15

8 1 0
                                    

Kini ana berada di ruangan bernuansa putih, menemani sang kekasih yang tak kunjung membuka matanya, padahal Kelvin sudah dinyatakan bisa melewati masa kritisnya, tapi sudah lima hari Kelvin tak kunjung bangun, Kelvin seperti enggan melihatnya, enggan melihat kedua orangtuanya yang kini sudah berbaikan.

Flashback on

"Kamu mau bicara apa?" Tanya mama Kelvin kepada ana.

"Tante, om saya cuman mau bilang, sebelum kecelakaan Kelvin sempat bicara kepada saya tentang Tante dan om yang memilih untuk bercerai, Kelvin sangat terpukul dengan keputusan om dan Tante, Tante saya mohon pikirkan lagi keputusan Tante dan om apa kalian tidak kasihan dengan Kelvin, Tante om sebelum kecelakaan Kelvin bilang akan membuat om dan Tante bersama sama lagi tapi takdir mungkin belum sempat mempertemukan kalian dengan Tante." Jelas ana yang sudah menangis.

Orang tua Kelvin hanya saling bertatap dan kemudian mama Kelvin memeluk papa Kelvin.

"Mama minta maaf pa, mama egois gak mau percaya kata kata papa, maafin mama." Ucap mama Kelvin dengan tangisannya.

"Iya ma maafin papa juga udah buat mama salah paham, ayok kita perbaiki semuanya demi anak kita." Jawab papa Kelvin dengan menghapus air mata di pipi istrinya itu.

Ana sangat bahagia melihat keluarga Kelvin yang kembali bisa bersatu, namun sayang Kelvin tak bisa menyaksikan hari dimana dia akan mendapat kasih sayang yang beberapa tahun ini hilang.

Flashback off.

"Kak tolong bangun, kak sekarang orangtua kakak udah baikan lagi, itukan yang kakak mau sekarang buka mata kakak, aku mohon kak." Ucap ana dengan sedih.

Tak lama dokter yang memeriksa keadaan Kelvin pun masuk untuk memeriksa keadaan Kelvin, sesudah memeriksa keadaan Kelvin mereka memanggil orang tua Kelvin untuk berbicara.

"Begini pa ,Bu sebaiknya anak ibu dan bapak dipindahkan ke rumah sakit yang lebih memadai dari segi alat alat, benturan itu bisa jadi membuat anak ibu dan bapak amnesia total, jika ada alat yang memadai alangkah baiknya Kelvin melakukan terapi." Jelas sang doker.

(Maafkan author, author gak paham soal dokter karena author juga masih belajar)

"Iya dok, terima kasih." Ucap papa Kelvin dan mereka langsung keluar dari ruangan dokter.

Sesampainya di ruangan kelvin kedua orangtua Kelvin menghampiri ana yang terduduk lemas, mereka harus memutuskan ini secepatnya karena ini demi kesembuhan Kelvin anaknya.

"Nak om mau bicara." Ucap papa Kelvin pada ana.

"Iya om." Jawab ana.

"Besok Kelvin akan kami pindahkan ke rumah sakit di London untuk di terapi karena kemungkinan Kelvin amnesia akibat kecelakaan itu, om harap kamu disini bisa melanjutkannya hidup kamu dengan baik tanpa memikirkan Kelvin." Ucapnya.

Ana hanya terdiam, dia tidak sanggup untuk menerima semua ini namun apa daya dia harus menjalaninya, menjalankan hidup tanpa Kelvin, ini demi kebaikan dan kesembuhan kelvin.

"Iya om saya mengerti, kalau begitu saya pamit pulang om." Ucap ana dengan menyalami tangan kedua orang tua Kelvin.

Ana menghampiri Kelvin yang tertidur lemas, ana rindu pancaran mata yang meneduhkan, ana rindu senyum manis itu yang selalu menghangatkan ana rindu perlakuan Kelvin tapi mulai sekarang ia harus bisa tanpa Kelvin.

"Kak aku pamit ya, kakak baik baik disana, i love you." Ucap ana dan langsung berlari keluar dari ruangan kelvin.

Ana sakit sangat sakit, kenapa ini harus terjadi kenapa harus ada pertemuan jika akhirnya dipisahkan, kenapa dengan mudahnya dia memberikan hati pada Kelvin kenapa jika akhirnya dia harus melepaskan.

Sekarang dia balkon dikamarnya, sendiri menatap langit berharap keajaiban datang, tapi mungkin itu tidak akan pernah, ketika hari besok hadir ana berharap besok akan baik baik saja walaupun tanpa Kelvin.

Ana memutuskan untuk tidur dan berharap melupakan kenangannya dengan Kelvin.

___________________________________________

Sekaranga ana berada di sekolahh, sudah lebih dari sebulan Kelvin tak ada disini di sampingnya, hari hari begitu terasa hampa begitu terasa kosong tanpa kelvin di hidupnya.

"Udah lah na jangan sedih terus." Ucap kesya menenangkan ana.

Ana hanya terdiam dan pergi meninggalkan kelas menuju taman dibelakang sekolah, ana pergi kesana untuk mencari ketenangan, disana banyak kenangan dirinya dengan Kelvin yang tak mampu ana lupakan.

"Udah sebulan lebih yah kak, kakak gak ada di sini di sampingku, kenapa kak, kakak harus pergi, walaupun kembalipun kakak gak inget aku, kenapa kak." Ucapnya lirih.

"Apa gak cukup kakak buat aku hancur, kak aku rindu kakak." Lagi lagi ana bergumam sambil menangis.

Tanpa dia sadari ada laki laki yang duduk disampingnya menatapnya dengan sendu.

"Na?" Panggil laki laki itu.

Ana pun melihat laki laki itu dan langsung memeluknya erat.

"Jangan nangis na, aku mohon." Ucap Dafa, ya laki laki itu adalah Dafa.

"Kenapa kak, kenapa dia datang kalau cuma buat pergi." Tanya ana.

"Udah na udah sekarang kamu hapus air mata kamu lupain semuanya kamu harus buka lembaran baru." Ucap Dafa, tak terasa ucapan Dafa mulai ada peningkatan sekarang.

"Ayok sekarang kita balik Ke kelas." Ajak Dafa yang dibalas anggukan oleh ana.

Merekapun kembali ke kelas masing masing, tak terasa sekarang waktunya pulang, ana pulang dengan diantar Dafa karena ana tidak membawa mobil.

Sesampainya di rumah ana langsung membersihkan diri dan makan, setelah selesai makan ana kembali ke kamarnya mengingat setiap keping kenangannya bersama kelvin, yang membuat hatinya kembali teriris.

Dafa memang benar dia harus membuka lembaran baru, menuju hidup yang baru tanpa ada kesedihan, dia harus bisa.

___________________________________________

Segini dulu, maaf baru update.

Tunggu lanjutan ceritanya ya:)

Mohon maaf Typo bertebaran;)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang