Sesuatu di Jogja

1K 126 24
                                    

Aku merasakan tubuhku berguncang. Lumayan kencang.

"TIARAAAAA!!!!!"

"TIARAAAAA!!! BANGUN!!!"

Mata ku sedikit terbuka, hanya untuk melirik apa yang sedang terjadi. Mungkin saja ada gempa, siapa tau.

Bukan gempa ternyata, tapi Ziva yang sedang menggoyangkan tubuhku sambil teriak-teriak.

"apa sih Ziv teriak-teriak, masih pagi juga" jawabku malas sambil menarik selimut.

"gila ya tidur mu. Kamu itu tidur apa mati suri sih?" kesal Ziva kepadaku.

Bukannya menjawab ocehan Ziva, aku memilih untuk memejamkan mataku kembali. Matahari saja masih malu-malu untuk menampakkan dirinya, apalagi aku sang pecinta siang hari ini?

"Ya Tuhan... punya teman kebo gini amat ya. Bangun, Ra! Kita harus siap-siap keburu ketinggalan kereta!"

"5 menit. Janji." Aku masih berusaha memberikan alasan agar bisa tidur lebih lama lagi.

"aku hitung sampai 3 harus sudah bangun ya! Kalau nggak bangun aku hitung sampai 4! Kalau masih nggak bangun aku hitung sampai kamu bangun!" cerocos Ziva tanpa jeda.

Aku mulai frustasi dengan gangguan Ziva. Pasalnya, bukan hanya berhitung saja yang Ziva lakukan sekarang. Dia sedang menghitung dengan suara cempreng khasnya sambil loncat-loncat diatas kasur ku. Jangan kan aku yang kebo, Sandy si tupai yang sedang hibernasi saja bisa terbangun karena ulah Ziva ini!

Aku menyerah.

Aku bangun dengan mengangkat kedua tanganku ke atas tanda menyerah akan serangan yang Ziva berikan dan berlalu ke kamar mandi, dengan diiringi tawa kemenangan si toa masjid bernyawa -Ziva.

Tidak lama aku berada dikamar mandi, selain kerena omelan Ziva yang menyuruhku cepat, juga karena air yang begitu dingin.

Oiya, Ziva tadi malam memang sengaja menginap di kos ku. Takut aku nggak bisa bangun pagi lalu mengacaukan rencana kita, katanya.

"Kei sama Lyo langsung ketemuan disana kan, Ziv?" tanya ku sambil mencatok rambut.

Ziva menggangguk.

"nanti kita diantar Sam kesana nya" tambah nya.

"loh? Kok Sam mau nganterin?"

"iya, katanya dia sekalian mau latihan basket gitu. Udah biarin aja, lumayan kan hemat ongkos, haha"

Aku dan Ziva sudah siap. Aku memakai skinny jeans dengan atasan flanel motif kotak-kotak monokrom, dan sepatu vans old skool, serta topi yang aku gantungkan pada ransel kecil di punggung untuk menyimpan dompet dan Handphone. Sementara Ziva memakai celana pendek selutut, atasan t-shirt berwarna maroon, sneakers, dan ransel kecil yang berwarna hitam.

"wah bahaya nih Sam nggak dateng-dateng. Bisa-bisa kita kesiangan ini"

Aku mangangkat tangan ku, melihat jarum pada jam yang melingkar di pergelangan tangan ku. Ziva juga sudah berdiri gelisah.

"udah jam 9 lebih. Perjalanan kira-kira 20 menitan. Wah mepet banget ini" sahut ku yang membuat Ziva tambah gelisah.

Kurang lebih 10 menit kemudian Sam tiba didepan gerbang kos.

"Sam! Lama! Bisa-bisa kita ketinggalan kereta nih!" bentak Ziva.

"hehe, maapin. Tadi pas mau berangkat ada panggilan alam dulu. Kan itu nggak bisa di tunda" tutur Sam sambil nyengir minta dimaklumi.

Tanpa banyak omong lagi, Sam segera menginjak pedal gas nya.

Tidak sampai 20 menit kita sudah berada di depan Stasiun Solo Balapan karena jalanan Kota Solo tidak terlalu padat pagi ini.

MelodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang