Ketika fajar menyingsing tak kalah embun menyapa bumi. Rona surya terpancar dari gelap yang perlahan hilang. Menghirup udara yang ber aroma kesedihan, sisa semalam. Kini, tak ada lagi kamu di pagiku tuan, aku merasa hampa. Dan kesunyian merasuk diriku, yang meratapi kepiluan.
Tuan, Baru saja beberapa detik jam kau pergi dari hari-hariku. Tak ada lagi dering ucap selamat pagi menyapaku. Tak ada lagi suara tegur sapamu membangukanku. Tak ada lagi tuan, yang tiap waktu merangkul sepiku. Kini aku lalui, hari tanpa dekapan kasih sayang tuan.
Aku kesepian tuan, boleh kah ku menangis merindukanmu. Begitu perihnya hati ini tuan, tanpamu disisiku. Rasanya begitu menyakitkan, ku kehilangan dirimu tuan. Begitu kejamnya, keada'an yang memisahkan hati kita. Membelenggu jiwa dalam kerinduan yang meharukan.
Tuan, Apa kau jua merindukanku, atau hanya aku begitu rindu. Hari-hariku hancur tuan, setelah perpisahan semalan. Aku kehilangan separuh jiwa dan hatiku, diri ini rapuh tuan. Andai saja kita tak sepakat tuk berpisah, mungkin tak sesakit ini, dan tak seperih ini yang ku rasa seorangan.
Tuan, Aku takut pada senja sore nanti, bertanya mengapa ku bersedih, dan mengapa aku sendirian dalam sunyi ini. Bisa kah kau sampaikan suaramu lewat angin yang bertiup. Agar diriku bisa bernafas diruang kosong tanpa undara. Sesak dan menyakitkan, menghirup pahit nya pepisahan.
Palembang, 22 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Yang Aku Rindu
General FictionSebuah cerita tentang dua insan manusia yang diuji oleh Hijrah, dan kisah jarak jauh. Komplik hati dan raga tertuang dalam sebuah sajak. Nantikan cerita rumitnya hidup akan sebuah cinta.