#7 Perfect

3.2K 211 52
                                    

06/04/2020 Tiara POV
Hai hai hai yuk kerjasamanya yuk, Jangan lupa Vote, Comment, dan Share ke sosial media kalian. Biar aku masih bisa bertahan di panggung wattpad ini (?) See you next time...

Happy reading...

Teruntuk yang post IG lagu Tjumbuan Kasih Rimba Lara 'hei malam, mengapa merajuk, biarkan aku seorang diri. kasihku hilang jauh diawan. aku hanya dengan kenangan' tenang udah di bales sama 10.000 hours 'i might never get there, but i'm gonna try. if it's ten thousand hours or th rest of my life' aaah gumuy sama haluku sendiri. tapi nyambung loh soalnya dilirik ardhito ada kata rembulannya *eh

***

"Selamat malam bulan" sapaku pada langit cerah, malam hari ini. Sudah lewat dari tengah malam, tapi aku masih belum bisa terlelap.

Kak Abe dan Ziva, roommateku minggu ini sudah tertidur dari pukul sepuluh tadi. Tak ingin mengganggunya, aku pun memilih berdiam diri di balkon kamar. Menikmati semilir angin malam sambil bercerita pada rembulan yang tampak indah bersinar malam ini.

"Bulan... Apa kabar?" ujarku mulai berdialog menatap langit "Bulan... Minggu ini perasaan Titi hancur banget. Abrar datang bersama teman-teman sekelas Titi jauh-jauh dari Jember. Sengaja datang meminta untuk memperbaiki lagi hubungan kami, hubungan yang menurut Titi sudah berada di tepi jurang. Untuk apa mempertahankan jika bersama hanya menimbulkan luka?"

"Bulan... Titi ingin semua orang yang ada di dekat Titi bahagia. Titi suka ngeliat semua orang tersenyum karena Titi. Saat Titi ketemu Abrar dan temen-temen yang lain, Titi tau mereka pasti nggak mau pulang dengan kekecewaan. Tapi kenapa rasanya hati Titi sesak, sakit"

"Bulan... Tolong kasih tau Abrar. Titi sayang Abrar, tapi rasa sayang Titi udah nggak kaya dulu lagi. Maaf Abrar. Titi emang ngikutin kemauan Abrar buat memperjelas status kita, tapi di hati Titi udah nggak ada nama Abrar lagi"

"Dan satu hal lagi yang buat hati Titi hancur, seseorang yang baik sama Titi, yang peduli sama Titi, yang selalu ada di dekat Titi. ternyata dia nggak suka sama Titi. Titi nggak tau maksudnya dia nggak suka Titi dalam hal apa. Tapi kenapa dia nggak bisa bilang langsung baik-baik sama Titi. Titi sedih banget, bulan..."

Kriiing... Kriiing... Kriiing...

'Eh?'

Telepon kamar hotel berdering, aku melirik kiri dan kanan. Memeriksa tiap balkon kamar hotel. Sepi.

Seketika bulu kudukku berdiri, aku baru teringat bahwa kamar yang aku tempati sekarang adalah bekas kamar Nuca dan Kak Richard minggu lalu.

'Siapa yang telpon jam 2 malam begini?' batinku mulai paranoid.

Aku kembali masuk ke kamar. Melihat Kak Abe dan Ziva yang masih tertidur dan dering telpon yang tak kunjung berhenti. Tidak mungkin aku membangunkan Ziva, kita sama-sama penakut.

"Kak Abe..." panggilku, sedikit menggoyangkan badannya.

"Hm..." respon Kak Abe.

"Ada telpon" aduku takut.

"Hm... angkat aja" jawabnya tanpa membuka mata.

"Tapi Titi takut, ini kan bekas kamar Nuca kemarin. Kalo yang gangguin kita kemarin masih tinggal disini gimana?" panikku.

"Hah? Hm..." Kak Abe masih enggan membuka mata, tapi telpon masih terus berdering.

"Kak Abe hiks" panggilku lagi mulai terisak karena takut.

"Hoam... hm... Siapa sih?" tanya Kak Abe, dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya Kak Abe meraba meja nakas di sebelah tempat tidurnya, mencari gagang telpon. "Halo setan! Nggak usah iseng sama adek gue! Jam berapa sekarang hah?! Jangan ganggu tidur manusia dong, gaul tuh sama kaum lo sana, ngantuk gue. Dah jagan telpon-telpon lagi, bhay!" bentak Kak Abe langsung membanting gagang telpon.

ADA CERITA DARI KARANTINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang