Awal Sebuah Angan

505 78 15
                                    

Satu minggu. Dua minggu. Tiga minggu.

Wow! Sudah hampir tiga minggu aku mengirimkan lembar formulir Idola, dan belum ada kabar. Sekarang, aku mulai pesimis untuk lolos audisi.

"Guys, aku kayaknya nggak lolos audisi Idola deh" aku mengeluh.

"loh emang udah di umumin? Kayaknya di Official Instagram nya belum ada apa-apa deh"

"iya, Ly.. tapi gatau, feeling aja. Lama banget woi, udah 2 minggu lebih"

Aku menyeruput Thai tea lalu fokus ke HP.

Btw, kita –aku, Lyo, Kei, dan Ziva- sedang nongki di salah satu cafe dipusat kota.

Akhir-akhir ini kita memang sering jalan dan menghabiskan waktu bareng. Ya.. karena Ujian Akhir Semester sudah selesai beberapa hari lalu, juga urusan ekskul dan organisasi yang tidak seposesif dulu. Udah mau lengser aja ternyata..

"Anjir! Kuota ku habis!" maki Ziva pada HP nya.

"eh, disini ada wifi kan yak?" tanya Ziva pada dirinya sendiri, sepertinya. Karena belum juga kita jawab dia udah manggil mas-mas waiters duluan.

"Mas, password wifi nya apa ya?"

"password apa"

"password wifi, Mas"

"iya, password apa"

Ziva mengambil nafas dalam-dalam. Kita siap-siap tutup telinga.

"ASTAGA! PASSWORD WIFI MAS.. PASSWORD WIFI NYA APA? Anda anak nya Haji Bolot?!"

Woi Ziva bikin malu woi! Tapi kita juga ngakak dengernya. Untung yang diarea lantai 2 Cuma ada kita aja.

Mas nya senyum kecut gitu, mungkin karena mulut toa-nya Ziva! Tapi setelah itu kayak nahan ketawa.

"Dek, coba diketik password apa, huruf kecil semua dan pakai spasi, di HP nya. Adek cucu nya Haji Bolot ya?" kata Mas-nya sambil berlalu meninggalkan Ziva yang melipat wajahnya. Malu dia!

"ngomong nggak jelas sih! Lagian aku bukan adek-adek!" Ziva membela dirinya sendiri meski terdengar konyol.

"HAHAHA" kita terbahak lebar sekali. Puas rasanya bisa menertawakan kekonyolan teman sendiri, apalagi itu Ziva.

"puas-puasin dah! Puas-puasin!"

Ting

Dengan sisa tawa yang masih belum reda, aku meraih HP ku yang tergeletak diatas meja. Siapa tau penting kan ya.. Nuca misalnya, hehe.

Ternyata notifikasi dari e-mail. Tumben, atau mungkin ada tawaran job?

Aku membuka pesan itu, membaca setiap katanya dengan berhati-hati dan teliti. Semakin aku membaca kebawah, semakin aku merasa tubuh ku menguap. Hal yang sangat mengejutkan!

"OMG NO!!!"

"Kenapa,Ra? Pesan dari siapa?"

***

Dengan tergesa aku memasuki ruang office Sekolah Musik Solo, dan diantar Nuca. Antara terkejut dan excited yang memenuhi tubuhku.

Saking terburunya, hampir saja aku terjatuh karena tali sepatu yang lupa diikat. Dasar Tiara!

"Ra, pelan-pelan aja" kata Nuca dengan menahan pundakku.

Nuca berjongkok didepanku, lalu mengikat tali sepatu sebelah kanan yang terurai. Kalian pernah nonton drama korea Descendents of The Sun? Ya kurang lebih seperti itulah gambaran waktu Nuca mengikat tali sepatu ku. Sweet!

MelodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang