"Selain musik, kamu juga mimpiku Nuc"
Cerita seorang remaja yang sedang mengejar mimpinya, begitu juga cintanya.
Tiara, nama yang indah bukan? Semoga saja seindah mimpinya yang sedang ia perjuangkan.
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA]
Aku terbangun, atau bisa dibilang masih bangun. Tadi malam aku tidak bisa tidur. Banyak pikiran mengganggu ku.
Aku melirik kearah teman-teman ku yang masih bergulat dengan selimut dan mimpi.
Aku bangun dari tempat tidur menuju lemari disamping pintu, hendak mengambil kaos kaki.
Udara pagi ini benar-benar dingin, sampai terasa ke tulang. Aku rasa Tawangmangu tidak pernah kehilangan dinginnya.
Setelah menatap layar hp ku lumayan lama, aku berjalan keluar villa. Tampak diluar mulai terlihat cahaya putih khas pagi dipegunungan.
Kaki ku mengarahkan kehalaman belakang. Disana terdapat berbagai sayuran yang sengaja ditanam. Ada bunga matahari juga diujung halaman. Didekat teras belakang terdapat ayunan panjang yang mengarah kehalaman tadi.
Aku berjalan menuju ayunan. Lalu mendudukkan tubuhku pada ayunan itu.
Dingin sekali besi ayunan ini.
Ayam-ayam mulai berlomba berkokok. Saling sahut menyahut. Matahari dengan malu-malu menapakkan sinarnya. Menembakkan kehangatan kearah bumi.
Aku memejamkan mataku menikmati hangatnya matahari pagi yang membuat hawa dingin seketika hilang.
Satu menit.. dua menit.. lima menit.. aku masih memejamkan mataku.
Sampai aku merasakan ayunan yang aku duduki bergerak, seperti didorong seseorang.
Mataku secara keseluruhan terbuka, kepalaku menengok kearah belakang mencari seseorang itu.
"Dingin-dingin begini kenapa diluar, Ra?"
'Ow dia Nuca'
"Iya, Nuc. Mau cari hangat ke matahari"
Nuca beranjak dari belakangku kedepan. Berdiri disampingku yang masih duduk. Aku segera paham dan menggeser tubuhku agar Nuca bisa duduk disampingku.
