10. Fakta

28K 1.4K 10
                                    


Gelap. Satu kata yang dirasakan Aldiandra sekarang. Ia mencoba membuka matanya yang berat dan seakan terbang ia melihat wajah orang yang selama ini ia sukai. Elvan.

 "Udah bangun" Elvan kembali meletakkan minyak kayu putih yang awalnya ingin ia oleskan ke hidung Aldiandra.

"U-udah nih. Lo yang nolongin gue?" ucap Aldiandra dengan memalingkan wajahnya malu.

"I-iya se- 

Ehem ehem*

Lea yang semula berada di sebelah Aldiandra pun berdehem menandakan bahwa ia menjadi nyamuk disana.

"Makasih yah" Aldiandra tersenyum ke Elvan dan dibalas senyuman pahit oleh Elvan.

Elvan telah melangkahkan kakinya untuk menjauh dari kasur uks tempat Aldiandra dan segera menutup pintu uks yang awalnya terbuka.

"Gila gila tebak coba lo tadi ditolong siapa?" heboh Lea yang sedang melihat mulut Aldiandra penuh nasi yang memang sudah disediakan dimeja.

"Evan kan?" Aldiandra mengucapkannya dengan mulut penuh. 

"Lo itu makan mulu ihh, tadi belom sarapan?" Lea bertanya kepada Aldiandra dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Aldiandra.

"U-udah kok cuma yah due masih laper aja hehe" segera Aldiandra menghabiskan makanan yang ada di dalam mulutnya.

"Oh ya salah, salah besar yang nolong lo tadi bukan Elvan" Lea berbicara dengan menggerakkan tangannya didepan dada seperti membentuk huruf 'x'.

"Trusss?" 

"Suami lo"

"HEH KOK BI--

Uhuk uhuk*

Aldiandra terbatuk saat mendengar fakta itu. Lea dengan gercep langsung memberikan minum yang berada di nakas.

"MANGKANNYA DIHABISIN DULU ITU MAKANANNYA, MAKAANN MULU LO ITU!!" 

Lea memarahi Aldiandra dengan posisi berdiri dan tangan yang diletakkan di pinggang. Aldiandra melihatnya hanya bisa mengangguk pasrah ketika dimarahi oleh Lea yang marahnya seperti mak mak kosan telat bayar bulanan. 

"Kok bisa sih" setelah selesai dengan acara minumnya Aldiandra menyudahi kegiatan makannya.

"Pas gue teriak yah tiba tiba dia dateng dan langsung gendong lo ala bridal style gituu, iri gue" 

"Sama Bagas sanaaa, dasar jomlo" Aldiandra mengejek Lea dengan menjulurkan lidahnya.

"OGAAAAHH"

~~~

Setelah melalui perdebatan kecil mereka pun kembali ke kelas karena Aldiandra yang memintanya. Ia tidak mau kehilangan kesempatan belajarnya meski hanya sebentar.

"Kemana dah" Bagas menyapa mereka berdua dengan bertanya.

"Tadi dia habis pingsan" kata Lea menunjuk Aldiandra di kursi sebelahnya. Aldiandra yang menyimak hanya bisa cengengesan dengan menampilkan sederet giginya.

"Kok bisa?" tanya Leo.

"Kecapean mungkin" jawab Aldiandra.

"OHH ya kayanya mingdep UAS deh" Bagas kembali bersuara.

"Lah kok bisa?" 

"Iya lo liat sendiri sekarang lagi free, guru guru lagi bahas UAS di ruang guru" 

"Lah iya sih" Lea menjawab sambil menggangguk paham.

"Aaan gue mau nanya dongg?" Bagas bertanya dan langsung menghadap ke posisi depan Aldiandra. Aldiandra yang merasa dirinya tersebut menaikkan alisnya menghadap Bagas.

"Susah yah pasti jadi murid beasiswa?"

"Bangett"

"Ketat banget yah"

"Iya, jadi kalo kalian semua jadi gue, kalian harus bisa mertahanin posisi nomor 2 dalam hal apapun"

"Tau Roro anak ipa 5?" Aldiandra bertanya dengan semua, mereka pun mengangguk karena memang mereka mengetahuinya.

"Oh yang nomor 5 itu yah?" Leo menebak. Aldiandra mengangguk.

"Dia sebenernya itu anak beasiswa, tapi dia juga bayar uang gedung" jelas Aldiandra.

"LOH bukanya anak beasiswa selama disini bebas dan ngak bayar apa pun" Bagas menentang tidak terima.

"Yah itu karena dia ngak bisa masuk 3 besar, beda sama gue yang posisi gue udah jadi nomor 2 dan posisi itu ngak boleh naik atau pun turun"

"Kalo turun yah wajar, tapi kenapa lo ngak boleh jadi nomor 1?" Leo keheranan dan menaikkan alisnya.

"Yah karena kan posisi nomor 1 ngak boleh gue tempatin, ada Alvaro"

"HAAHH??" semua keheranan dengan jawaban Aldiandra. Mereka bertiga memang bukan murid beasiswa jadi tidak mengetahui apapun tentang fakta yang ditutup rapat oleh sekolah mereka.

"Lo semua tau kan kalo keluarga Alvaro itu penyumbang terbesar di sekolah" semuanya menganguk. "Yah karena itu gue ngak boleh berada di posisinya"

Harus mereka akui ini memang beda dengan yang dikatakan sekolah tentang murid murid beasiswa, mereka tidak tau bahwa ternyata ada fakta yang sangat mengejutkan tentang siswa beasiswa.

~~~

Setelah sekian lama mereka berbincang bincang tentang anak anak beasiswa, mereka kini tengah kembali belajar dengan di temani oleh Bu Sri, selaku guru yang mengisi jam terakhir mereka.

"Jadi anak anak ada yang perlu dipertanyakan" Bu Sri menanyai semua murid dengan memandang secara bergantian.

"Saya Bu!!" Bagas mengangkat tangan kanannya.

"Kenapa?"

"Minggu depan jadi UAS Bu?" ucap Bagas agak keras.

"Ahh.. iya jadi UAS buat kalian belajar yang keras yah, kalian sudah kelas 12"

"Terutama kamu Aldiandra" sambungnya lagi. Aldiandra yang namanya terpanggil merasa tidak enak "S-saya Bu?" Aldiandra menunjuk dirinya sendiri.

"Iya kamu, kamu harus bisa menjadi contoh untuk temanmu. Pertahankan posisi nomor 2 kamu"

Aldiandra hanya bisa pasrah jika dirinya disudutkan seperti ini "Iya B-bu"





Salam author

Bye bye

WHY ME! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang