Tepat di kosan Aldiandra lebih tepatnya di ruang tamunya. Mereka sedang duduk dengan pemikirannya masing masing.
"Jadi. Bisa jelasin"kata Jun mengawali pembicaraan dengan mata yang menatap tajam Elvan.
"Tadi gue mau perjalanan pulang dan nemuin dia yang mau bundir" jelasnya sambil mengusap wajahnya kasar.
"APA KAKAK GUE BUNDIR JANGAN NGACO LO!!" teriak Jun dengan mengapai kerah baju Elvan.
"Gue juga ngak tau masalahnya. Yang gue tau dia cuma bundir udah cuma itu"
Aldiandra tidak ikut pembicaraan dua mahluk yang berada di ruang tamu itu ia lebih memilih mandi di kamar madi serta melupakan segalanya tentang malam ini. Ia berharap semua yang ia lalui hanya mimpi sehingga ia bisa beraktivitas seperti semula.
~~~
Pagi ini Aldiandra memutuskan untuk tidak sekolah karena trauma kemarin masih membekas di dirinya. Dan hanya Jun yang sekolah.
"Yaudah kak jangan ngapa ngapain awas loh. Jun berangkat dulu. Assalamualaikum" ucap Jun dengan cengiran seperti biasanya dan langsung dibalas senyuman oleh Aldiandra. "Waalaikumsalam, iya kakak ngak bakalan ngelakuin hal yang kayak kemaren kok"
Jun melangkah semakin menjauh dari Aldiandra. Sebenarnya Aldiandra sangat bersyukur memiliki Jun sebagai adiknya. Ia akui meskipun Jun nakal dan sedikit urakan tapi Jun bukan spesies mahluk yang kepo Jun lebih memilih jika Aldiandra sendiri yang membuka pembicaraan.
Jun bisa mengerti kondisinya meskipun harus menunda acara penjelasannya. Yah memang dari kejadian kemarin ia belum menceritakan apa apa dengan mereka berdua.
~~~
Siang ini suasana tampak tak bersahabat buktinya air turun dari langit dengan sangat deras.Tertampak seorang perempuan yang sedang rebahan tengah memikirkan nasibnya.
'Gue nanti harus gimana? Kalo gue hamil gimana? Gue takut kalo dia gak tanggung jawab? Apa gue gugurin yah nanti kalo gue hamil?tapi kan gak boleh dosa. Duhh bingung gue'
Batin Aan sembari menggigiti ujung bantalnya. Ia masih labil memang. Ia tidak dapat memungkiri fakta itu.
Aan turun dari ranjangnya ingin menengok Rara. Gadis kecil itu. Karena dari kemarin ia sama sekali tak tampak wajah kecil yang menggemaskan.
"Ehh Bi Mar, Rara ngak rewel Bi?" tanyanya sambil ikut duduk mengupas bawang bersama Bi Mar.
"Eh enggak kok sekarang dia lagi tidur. Udah bangun non"
"Emang keliatan banget yah kalo habis rebahannya hehe" cengengesnya sambil menggaruk rambutnya. Dan hanya gelengan yang dilontarkan Bi Mar.
"Eum....itu Bi makasih yah mau kerja disini tanpa dibayar" ucap Aldiandra sambil memainkan jari kukunya.
"Ehh...enggak kok non Bibi kerja di sini juga digaji sama Bu Vanka kok"
"Ohh iya juga yah gimana sekarang kabarnya Bu Vanka sama anaknya yah Bi?" tanya kepo Aldiandra.
"Mereka baik baik aja kok non"
flasback on
Jun dan Aldiandra sedang kalut karena kesulitan mendapatkan pengurus bayi. Mereka terus berjalan sampai saat mereka berjalan di depan apartementmegah.
"Kak gimana gak mau ada yang jadi pengurus bayi kalo gajinya segitu" tanya Jun sambil duduk di bawah pohon tepat di depan apartement.
"Bangun Jun gak enak diliatin orang gihh. Yah kakak juga tau kok susah emang tapi ayolah masa gitu aja nyerah gak kasian sama budhe sri yang udah kita titipin Rara." pinta Aldiandra sambil menarik tangan Jun. Yang hanya dibalas oleh wajah cemberut oleh Jun.
"Yah kak iyaa. Ehh kak apartementnya besar banget gilaa!!" seru Jun sambil melihat ke arah atas apartement itu.
" E... ehh Jun liat deh yang dilantai tengah itu ada bayi JUUN!" seru Aldiandra sambil menunjuk lantai apartement dengan telunjuknya."Mana coba gak keliatan"
"Itu loh Jun. E EHH JUUUN ITU BAYINYA MAU JATUH JUUN GIMANA"
"EHH IYA KAK GIMANA NIH" seru Jun sambil bersiap siap menangkap dari lantai bawah tersebut.
"UDAAH KAMU DISITU AJA NANTI TANGKEP BAYINYA KALO JATUH" perintah Aldiandra sambil menggigiti kukunya. Dan hanya anggukan gemetar yang Jun lontarkan.
Sampai saat bayi itu pun tengah berada tepat di cengkraman tangan Jun Aldiandra nerasa lega dan berkali kali bersyukur.
"Hufft... untung deh Jun kamua hebat deh" puji Aldiandra kepada adiknya. Yang merasa dipujipun hanya cengengesan.
Dan tiba tiba datang seorang wanita paruh baya yang mengenakan baju kantoran.
"EH...RINA KAMU GAK PAPA MAAFIN MAMA YAH YANG LALAI. Makasih banget yah buat masnya" seru wanita itu sambil mengambil alih bayinya dari tangan Jun. "Eh... enggak kok bu tadi saya cuma nangkep bayinya kok hehe" balasnya tersenyum ramah.
"Buat ngebalas kebaikan masnya, mas mau minta apa saya tirutin" ucap Bu Vanka sambil mengelus punggung anaknya.
"E....sebenernya kita butuh peng-
"Itu ngak kok bu udah kita ikhlas kok" balas Aldiandra yang dari tadi hanya menyimak sambil menyenggol lengan Jun.
"Oh.. ibu tau kalian butuh pembantu kan?? yah kan??" tebak Vanka.
"Ng-ngak kok bu" balas Jun. "udah gapapa kalian ini nanti saya kirim pembantu dirumah kalian. Kalian ngak bayar kok. Anggep aja kayak balas budi saya" sehabis mengatakan itu Bu Vanka langsung berpamitan dan pergi ke dalam apartementnya.
Aldiandra dan Jun hanya bisa melongo sambil menatap wajah masing masing setelah itu wajah Jun tiba tiba sumringah dan meloncat loncat. "Eh Jun bentar deh emang ibunya tau kosan kita?" tanya Aldiandra sambil menepuk punggung Jun dan hanya dibalas gelengan sambil tersenyum olehnya.
Sampai akhirya mereka pulang dan mendapati seorang perempuan yang berdiri di depan kosan.
"Saya Bi Mar de saya pembantu kalian"
"EHH.." kejut mereka berdua sambil tersenyum.
flasback off
" Yah... itu kejadian satu tahun yang lalu yah Bii" gumam Aldiandra sambil melamun dan hanya mendapati Bi Mar yang menggangguk angguk.
~~~
Sementara itu ada sesosok pria yang baru bangun dari tidurnya dan merasakan becek tempat tidurnya sambil kedinginan.
'gue ngak bodoh buat tau kalo gue udah merkosa cewek' batin Alvaro sambil mengusap kasar wajahnya.
Maaf banget yah kalo agak ngebosenin di part ini.
Salam author
Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ME! [END]
Teen Fiction"L-lo beneran hamil" "Iya" "Trus" "Gue gak mau lo tanggung jawab gue cuma butuh uang lo aja buat ngegugurin" Bahasa non baku √ Masih amatiran √