Yunho geming cukup lama sambil menatap secarik undangan berwarna emas di tangannya. Gila, hatinya meletup-letup bagaikan pop corn yang lagi dimasak.
Ulang tahun Yura. Kenapa Yunho bisa lupa? Padahal biasanya jauh-jauh hari dia sudah menyiapkan kejutan spesial teruntuk perempuan bermarga Park itu.
Dan sekarang? Hell.
Oke. Mungkin kalian bertanya-tanya siapa itu Yura. Kenapa dia begitu penting bagi Yunho?
So, Yura adalah tetangga Yunho. Gadis cantik berperawakan sedang, kulit pucat bak vampir ditambah dengan tatapan dinginnya, sangat cerdas, dan menganggap Yunho adalah adik kecil yang kini mulai tumbuh dewasa.
Saat ini dia kuliah di luar kota. Sesekali dia pulang, tetapi hanya sebentar. Dan jarang bertemu Yunho. Tapi, Yunho tidak pernah lupa hari-hari penting dengannya. Seperti hari ulang tahun gadis itu, hari mereka berkenalan, hingga hari saat Yura harus pergi.
Dia itu sosok yang selalu Yunho andalkan. Sosok yang selalu membuatnya nyaman. Satu dari beberapa tempat pulang selain rumahnya yang selalu kacau.
Dia sosok perempuan satu-satunya yang amat Yunho hargai, selain ibunya. Sosok yang membuat Yunho mengerti apa itu... cinta.
Skip.
"Anjir. Gue mau ngado apa, ya?" Yunho mengacak rambut frustrasi. Benar-benar hampir gila karena waktu benar-benar mepet.
Di tengah kalutnya Yunho, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
"Sape?" tanyanya. Enggan beranjak sama sekali dari kasur. Mager. Lagi posisi enak. Ralat, lagi posisi ala anak alay galau.
"Yeosang."
"Masuk aja."
Knop pintu diputar dari luar. Yeosang benar-benar masuk. Ternyata tidak sendiri alias bersama saudara Wooyoung.
"Mau pada ke mana lu? Gaya amat udah pake kacamata, Young! Mangkal?"
"Pantat lu korengan, mangkal!" Wooyoung yang sudah berpakaian rapi, nggak begitu formal tapi ganteng, duduk di kursi belajar Yunho. Yang yakin banget, sih, itu kursi jarang dipake buat duduk mempelajari materi atau ngerjain tugas. Paling duduk buat mantengin laptop, main game onlen, Facebook, searching web anu.
"Ikut kagak ke acara ultah pacar gue?" lanjut Wooyoung.
"Lha, Aera ulang tahun hari ini?"
"Iya, Pe'A. Makanya inget-inget dong, tahun lalu kan elu yang jadi tumbal gue keliling mall buat nyari kado."
Yunho diem sebentar. "IYA JUGA!" pekiknya kemudian, mengangetkan secarik oknum Kang Yeosang yang lagi sisiran di depan kaca. "Tahun lalu kita jadinya beli apaan, sih?"
"Boneka kicik yang putih."
Oh iya, boneka. Tapi kalau Yunho ngado boneka juga buat Yura, ya bosen. Orang tiap tahun tuh Yunho kadonya tidak jauh-jauh dari boneka beruang.
"Terus tahun ini lo ngado apa?"
"Ngado anak," balas Wooyoung ngasal. "Udah buru sana mandi! Mau ikut kagak? Kita ke rumah San. Si Mingi udah berangkat ke sana dari tadi."
"Lha, itu bocah nggak kabar-kabari dulu tumben."
"Masih bae lo lelet. CEPETAN!"
Yunho nyengir lebar kemudian mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi. Berabe kalau Wooyoung sudah teriak-teriak. Takut uratnya pada putus.
***
Kediaman San ribut banget. Bagaimana tidak ribut jikalau ada lima bujang langganan timpukan Pak Bagus tiap malam Minggu? Ditambah satu perawan yang lagi merengut bete di antara mereka.