Terhempas

37 16 2
                                    

Tentang cinta yang belum sempat tersematkan.
Semua berantakan, tak seperti yang kita harapkan.
Dan kini kita terhempaskan di dinding kehancuran.
Hanya sisa puing-puing rasa yang bertebaran dihalaman.
Yang kelak akan menjadi rindu yang bergejolak dihati.

Tuan, Harus sepelik ini kah sebuah pertemuan antara kita.
Salahkah hadirku? Atau takdir yang menguji hati kita.
Sempat tumbuh rasa yang semerwak tangkai bunga.
Kini harus terpangkas, sebelum merkar dan mewangi.
Layu dan mati terpaksa dialami saat surya menyinari.

Puan, Kau tak salah, hanya saja waktu tak inginkan kita tuk satu. Diriku juga sama puan, merka rasa cinta yang bergelora. Namun kini ranum dalam peluk dua insan yang malang. Kita hanya perlu waktu puan, untuk menumbuhkan rasa, yang telah terpangkaskan, dan suatu hari akan berbunga.

Tuan, Tapi diri ini harus berpisah tanpa pernah kita bersama. Hatiku meraung tuan, menangis dalam kegelapan malam. Jika saja bisa belebur air dalam api mungkin akan indah. Namun sungguh mustahil bukan, untuk kita ucapkan.
Dan sebuah kemungkinan terlalu tinggi untuk kugapai.

Puan, Kita bisa apa, selain ikhlas atas apa yang telah kita tuai. Biarlah Tuhan, mempertemukan kita di waktu yang tepat. Memang sakit puan, tapi tak apa mungkin ini yang terbaik. Akan menjadikan kita lebih kuat untuk mebangun cinta. Bukan hanya sekadar kerapuhan yang menghancurkan.

Palembang, 21 Januari 2020

Bulan Yang Aku RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang