Nuca?"

"aku? Ya gimana ya, ya gitu Lin. Kenapa emangnya?"

"gapapa, tanya aja. Nuca sekarang tambah bahagia kayaknya, mungkin karena kamu. Tapi nggak tau juga sih, sekarang Nuca jarang banget cerita, ngobrol juga"

Aku melihat Mahalini masih tersenyum tetapi seperti senyum yang dipaksa.

"maaf Lin, gara-gara aku ya Nuca jadi jauh sama kamu?"

"loh, kenapa minta maaf? Kamu nggak salah lagi. Aku seneng kok Nuca bahagia, walaupun bukan karena aku"

Sekarang, setelah mengucapkan kalimat itu, Mahalini menunduk, menyembunyikan wajahnya dari ku beberapa detik. Lalu menatapku lagi, masih dengan senyumnya yang cantik tapi seperti menyembunyikan sesuatu.

"Ra, aku suka sama Nuca. Aku suka sama sahabatku sendiri. Tapi kalau Nuca sukanya sama kamu, aku gapapa, aku bahagia lihat Nuca bahagia"

Setetes air mata Mahalini yang sudah ia tahan sejak tadi akhirnya jatuh.

Aku menarik Mahalini dalam pelukanku. Aku tau bagaimana perasaannya sekarang, pasti hancur, pasti sakit.

***

Nuca sekarang mengantarkan aku pulang. Sepanjang jalan aku masih memikirkan kata-kata Mahalini tadi.

'apa aku sejahat itu sama Mahalini? Dia cewek yang baik, tidak seharusnya dia merasakan hal yang menyakitkan seperti ini'

'apa Nuca tidak ada rasa seperti rasa Mahalini padanya?'

'apa aku selama ini salah dekat dengan Nuca?'

'apa aku harus lanjut atau aku biarkan Nuca kembali ke Mahalini seperti seharusnya?'

Pikiran itu terus menghantui ku. Berputar-putar di kepalaku.

"Ra, Hei! Kok bengong?"

"eh i-iya Nuc. K-kenapa?"

"udah sampai ini, kamu daritadi diam aja, mikirin apa hm?"

Aku melihat keluar jendela mobil, dan benar saja ternyata kita sudah sampai, aku bahkan tidak menyadari itu.

"loh kok masih diam? Kenapa? Ada yang mau diceritain?" Nuca merubah posisi duduknya menghadapku, seolah benar-benar ingin menyimak omonganku.

"Nuc, sebenarnya kita ini apa?" tanya ku to the point.

"apa, maksudnya apa?"

"ya kamu itu nganggep kita itu bagaimana?! Kita sekarang semakin dekat, sering jalan, kamu juga ke aku manis gitu. Kamu nganggapnya aku apa?!"

Nuca sedikit terkejut dengan arah pembicaraanku. Tapi dia masih bisa menguasai dirinya agar tetap tenang.

"Nuc, gara-gara aku kamu jadi jauh ya sama Mahalini? Kamu sekarang jadi jarang ngobrol sama Mahalini?"

"enggak.. kata siapa kamu? Aku baik-baik aja kok sama Mahalini"

"ya kamu nya baik-baik aja, tapi Mahalini pasti nggak sedang baik. Kamu nggak ada rasa lebih ke Mahalini selain sahabatan?"

"aku sama Mahalini itu udah sahabatan lama, nggak mungkin kita nyimpen rasa satu sama lain"

"kenapa kamu nggak bisa suka sama Mahalini? Gimana kalau Mahalini suka sama kamu?"

MelodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang