Duka dan pertemuan

38 3 2
                                    

Pagi hari yang cerah, mengawali hari Zuhra sebagai seorang perempuan yang siap untuk melewati jalanan yang berduri. Hari ini, adalah hari dimana ia akan menginjakkan kaki nya ke rumah tempat ia dibesarkan itu dan kembali untuk memohon maaf kepada ayah kandungnya karena dikabarkan hari ini ayahnya akan pulang setelah berbulan bulan tidak kembali dari negara sakura, Jepang.

Zuhra ingin memasak untuk ayah tercinta nya itu, karena selama berbulan bulan juga ia sudah durhaka dengan ayah kandungnya dengan meninggalkan nya tanpa menyapa sedikit pun. Ya begitulah Zuhra walaupun dihatinya masih terdapat luka yang amat pedih, tetapi tidak dapat dihindari dan dipungkiri dunia bahwa ayah yang telah mengusirnya itu adalah ayah kandungnya, walinya, dan jalan menuju surga yang masih dibuka oleh Allah terhadapnya.

Setelah beberapa menit ia membereskan baju dan segala barang barang nya dari kamar sederhana yang ditumpangkan oleh aisyah, ia keluar dan berpamitan dengan aisyah.
"Jangan lupa sama aku ya Syah, juga sering sering main ke sini. Tapi jangan bulan depan, karena aku sama ibu mau pulang ke kampung untuk menemui nenek dan sekalian antar ibu".
"Siaap tenang aja, tiap hari pun rela klo kesini mah"balas Zuhra dengan nada riang.
"Hati hati ya nak, kapan kapan main ke kampung ibu sama aisyah" ucap ibu aisyah dengan lembut.
"Insyaallah Bu".
Memang, waktu wisuda kemarin ibunya aisyah datang dan menginap dirumah aisyah dan tinggal dengan mereka berdua di rumah sederhana itu.

Zuhra, duduk di mobil yang telah disiapkan bibi dari rumah yang di kendarai oleh pak Kasim ,jadi ia hanya duduk manis sambil menunggu mobil sampai didepan rumahnya kemudian turun.

"Assalamualaikum" salam zuhra.
"Waalaikumsalam, Zuhra . Ya Allah kamu kurus banget, ayo sini bibi udah masak Sop iga sama ayam goreng. Kamu makan dulu biar bibi yang bawa tas kamu ke atas."
"Gak usah bi, biar taruh disitu dulu, Zuhra kan mau cerita cerita dulu sama bibi, udah lama banget kita gak bertatap muka gini kan, hehe" zuhra terkekeh.
"Iya Zuhra bibi juga udah kangen banget sama kamu."
"Bi, waktu Zuhra pergi dari rumah, ayah ada baca surat dari Zuhra di meja kantor nya?" Tanya Zuhra yang memang sebelum ia pergi, ia meninggalkan surat dan seluruh fasilitas yang ayahnya berikan padanya.

"Entah, bibi juga gak tau. Waktu Zuhra pergi, malam nya pak ridho pulang tapi gak seperti biasanya, yang setiap pulang bawa cewe. Malam itu pak ridho seperti depresi dan wajahnya pucat serta gelisah seperti orang yang baru tersadar dari hipnotis, setelah itu tanpa bicara apa apa langsung naik ke atas, beberapa jam kemudian bibi terdengar suara tangisan dari atas, setelah bibi cek ternyata itu tangisan pak ridho di ruang kerjanya,mungkin dia baca surat dari kamu kali, memangnya apa yang kamu tulis di surat itu?"jelas bibi.
"Zuhra cuma tulis kalo Zuhra mau pergi dan ingin membiarkan ayah bebas dari zuhra, cuma hal itu kok bi".
"Mungkin bapak menyesal Zuhra ,tapi bibi juga gak tau sih"
"Terus bi?gimana lagi setelah itu?"

"Terus bibi gak berani kan masuk ke ruang kerja bapak, bibi biarin aja dulu biar agak tenang. Besok nya bapak udah siap dengan koper untuk ke Jepang beberapa bulan katanya. Terus sewaktu bapak sarapan, bibi dipanggil untuk tanya keberadaan Zuhra, habis itu bibi kasih tau kalo Zuhra di rumah aisyah, tapi bapak nggak susul Zuhra karena merasa bersalah katanya." Lanjut bibi.
"Terus, ada di bilang apa pagi bi sama ayah?"
"Katanya sebenarnya ia sedang depresi beberapa tahun ini, karena saham perusahaan yang di Jakarta sudah diambil alih oleh pegawai nya sendiri tanpa diketahui olehnya, terus karena begitu depresi ia diajak oleh temannya ke diskotik untuk melepas kejenuhan ,maka jadilah kecanduan yg berat dan membawa perempuan ke hotel bahkan kerumahnya sendiri tanpa ada rasa malu atau segan. Dan setelah kejadian kamu waktu itu, ia ternyata ditipu oleh perempuan yang dibawanya kerumah saat kamu pulang dari kkn, perempuan itu bersekongkol dengan tiga temannya untuk mengambil handphone, dan beberapa kartu kredit bapak yang sudah dialih namakan ke perempuan itu. Saat itulah bapak sadar apa yang ia lakukan itu adalah kesalahan besar."

Takdir Yang Tak Dapat Di ElakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang