Confessions

3.6K 41 0
                                    

Malam itu, saat Citra sudah tidur dan Roni sepertinya belum mengantuk, Farah mengajaknya untuk mengobrol di ruang makan. Mengobrol intim. Sudah lama dia tak melakukannya dengan Roni, begitu perkataan Farah kepada sang suami. Roni tertawa canggung dan mengakui kalau akhir-akhir ini dia memang sibuk. Perusahaan sedang mencoba percobaan baru untuk tanaman produksi utama mereka sehingga Roni sebagai eksekutif di bidang pengolahan harus banyak terlibat bersama tim ahli. Menyinkronkan supaya tanaman baru hasil percobaan mereka dapat digunakan sebagai bahan produksi. Farah mendengarkan Roni dengan khidmat. Salah satu yang dia suka dari Roni adalah dia memang cerdas. Jarang bicara tetapi ketika disuruh bicara mengenai sesuatu bidang (yang disukai Roni) dia lugas dan antusias. Farah berpikir-pikir lagi. Mungkin dia beruntung memilki Roni. Mungkin memang Roni pria yang tepat untuk dirinya. Pria yang memberinya putri yang lucu dan cantik seperti Citra. Bukan Alex. Walau Alex lebih manly, lebih kaya, lebih berkharisma.......

Farah langsung tersadar dari lamunan sekejapnya itu kemudian segera membuka inti pembicaraan. Memulai tujuan utamanya mengajak Roni mengobrol. Dia ingin curhat. Tukar pendapat. Berbagi kegundahan hati. Roni memasang muka lebih serius setelah mendengar Farah berkata demikian. Farah kemudian memberikan beberapa pertanyaan. Apakah Roni pernah menyimpan nafsu kepada perempuan selain dirinya? Apakah Roni pernah jatuh cinta kepada perempuan selain dirinya? Apakah Roni masih mencintainya? Roni sempat menyela sebentar mengapa Farah bertanya demikian. Farah membalas bahwa dia hanya penasaran karena dia punya uneg-uneg tersendiri mengenai sesuatu. Dia berharap Roni menjawab pertanyaannya terlebih dahulu, kemudian Farah akan mengungkapkan uneg-unegnya. Roni terdiam sebentar, menelan ludah, dan akhirnya menjawab satu persatu. Pertama, ya, dia pernah memiliki nafsu dengan perempuan lain. Mulai dari Laura, kakak tiri Farah. Sahabat-sahabat Farah saat SMA seperti Yasmin, Vina, dan Ratih. Perempuan-perempuan random yang dia lihat di internet. Kedua, dia menegaskan bahwa walau banyak perempuan yang selama ini dia 'ngidam', dia tak pernah sekalipun mempunyai perasaan berlebih seperti ingin memiliki atau bahkan bersetubuh secara nyata. Roni bersumpah kalau dia tak pernah bermesraan dengan perempuan lain. Dia berkata dia terlalu payah untuk urusan begitu. Dia bukan pria alpha. Dia beruntung bertemu Farah yang mencintainya. Menjawab pertanyaan Farah yang kedua, tidak, dia tidak pernah jatuh cinta dengan perempuan lain. Hanya sebatas nafsu yang tak pernah terwujud. Ketiga, iya dia masih dan akan selalu mencintai Farah. Dia tidak tahu apa akan ada perempuan lagi yang mencintainya. Seperti yang tadi Roni sampaikan, dia beruntung memiliki Farah. Tentu saja dia masih mencintai Farah. Untuk selamanya, selama dia mampu.

Mata Farah berkaca-kaca sedikit. Sebabnya pengakuan Roni yang memang lancar dan tulus. Dia yakin sudah bisa menebak pasti akan jawaban Roni untuk pertanyaan yang kedua dan ketiga. Tapi Farah cukup kaget dengan jawaban Roni soal pertanyaan pertama. Kekagetannya akan jawaban Roni walau bagaimanapun memberi sedikit kelapangan bagi diri Farah untuk berterus terang. Farah menanyakannya kembali, apakah Roni benar-benar yakin dan serius mengenai perasaan nafsu kepada para perempuan tersebut? Roni mengiyakan lagi, iya. Farah menanyakan apakah hal itu sering terjadi dan Roni menjawab perihal itu sesuatu yang umum terjadi pada setiap laki-laki. Farah ingat kata-kata Laura. Roni tidak mungkin salah soal itu. Farah menanyakan suatu hal lagi, apakah dia lebih sering berfantasi mengenai perempuan lain dibanding dirinya? Di sini Roni sempat terdiam sebentar. Bukan karena takut harus menjawab apa. Roni hanya bingung memikirkan kata-kata apa yang harus digunakan untuk menjelaskan kondisi tersebut. Roni tersenyum tipis sebentar kemudian lanjut memberitahukan Farah kalau dia tak menghitung seberapa banyak dia berfantasi dengan perempuan lain. Roni melanjutkan, dia juga tak perlu memfantasikan Farah karena Farah sudah jadi istrinya. Dia kadang memang mengingat Farah. Teringat kecantikan Farah. Teringat tubuh Farah yang indah. Dia tak menghitung seberapa banyak dia mengingat itu. Begitupun dengan fantasi Roni dengan Laura, Yasmin, Vina, Ratih, dan lain-lain. Dia tak bisa bilang lebih banyak mana. Yang terpenting baginya adalah bahwa fantasi seperti itu hal wajar asal dia selalu mengingat batas-batas. Bahwa dia memiliki seorang istri, yaitu Farah dan seorang putri dengannya, Citra. Dia punya keluarga. Oleh karena itu, seberapapun besar hasrat yang ada, dia tak boleh sekalipun membawa hasrat tersebut ke dunia nyata. Biarkan hasrat itu meredup dengan sendirinya.

Farah masih penasaran mengenai nafsu dan perasaan seperti ini. Dia bertanya lagi kepada Roni, apakah dia membanding-bandingkan kelebihan dan kekurangan Farah dengan perempuan-perempuan lain saat berfantasi? Roni seperti tadi, terdiam sesaat, menelan ludah, tersenyum tipis, kemudian menjawab pertanyaan. Kadang iya, tapi lebih sering tidak. Dia lebih melihat dari kelebihan perempuan lain tersebut. Tentu saja dia melihat kelebihan perempuan lain karena hal itu yang membuatnya tertarik. Dia jarang membanding-bandingkan apa yang Farah punya atau apa kekurangan Farah saat membandingkannya dengan perempuan lain. Baginya fantasi adalah rehat sejenak dari kenyataan, jadi hal-hal pribadi dirinya, seperti Farah, tak perlu dimasukkan. Mungkin dia tak sengaja membandingkan, dia bisa jamin. Bukan berarti nilai Farah berkurang baginya. Seberapapun sempurna perempuan lain, bagi Roni, Farah yang punya kelebihan dan kekurangan tersendiri adalah perempuan yang cocok dengannya. Farah menjadi istrinya bukan karena dia sempurna. Dia dan Farah menjadi pasangan karena mereka cocok. Terlepas dari perbedaan persamaan maupun kekurangan kelebihan.

Farah tertegun. Setelah mereka berdua saling tatap dan terdiam sekitar semenit setengah, Farah memeluk Roni lalu menempelkan kepalanya di dada Roni. Farah sangat terharu dengan pengakuan Roni. Dia menarik napas pelan dan dalam, bersiap untuk mengeluarkan uneg-uneg yang tadi ia janji akan disampaikan kepada Roni. Dia mengaku kalau belakangan ini dia juga punya perasaan begitu dengan pria lain. Mendengar hal itu, Roni mengeluarkan ekspresi yang lebih kaget dibanding ekspresi Farah ketika mendengar pengakuan fantasinya. Farah menutup matanya sambil mendekapkan diri di badan Roni. Dia berkata lagi, pelan, bahwa dia malah sering membanding-bandingkan Roni saat berfantasi. Bagaimanapun juga melakukan fantasi begitu membuat Farah tidak nyaman. Farah menambahkan sesuatu lagi dari pernyataannya. Bahwa jika Roni berfantasi dengan perempuan yang berbeda-beda dan sejak lama dilakukan maka Farah hanya berfantasi dengan satu orang pria. Itulah sebabnya Farah bimbang. Dia tak pernah jatuh cinta kepada selain Roni sebelum maupun setelah mengenal Roni. Farah masih asing dengan fantasi-fantasi mengenai seseorang yang bukan pasangannya. Dia takut dia tak bisa membedakan nafsu ini dengan perasaan cinta. Dia tidak nyaman dengan semua kekacauan batin akibat pria tersebut. Sedikit air mata Farah menetes dan membasahi kemeja Roni yang belum berganti pakaian setelah bekerja. Roni hanya menepuk-nepuk pundak Farah. Farah terdiam cukup lama sambil belum melepas dekapan dari tubuh Roni. Dia perlahan-lahan mengangkat kepala sedikit kemudian minta maaf kepada Roni. Dia minta maaf sudah berpikiran melacur. Farah berkata, dia selalu berusaha menolak sekuat tenaga insting-insting liar tersebut. Apa daya dia kurang kuat. Fantasi itu muncul kembali, berulang-ulang di kepala tanpa diminta. Farah merasa berdosa walau hanya memikirkannya. Dia tak tahu bagaimana menanggulangi pikiran yang ia kira hanya akan muncul sesaat. Nyatanya pikiran tersebut sekarang seakan merasuki. Menempel erat tidak bisa dikeluarkan.

Roni juga tak berkata apa-apa selama pengakuan Farah. Dia bimbang. Dia kaget. Dia....cemburu? Roni berusaha menenangkan diri. Dia kemudian melihat Farah dan bertanya. Siapa pria yang selama ini Farah pikirkan? Dia benar-benar bingung karena sepengetahuan dia, sepengetahuan orang-orang dekat Laura, serta pengakuan Farah sendiri dari dulu bahwa dia tak pernah akrab dengan lawan jenis. Farah bimbang untuk mengatakannya. Di sisi lain dia tidak enak dengan Roni yang malah mengakui secara berani kalau dia berfantasi dengan semua sahabat dekat Farah. Dia menatap Roni. Bibirnya berbisik lirih mengucapkan nama sang dokter yang Roni sendiri minta sebagai dokter pribadi Farah, Alex. Jantung Farah berdebar kencang. Yang tidak diketahui Farah adalah bahwa detak jantungnya saat itu sebenarnya tidak sekencang detak jantung Roni.

Roni menatap Farah dengan tatapan cukup sayu. Dia bilang bahwa perkara tersebut wajar, sama seperti yang dia alami. Yang terpenting Farah bisa menahan agar (jangan sampai) perkara tersebut dibawa ke dunia nyata. Roni mencium Farah mesra, membopong sang istri ke tempat tidur, dan selanjutnya bercinta. Sampai malam larut sekali. Roni dan Farah terlelap bersama. Meninggalkan sementara masalah. Berharap dia hanyut bersama bintang.

Cheating is (Not) a SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang