Diantara Dua Pilihan

2.5K 93 0
                                    

Pikiran ku benar benar kacau saat ini betapa tidak tadi pagi kedua orang tuaku dengan gamblang menjelaskan jika diriku akan dijodohkan dengan anak sahabat lamanya."aku cuma cinta sama Angel""Aku tidak mau yang lainnya...""aku tidak mau...."Prankkkk PrankkkAku melempar gelas dan juga frame yang berada di meja kerjaku. Aku mengacak acak seluruh isi mejaku membuangnya asal hingga berhamburan di lantai. Aku melipat tanganku di atas meja lantas menundukkan kepalaku hingga bertumpu dengan tanganku. Aku memejamkan mata sejenak mencoba menetralkan fikiranku.Disatu sisi aku sangat lah menyayangi kedua orang tuaku, disisi yang lain ada Angel gadis yang sangat aku cintai dan tak mungkin untuk ku lukai. Dengan frustasi aku mengacak acak penampilanku. Bagaimana sanggup aku menjelaskan pada gadisku tentang rencana perjodohan orang tuaku. Sungguh aku tak sanggup jika harus melihat gadisku bersedih atau pun terluka."Arrrrgh....""Shitttt... Sial kenapa aku jadi bingung begini..""ini pilihan yang sulit.. aku tak mungkin melukai kedua belah pihak...""orang tuaku.. aku sangat menyanginya tapi aku pun tak bisa melukai hati Angel""Astaga, mengapa engkau menghadapkanku diantara dua pilihan yang amat sulit""huhhhh"Kali ini aku benar benar butuh pelampiasan untuk menghilangkan rasa stres yang sedang aku rasakan. Baiklah, sepertinya aku butuh waktu untuk sendiri. Aku memilih men-silent ponsel dan mengosongkan seluruh jadwal kegiatanku di kantor mulai hari ini hingga esok dan berniat pergi ke club bersama dengan Reza seperti yang selalu ku lakukan ketika sedang penat."Sebaiknya aku panggil Reza dulu"Aku mengambil gagang telepon dan menyambungkannya dengan telepon di meja kerja Reza."Za... segera kemari" ucapku dalam sebuah sambungan telepon yang kemudian langsung ku putuskan sepihak.Benar saja tak lama setelahnya Reza benar benar datang. Dengan gaya sok cool-nya Reza langsung menerobos masuk kemudian duduk tepat di hadapanku."kenapa boss?"Reza yang mengetahui aku sedang dalam mood buruk memilih diam dan mengikuti setiap titahku saja.Aku meminta Reza mengosongkan seluruh jadwalku hingga esok, percuma saja aku tetap bekerja jika pikiranku kacau seperti ini. Bisa bisa pekerjaanku malah kacau dan semakin membebani pikiranku."Za kosongkan jadwalku untuk hari ini dan dua hari kedepan... aku ingin menenangkan diri""baik boss" ucap Reza seolah mengerti apa mauku."ayo kita pulang... temani aku! malam ini kau akan tidur di apartemenku" seruku."ya baiklah... terserah kau saja" ucap Reza pasrah.Aku melempar sebuah kunci mobil akepada Reza, dengan cepat tanggap Reza menangkapnya lantas melajukan mobilku dengan kecepatan sedang menuju apartemenku."mau mampir dulu atau langsung bos?" tanya Reza kepadaku."langsung saja""baiklah kalau begitu"Reza memarkirkan mobillu dilantai basment lantas turun mengikuti langkahku dari belakang. Tak ada pembicaraan diantaara kami karena aku tahu saat ini Reza takut untuk bertanya kepadaku. Begitu pun denganku yang belom siap untuk bercerita dengan Reza."tunggulah di sini... temani aku""baik bos"Dan kau boleh memesan makannan yang kau sukai jika kau lapar" imbukku sebelum meninggalkan Reza menuju kamar ku.Aku memutuskan berdiam diri sejenak di apartemenu dengan ditemani Reza. Ku lirik ponselku yang terus saja berbunyi sedari tadi dan bisa ku tebak gadisku sedang khawatir saat ini karena aku tak kunjung membalas pesannya namun aku harus tega dan memilih mematikan ponselku sementara karena aku butuh waktu untuk berfikir sejenak."Angel...""maafkan aku sayang""aku butuh waktu untuk berfikir sendiri" ucapku sembari mematikan ponsel.Aku berjalan menuju kamar mandi, membersihkan diriku lantas berganti pakaian dan berjalan keluar. Malam ini aku mengajak Reza untuk pergi ke sebuah club milik temanku menemaniku."Za ayo ikut aku""kemana boss?""ikut saja dan jangan membuatku marah""baiklah" ucap Reza pasrah.Reza melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan ibu kota menuju ke sebuah Club elit yang cukup terkenal di ibu kota ini. Reza mengikuti langkahku di belakang."Tequila..." seru Rakai seolah mengerti apa mauku."Vodka..." Seruku usai menegak satu gelas tequila yang dipesankan oleh Reza."tambah lagi" teriakku yang mulai merancau.Tanpa sadar ku tegak puluhan gelas minuman beralkohol yang menyebabkan ku kehilangan kesadaran dan berbicara ngawur."aku gak mau yang lainnya... aku mau Angel""aku cinta Angel...""Aku mau dia...""kenapa kalian menjodohkanku" rancauku sembari terus menegak vodka."tambah lagi" teriakku."pelayan... stop jangan ambilkan lagi. Bosku sudah mabuk berat" ucap Reza yang masih bisa ku dengar."kau siapa melarang larang" teriakku dengan nada tidak suka."bos stop... lo sudah mabuk man... please stop it" bujuk Reza.Aku masih bisa melihat dengan jelas raut ke khawatiran dari Reza yang melarangku untuk menambah minuman. Benar saja itu justru membuatku marah dan kehilangan kendaliku sehingga ku pukuli setiap orang yang berada disekitarku yang menyebabkan kegaduhan dan kekacauan didalam club.Reza yang kala itu disampingku mencoba meleraiku dan menarik tubuhku yang limbung untuk keluar dari club tersebut."Aku mau minum lagi..""berikan aku wine...""kenapa kalian diam saja hah" teriakku marah."stop... ayo kita pergi" ucap Reza memaksa."lepaskan aku... aku tidak mau""pergi sekarang... kau bisa membuat mereka semua mati kalau kau tidak pergi Kai..." teriak Reza yang masih terdengar jelas olehku.Samar samar ku lihat Reza menelpon seseorang, namun sayangnya aku tak bisa mendengarnya karena saat ini ia berada agak jauh dariku.Aku melihat Reza berjalan kembali ke arahku. Reza menyeretku dengan paksa, aku yang sudah mabuk berat dan merasa kehilangan kendali atas tubuhku pun hanya pasrah karena tak bisa melawan Reza. Ia menyeretku dengan susah payah melewati kerumunan orang yang sedang berjoget mengikuti alunan music disco. Sesekali aku merasa semua yang ku lihat mulai samar dan berputar putar."stop Za...."Reza menghentikan langkahnya. Ia membiarkanku duduk dan bersandar. Entahlah sesekali aku merasakan pandanganku menggelap."Za aku mau mati...""pandanganku gelap" ucapku lirih.Didepan pintu ku lihat sesok gadis dengan pakaian tidurnya berlari kecil menghampiriku . Entah aku sedang berhalusinasi atau tidak, gadis itu mirip sekali dengan gadisku. Ia menangis hebat sembari mendekapku dan sesekali memeriksa luka ditanganku. Tangisnya begitu pilu sehingga membuat hatiku bergetar hebat karena bisa merasakan sakit hati yang ia rasakan."Angel... sayangku" panggilku lirih.Pandangan mataku gelap dan aku sudah tak sadar lagi. Seluruh kesadaranku benar benar hilang malam itu. Yang aku ingat untuk terakhir kali adalah seorang gadis kecil berlari mendekapku sembari menangis pilu. Selebihnya aku sudah tak mengingatnya lagi.

My Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang