Senyuman hangat

266 9 0
                                    

Oktober 2017

Perlahan aku membuka mata, kurasakan tubuhku hari ini sangat segar sekali, kulihat di ujung jendela kamarku, Mentari sudah tersenyum hangat menyapaku pagi ini.

"Terimakasi sudah tersenyum pagi ini," ucap Azka menjabat tanganku dari belakang, " Hari ini kita keluar yuk, Ada banyak hal yang ingin aku habiskan hari ini bersamamu." Lanjutnya.

Aku hanya tersenyum dan memeluknya, "Terimakasi sudah bertahan sejauh ini," Aku mulai melangkah keluar kamar bersama Azka, Aroma masakan sudah tercium dari luar kamarku, hari ini Azka yang memasak.

" Eh sebentar," ucap Azka sambil mengambil piring yang sudahku pegang. "Kenapa mas?" Tanyaku. Ini memang pertama kalinya kami makan bersama.

" Biar aku yang suapin ya."
Aku mengangguk, entah karna mentari hari ini sangat hangat, sikapnya pun ikut menjadi hangat " Aaaaa, " candaku sambil sedikit tersenyum malu.

Dengan menggunakan sepeda motor aku dan Azka berboncengan , tidak seperti biasanya, dia selalu mengajakku keluar menggunakan mobil, kali ini dia menggunakan sepeda motor. Aku lebih banyak diam ,Hal yang aku kurang fahami terkadang mas Azka seseorang yang misterius, sikap nya yang selalu berubah-ubah membuatku berfikir keras cara menghadapinya bagaimana.

Selepas memarkirkan sepeda motor, aku rapikan lagi penampilanku. Dapat kulihat berbagai jenis bunga ada di depan pandanganku, Azka membawaku ke toko bunga, Azka tersenyum ,kemudian mengambil satu bunga berwarna merah muda, "kamu suka ga, wangi loh." Ucap Azka sambil mencium bunga yang iya genggam. " Mana sini liat dulu ." Aku merebut bunga itu dari tangan nya. "Ah engga biasa aja, lebih wangian Cila tau Mas,hehe." Ucapku sambil tersenyum pada Azka. Aku begitu bahagia, Karna Masi bisa bersama Azka sejauh ini, Sudah banyak rintangan yang kami lewati bersama.

Satu tahun ini masa-masa bahagiaku, Setelah lulus kuliah, Aku dan Azka sudah menempati rumah baru yang di berikan Umi Azka pada kami. Akupun tak menyangka, Keluarga Azka dapat menerimaku sebaik ini.

"Mba, saya pengen bunga ini ya, dibungkus yang cantik." Ucap Azka pada penjaga bunga. " Baik mas." Penjaga bunga itu mulai merapihkan bunga yang Azka tunjuk, dan mulai merangkainya menjadi bunga yang sangat indah.

"Mas itu adenya ya." Tanya penjaga bunga. Azka melirikku, dia tersenyum "Iya mba dia adik saya." Jawabnya. Seketika hatiku merasakan sesuatu yang tak enak, ekspresiku berubah yang tadinya sangat gembira, menjadi diam dan tak berdaya. Jantungku berdetak keras, Pipiku memanas, Kupalingkan badanku dari Azka.

" Ini bunganya kamu yang bawa ya." Ucap Azka memberikan bunga itu padaku. Aku tak memperhatikan nya, Kakiku tiba-tiba melangkah begitu saja tanpa mengucapkan satu katapun. "Eh ko gitu, kenapa sayang ?" Tanya Azka menyusul ku dari belakang. " Gak." Jawabku. "Hmmmm." Tiba-tiba Azka kembali ke penjaga toko itu, Aku memperhatikan nya, apa yang akan Azka lakukan .

" Mba, maafya wanita cantik dan mungil itu Istri saya, bukan adik saya." Tiba-tiba bibirku tersenyum , namun sebisanya aku tahan agar tak terlihat oleh Azka. Ada seorang ibu-ibu yang sejak tadi memperhatikan kami, ia tersenyum melihat kelakuan aku yang ke kanak-kanakan. Pipiku memerah lagi.

"Udah ya Humaira, jangan cemberut gitu, jelek ,liat tuh diliatin orang." Ucap Azka sambil menghidupkan sepeda motor. Sepeda motor kami mulai melaju lagi , sepanjang jalan aku sangat menikmati udara yang segar,tak seperti biasanya, hari ini sangat sepi, taada kemacetan yang menggangu perjalan.

  Tempat kedua yang kami kunjungi, Taman, ya taman anak-anak bermain, Aku memang sangat suka sekali dengan anak-anak ,mungkin karna itu Azka membawaku kesini. "Mama, aku pengen itu." Teriak seorang anak memakai baju orange , terlihat lemas dan lesu. " Mas lihat deh anak itu." Ucapku sambil menunjuk ke arah anak itu. Aku berjalan menghampirinya " Bu kenapa adenya, kayanya pengen ice-cream itu ya." Ucapku. " Iya, tapi ibu gaada uang." Ibu itu berkata sambil meneteskan air mata. " yaudah yuk dek, beli sama Kaka." Ajakku pada Ade itu. "Ade siapa namanya."lanjutku. " Aku Fira." Jawabnya.

Kami membeli ice-cream bersama, Aku menikamati hari ini, kami bercanda riang dengan anak itu, anak itu baik, menambah kehangatan untuk kami, seketika hatiku terbesit, pernikahan kami sudah menginjak satu tahun lebih, namun aku belum ada niat untuk mempunyai seorang bayi.

Azka mengeluarkan tisyu dari saku celananya, Azka pun mengelap bibirku yang belepotan Karna ice-cream dengan tisyu itu, saat itu aku terpaku, saling memandang, jantungku berdegup kencang.

" Cintaku sederhana untukmu, sesederhana itu ketika aku menatapmu, hatiku kini milikmu, Andai Allah tak memberi rintangan untuk kita, mungkin aku taakan merasakan sebahagia ini."

Adzan sudah berkumandang, pertanda agar kami berhenti bersenamg-senang disini, " de kamu pulang ya, Kaka mau pulang juga udah sore." Ucapku pada adik itu. "iya ka, makasi ya kak, nanti kita main lagi " dia tersenyum hangat padaku sambil melompat-lompat kecil di tempat. "Siap bos.".

  Kami bergegas menuju mesjid terdekat, tak jauh dari taman kami menemukan masjid sederhana namun isinya sangat ramai sekali orang yang melaksanakan shalat berjamaah, hatiku tersentuh lagi, masyaallah, alhamdulillah hari ini aku banyak mengambil pelajaran, tidak selalu hal mewah yang membuat nyaman dan bahagia, tapi isi yang ada di dalam nya. 

setalah melaksanakan shalat Maghrib, kami bergegas untuk pulang, Azka menancap gas sekencang mungkin, aku terkejut, tanganku melingkar di punggungnya dan menempelkan daguku di pundaknya. Dia mengagetkanku, entah sengaja agar aku memeluknya, atau Karna hari ini sudah mulai menggelap.

Tiba-tiba rintik hujan mulai turun, perlahan rintiknya membayak dan membesar, " Mas ujan," ucapku sambil sedikit bergetar , "kita neduh di depan ya."

Terlihat satu warung kecil dari kejauhan , " mas ada warung, kita neduh disana aja." Ajakku.

Kami berteduh di sini, di warung sederhana, pemiliknya sudah tua, " nek, kami ikut neduh ya," ucap Azka sembali menghampiri nenek itu. "Boleh , sok aja ya nak." Jawab nenek itu yang sedang membuatkan kopi untuk pembeli yang ada di samping kami.

  Kami bersitatap lagi, dia tersenyum, tiba-tiba dia berpindah tempat kebelakang ku, dan memakaikan jaket yang iya pakai kepundakku. "Mas gausah, aku ga dingin." Ucapku sambil mengembalikan jaket itu. "Humaira, ini perintah suamimu. " Aku bisa apa dengan perkataan itu.

Di sela-sela beristirahat menunggu hujan reda, aku sandarkan pundakku di bahunya, tiba-tiba mataku terpejam, dan ternyata aku tertidur.

"Sayang." Panggil Azka sambil memegang pipiku. "Astaghfirullah Cila ketiduran." Ucapku mengangkat kepala yang sedari tadi bersandar di pundak Azka. "

"Mas sekarang udah jam berapa?" Tanyaku panik.

"Baru jam 8, hujannya juga baru berhenti ko," Azka mengangkat badannya dari kursi lalu mulai berjalan dan menghidupkan sepeda motor.

"Ini udah gajauhkan dari rumah ya Mas." Tanyaku

"Iya sayang, ayo naik."

"Terimakasih untuk hari yang menyenangkan ini, terimakasi sudah mencintaiku." Aku memeluknya erat , hujan masih berjatuhan namun tidak lebat, meskipun begitu, aku tak merasa dingin, Karna ada hangat peluk cintanya saat ini bersamaku."

"Semoga lukamu yang dulu sudah dapat kuhapus." Ucap Azka

🍁🍁🍁

Jika sayapmu patah , aku akan menggantikan sayap itu agar kau bisa terbang kembali .

Jika senyummu patah, aku yang akan mengembalikan senyuman itu kembali.

Datanglah padaku , saat kau menangis.
Raih tanganku, saat kau merasa sendiri.

Kau harus ingat , aku adalah seseorang yang akan menua bersamamu.

🍁🍁🍁

Alhamdulillah bisa up lagi, mohon maaf jarang up Karna banyak kesibukan lain, mudah2'n Masi stay ya sama cerita ini🤗

Terimasi sudah membaca🤗 selamat bertemu di part selanjutnya 😘

Jangan lupa vomment😊

Tentang Aku Yang MenemukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang