Sedih, kecewa, galau, itulah rasa yang bergejolak didalam hati Zuhra saat ini. Kepergian ayah kandungnya itu telah membuat seorang Zuhra merasa durhaka sebagai seorang anak karena ia tidak sempat meminta maaf atas kepergian nya selama ini tanpa menyapa ayahnya itu sedikitpun, walaupun sebenarnya ayahnya sendiri yang mengusirnya waktu itu.
Hari ini adalah hari ke tujuh atas kepergian pak ridho yang mendadak, walaupun memang ajal itu tidak ada yang tau kapan datangnya. Zuhra yang tidak berhenti memanjatkan doa untuk ayahnya itu tidak keluar dari kamarnya sejak siang tadi. Tamu tamu yang datang melayat kian bertambah karena tahlilan ketujuh akan di laksanakan setelah Maghrib, tetapi sekarang jam masih menunjukkan pukul enam, itu arti nya hanya tinggal menunggu kurang lebih satu jam lagi.
"Apa yang masih kurang bi?" Tanya Zuhra yang sudah sampai di dapur dan menemui bibi yang sedari tadi sibuk menyiapkan tahlilan untuk Maghrib nanti.
" Udah siap semua Zuhra tinggal tunggu Maghrib aja" jawab bibi.
"Assalamualaikum" terdengar salam yang tak asing ditelinga Zuhra .
"Waalaikumsalam, umi" jawab Zuhra sambil mencium punggung tangan umi dari bang Raihan yang sudah dianggap uminya sendiri.
"Kak indah mana mi?"
"Nanti dia nyusul soalnya si Farah baru tidur Tadi abis ashar"
"Kok tidurnya abis ashar umi?kenapa gak siang?"
"Tadi siang dia asyik main sama kakeknya sampai lupa tidur"
"Hhehe, kok tidur siang bisa lupa ya" sahut Zuhra terkekeh pelan, karena dukanya belum sembuh dengan sempurna bahkan mungkin tidak akan sembuh karena ayah kandungnya sendiri yang meninggalkannya sendirian.*******
Acara tahlilan berjalan dengan lancar dengan diiringi oleh doa doa, surah pendek, dan dzikir yang dibacakan oleh Teungku(istilah ustad atau orang yang paham agama di aceh) dan diikuti oleh seluruh orang dirumah Zuhra yang mengikuti acara tahlilan tersebut.Zuhra menatap ruang tamunya yang masih ramai dengan orang orang dan mencari sesosok lelaki yang ia merasakan sesuatu didalam hatinya ketika berhadapan dengannya, ya itu adalah akbar, entah kapan Zuhra mulai merasakan hal aneh dihatinya ketika bertemu dengan akbar, mungkin karena akbar yang selalu perhatian dan setia menunggu Zuhra sampai sekarang.
Jujur Zuhra takjub melihat kesabaran akbar yang menunggunya dari awal kuliah saat akbar menyatakan cintanya pada Zuhra tetapi Zuhra tidak ingin buru-buru dan ingin fokus kuliah dulu ya begitulah alasan Zuhra, padahal ia sama sekali tidak punya rasa apapun pada akbar saat itu, dan kini ia merasa bahwa hatinya ingin memiliki seorang akbar yang setia, dan satu dipikiran Zuhra saat ini, sudah pasti akbar setia padanya sepanjang masa hidupnya ini, karena jika akbar setia untuk selama ini sudah bisa dipastikan ia akan setia saat hubungan mereka terikat dengan pernikahan.
'astaghfirullah Zuhra apa yang kamu pikirkan, astaghfirullah' batin Zuhra.
Tiba tiba ada seukir senyum yang menampilkan sosok pria yang duduk di ujung sudut rumah Zuhra yang luas. Itu adalah senyuman maut yang membuat seluruh wanita terpana siapa lagi kalo bukan akbar yang tersenyum ketika melihat sesosok bidadari yang sedang menatapnya. Zuhra yang menyadari ia sedang dilemparkan senyum itu langsung mengalihkan pandangannya dengan wajah yang tersipu malu dan pipi yang memerah bagai jambu merah yang baru matang, tanpa sadar ia sedikit telah melupakan rasa duka yang begitu besar dengan melihat akbar.
*********
Pagi hari Zuhra yang kembali murung karena ia berulang kali mengingat momennya bersama ayah tercinta.
Tapi apa boleh buat semua takdir ini telah dituliskan oleh Allah SWT. Di lauhul Mahfudz ,manusia hanya bisa bertawakal dan menyerahkan dirinya pada pencipta alam semesta ini."Zuhra.." bibi memanggil dari luar pintu sambil mengetuk pintu Zuhra.
Zuhra membuka pintu yang menghalangi nya itu dan bertanya ada hal apa bibi memanggilnya sepagi ini.
" Dibawah ada pengacara pak ridho mau ketemu sama kamu"
"Oh, oke. Bibi temenin Zuhra ya"
"Siap""Assalamualaikum" salam Zuhra pada pak pengacara yang sudah duduk di ruang tamu dan ditemani oleh dua orang yang ikut dengannya.
"Waalaikumsalam" jawab pak pengacara dan dua orang lainnya.
"Ada apa ya pak?".
"Jadi begini mbak, saya akan memberi tahu wasiat dari pak ridho kepada mbak sebagai anak kandung dari pak ridho".Pengacara itu pun memberikan surat yang isinya mengenai warisan harta dari pak ridho kepada Zuhra. Tertera nama Zuhra atas kepemilikan aset kekayaan pak ridho, mulai dari perusahaan tekstil di Jakarta, perusahaan karet di Aceh ,rumah tiga tingkat di Jakarta, rumah yang sedang didudukinya saat ini, seluruh aset benda seperti mobil, motor, dan lain-lain, juga tabungan sebesar 5M. Tetapi itu tidak semua, karena sebagian sudah dibagikan ke wali dari zuhra setelah ayahnya yaitu pamannya, adik dari ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Tak Dapat Di Elak
RomanceSeorang wanita yang jodohnya sudah ditentukan oleh Allah SWT.dengan berbagai cobaan yang ia hadapi dan menemukan jodohnya yang ternyata Abang kelasnya dulu di masa SMP.ia seorang putri dari seorang pengusaha yang kaya,tetapi orang tuanya telah berce...