Devil's Kiss

4.1K 32 3
                                    

Setelah pengakuan dosa dua malam lalu, pikiran Farah kini secara bertahap sedikit demi sedikit-perlahan bisa lepas dari berbagai godaan setan. Kotoran syahwat mengenai "entah siapa lupa" terseret keluar kemudian hilang tanpa noda. Jiwa Farah bila ia telisik  sudah bersih sekarang. Dia bahagia. Tak lupa dia bersyukur memiliki kekasih berpengertian besar seperti Roni. Pergumulan badan bersama Roni malam lusa kemarin mungkin pergumulan badan terbaik setelah sekian lama. Dia senang bagaimana Roni memperlakukan dia selama berhubungan badan. Roni lembut perhatian tetapi juga buas menggairahkan dalam memuaskan kebutuhan jasmani mereka. Rindu memang dia untuk disentuh Roni si tampan. Mungkinkah karena jarang disentuh lagi oleh sang suami, fantasi najis mengenai laki-laki lain bisa muncul di kepala Farah? Begitu Farah coba menimang-nimang kembali. Dasar masalah klasik seorang istri.

Waktu menunjukkan pukul 11.30. Farah berniat keluar kantor sembari bersiap-siap untuk menjemput Citra pulang dari sekolah, rutinitas ia tiap siang hari. Wakil rektor memang punya waktu istirahat 45-50 menit menjelang siang bolong jadi Farah selalu memanfaatkannya untuk menjemput sang putri tercinta. Dia biasa naik angkot ke sekolah Farah kemudian naik angkot lagi pulang ke rumah. Durasi dari dia berada di kampus sampai ke sekolah kemudian ke rumah kurang lebih cuma 15 menit bila jalanan tak macet. Di rumah, Farah memasak makan siang untuk Citra kemudian pergi kembali ke Universitas X. Untuk sehabis rutinitas siang, Citra hanya bersama pembantu rumah tangga mereka. Bi Sumbi datang pagi dan pulang sore setiap hari dalam bekerja di rumah Farah. Sudah sewindu (hitungan kasar sejak Citra berumur dua tahun) dia bekerja untuk Farah dan Roni. Sebetulnya Farah bisa meminta Bi Sumbi untuk menjemput Citra, cuma dia memang ingin memanfaatkan detik-detik istirahat tersebut supaya selalu dekat dengan si buah hati. Farah tak ingin Citra kekurangan interaksi dengan orang tua, terutama ibu. Saat Farah baru akan memasukkan hape ke tas pinggang, sebuah pesan seluler masuk. Dari Alex. Sang dokter pribadi memberitahukan dia sedang berada di kafe Nouvelle Ère. Kafe terkenal dengan domisil melewati perjalanan dari Univ X ke sekolah Citra. Alex bilang dia sedang tak ada kerjaan di rumah sakit dengan alasan digantikan oleh rekan lain. Jadi Alex berpikir kalau Farah mau, mumpung dia sedang nongkrong di tempat strategis, dia menyediakan diri untuk menjemput Farah dan si anak. Tentu bisa lebih cepat dibanding angkot bila diantar oleh dia. Alex mengetahui SD dari putri Farah tak lain tak bukan pasti dari dua obrolan mereka sebelum ini, yaitu di waktu kunjungan pertama dan saat penyakit Farah kambuh. Farah tersentak begitu menerima pesan milik si dokter. Ada saja rencana iblis untuk menggoyahkan hati. Farah melihat jam. Dalam rutinitas, Farah selalu mencoba bermobilitas cepat dan tanpa menunda karena dia dikejar kewajiban juga di kampus. Berpikir panjang untuk sekarang hanya akan memperlama keadaan. Farah membalas pesan Alex dengan jawaban setuju. Farah memberitahu Alex sekarang dia akan menunggu di halte universitas dan berharap Alex datang dengan cepat ke sana. Sekarang.

Hanya mungkin lima menit kurang, sebuah chevrollet corvette abu-abu meluncur di halte. Jendela pintu penumpang depan terbuka dan Alex, dengan berpakaian kaos santai ketat, tersenyum ramah mempersilahkan Farah masuk. Farah memasang muka bete sebab kini pikirannya mulai rancu kembali. Farah berusaha tak melihat Alex sepanjang perjalanan sampai Alex menyeletuk menanyakan kabar. Farah tahu dia tak bisa tanpa alasan jelas bersikap tidak ramah jadi dia menanggapi. Farah tak lupa mengucapkan terima kasih karena Alex bersedia mengantarkan dia menjemput Citra. Alex hanya menampik tak masalah selayak kebanyakan orang tanpa pamrih ketika membalas ucapan setelah diterimakasihi. Alex bilang dia tiba-tiba teringat saja Farah sering bolak-balik bila siang hari untuk menjemput anak dan dia juga ingat penyakit Farah pernah kambuh saat sedang melakukan itu. Oleh sebab sekarang ada waktu luang dia berpikir kenapa tidak coba dia antarkan saja Farah, hitung-hitung tanggung jawab dia juga sebagai dokter pribadi. Farah tersenyum malu mendengar perkataan si dokter. Dia jadi merasa merepotkan si dokter. Kan jarang-jarang dokter cuti. Alex menampik lagi dengan perkataan tak masalah. Alex menambahkan dia juga bosan cuma nongkrong-nongkrong di kafe dan restoran sendirian tanpa pacar. Farah tertawa mendengar keluhan Alex. Dia sendiri tak tahu mengapa dia tertawa karena perkataan tadi. Bisa dibilang pikiran nakal menendang lagi di saat begini. Ada rasa nyaman karena bisa mengobrol dengan pria muda ganteng di sebelahnya dan ada pula rasa tak nyaman karena dia sudah bersikeras untuk menyingkirkan pikiran macam-macam. Setelah itu Farah mencoba mengontrol diri dengan merilekskan badan. Wanita itu mencoba menyenderkan punggung di jok empuk dari mobil mahal si dokter. Dia izin kepada Alex untuk menyelonjorkan jok dan dibalas Alex dengan penerimaan anggap saja sekarang mobil dia sebagai mobil pribadi. Nikmat juga. Beda kelas memang mobil ini dengan mobil sang suami. Aduh! Farah kesal. Kok dia membanding-bandingkan Roni dan Alex lagi?

Cheating is (Not) a SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang