Skeptis

1K 189 50
                                    

"Ra!!!!!", teriakan Keisya membuat ku menghentikan langkah. Bukan aku saja, hampir semua yang berada didepan gerbang ikut mencari sumber teriakan itu.

"aduh Kei, kok kamu jadi ketularan Ziva sih, teriak-teriak"

"hehe maaf, Ra. Aku mau ngasih undangan buat kamu. Dari tadi pagi kita nggak ketemu kan?" ujar Keisya yang menyamakan jalanku.

"iya. Kamunya rapat mulu sih"

Keisya menyodorkan undangan sweet seventeen berwarna biru langit kepadaku. Tapi tunggu, kenapa Cuma satu?

"Kei, aku aja nih yang diundang? Nuca enggak to?"

"Nuca? Udah tak kasih kemarin, sama punya Kakak nya juga"

"ha? Ma-"

"eh itu mama ku udah jemput. Duluan Tiara. Dadah..". Keisya berlari sambil melambaikan tangan meninggalkan ku yang masih terdiam.

Sekarang normal kan jika aku mulai cemburu? Bahkan lebih! Aku curiga.

Aku berjalan kaki menuju kos ku yang hanya memakan waktu kurang lebih 5 menit, sambil membuat hipotesis-hipotesis yang melatarbelakangi kecurigaanku.

Pertama. Keisya sudah memberikan undangannya kepada Nuca. Tapi kapan? Tunggu.. tunggu.. tadi Keisya bilang kemarin? Jadi kemungkinan Nuca –pacarku- dan Keisya –sahabatku- kemarin ketemuan. Tanpa aku? Tanpa mengabariku?

Kedua. Kak Darel juga diberi undangan. Setahu ku Keisya dan Kak Darel baru sekali bertemu, waktu aku dan Nuca janjian di Starbucks dulu. Aneh bukan, seseorang yang tidak begitu akrab diundang dalam suatu acara penting? Atau mungkin mereka sudah akrab karena Keisya sering bertemu Nuca? Atau malah Keisya juga sering kerumah Nuca?

Ketiga. Keisya dengan santai memberi tau kepadaku kalau dia kemarin bertemu dengan Nuca. Sahabat macam apa yang dengan terang-terangan ketemuan dengan pacar sahabatnya sendiri? Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaanku?

"arggh!! Nggak! nggak boleh berpikiran negatif dulu Ra. Tenang-tenang.." tenangku pada diri sendiri.

Drrt drrt

Dering telfon menerorku.

📞"Halo, Nuc"

📞"halo Tiaraaaa"

📞"apa?!"

📞"Tuhan, galak sekali pacarku ini. Kenapa sih?"

📞"gapapa, baru pulang sekolah aja, jadi capek"

📞"owalah.. nanti sekolah musik
aku jemput ya.
Eh, kita berangkat agak sorean
mau nggak? Makan dulu"

📞"iya. Terserah"

📞"iyadeh, kata magic nya cewek kalau badmood udah keluar.
Yaudah nanti aku chat kalau mau jemput. Bye sayang.."


Tanpa menjawab aku memutuskan sambungan telfon kami.

***

Bimm bimm

Nuca sudah didepan gerbang. Aku meraih tas dan beberapa keperluan untuk sekolah musik. Tak perlu waktu lama untuk aku sampai di hadapan Nuca.

Ia tersenyum manis seperti biasa dan seperti seharusnya menyambut kedatanganku. Agar tak memakan waktu lagi kita segera menuju tempat makan.

Ada yang berbeda sepanjang perjalanan ini. Selain karena hujan gerimis yang mulai membasahi jalanan, juga karena keheningan yang tercipta diantara kita.

MelodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang