Doctor's Appointment

3.2K 30 0
                                    

Pukul 4.19 sore, sejoli suami istri tampak masih sibuk bersolek. Dapat dilihat dari betapa awut-awutan kamar mereka. Pak kepala keluarga mengambil celana bahan hitam favorit, beserta kemeja lengan panjang warna nila, ditambah sebuah sleeveless sweater coklat gelap untuk tampilannya. Ia menyiram satu semprot minyak wangi ke badan, melapis baju dan celana tahap per tahap, menyisir rambut sebentar, lalu lanjut mengikat dasi. Semua dilakukan di depan kaca meja berdandan. Dari belakang muncul ibu dari putri semata wayang, baru beres berganti baju. Ia duduk di kursi meja dandan, tepat di samping kanan pria tersayang lagi berdiri. Kedua tangan mas laki sibuk mengelarkan tahap-tahap merangkai untaian dasi. Kini bagian tuan permaisuri mengoprek peralatan make up.

Sejenak dan sekilas, tuan raja sempat tak memperhatikan atribut wanitanya. Hanya ketika dasi terbentuk, ia kemudian menyadari. Tertegun. Farah memakai sebuah plunge dress panjang semata kaki berwarna merah crimson. Ia tak mengenakan BH, sehingga sekelumit potongan dada besarnya merupakan pemandangan memukau buat siapapun insan. Dalam keadaan duduk menyilangkan satu kaki menggunakan gaun sejenis, paha Farah bisa bersinar terang hingga ke seluruh penjuru ruangan. Jika nanti malam mereka mau ke suatu pesta, mungkin Roni bukan hanya tak masalah, tetapi juga senang dilatari jelita mau berbusana seksi gini. Hanya saja hari ini mereka mau melakukan kunjungan ke rumah sakit. Bertemu dokter dan perawat untuk pemeriksaan dan pemantauan kesehatan nyonya, bukan kawan dan kenalan di ajang pamer siapa paling mantap dalam hal penampilan. Berbaju bagus oke, karena mereka mau muncul ke publik. Mau bagaimanapun, gaun Farah rasa-rasanya berlebihan untuk dibawa ke kunjungan rumah sakit. Roni bingung lantaran Farah lebih kenal perihal kecocokan berpakaian di kondisi berbeda-beda dibanding dirinya. Tanpa Farah, mungkin Roni akan terus kikuk soal tetek bengek outfit. Satu dua detik lewat, firasat terburuk mengetuk pintu kepala Roni. Jangan-jangan Farah ingin centil di hadapan Alex.

Roni berpendapat kepada Farah mengenai pakaiannya. Sembari bercanda bahwa mereka tidak hendak pergi ke acara persulangan manapun, dia menyampaikan keberatan akan pakaian Farah. Dia rasa berlebihan bila dipakai untuk sekedar jumpa periksa. Walau enggak bisa disebut gak sopan, dianggap patut pun tak terlalu sepertinya. Ekspresi Farah pas awal terkesan tersinggung begitu diomongi Roni (dipantau dari cermin), tetapi tak sampai kedipan mata dia berubah kemesem manja menolehkan muka ke arah si pasangan. Menyudahi sesi gincu, tangan kanan Farah beralih merangkul ke dalam tangan kiri Roni dibarengi serentak tempelan kepala. Farah buka mulut, menyebut bila entah dari mana, tiba-tiba saja Farah memiliki mood untuk memakai plunge dress manis ini. Jarang-jarang. Dia bilang kepingin mengenakannya sejak berhari-hari lampau, cuma lupa melulu, dan baru ada dorongan serta ingat kembali waktu memilih baju. Terlanjur kuat dorongan untuk menggunakannya dan Farah pikir dia tak bisa menjamin kapan bisa menggunakan gaun bagus itu kembali. Mulai prolog hingga tamat berbicara, wajah Farah konsisten memelas. Roni ragu akan penjelasan Farah. Cuma dia tahu kalau istrinya seringkali punya keinginan tak terelakan untuk melakukan hal remeh. Sulit diganggu-gugat. Contoh: susunan benda di rak/meja, mandi mesti pertama di pagi hari, masuk ke dalam mobil sebelum Roni masuk, mengisi baterai hape di stop kontak sebelah kiri kasur, dan lain-lain. Enggan ambil pusing, apalagi menampilkan kecurigaan di hadapan Farah, Roni mengiyakan keinginan adinda tercinta.

Jam 4.27 mereka berangkat dari rumah. Citra ikut bersama mereka. Selain dikarenakan tak ada siapa-siapa di rumah, alasan Citra diikutsertakan adalah karena mereka berencana membeli santapan untuk makan malam setelah Farah selesai diperiksa.

Mereka sampai ke rumah sakit sekitar 25 menitan kemudian. Dari lobi, sesudah mengecek janji temu di resepsionis, keluarga bersangkutan ditemani seorang perawat menuju ruang radiologi. Dokter Alex sudah ada di sana ketika mereka berempat datang.

Dua buah mata Alex membelalak tak percaya melihat kehadiran Farah bergaun keterlaluan seksi. Tidak bisa disangkal, batang kejantanan kepunyaan mengeras spontan. Dasar. Mengapa celana Alex mendadak sempit total di kondisi penting. Ia yakin bahwa si pasien berniat menantang. Baju berwarana merah Farah ibarat matador mengibarkan bendera merah. Untung Alex tidak menampilkan sedikitpun kesalahtingkahan. Dia menyapa normal sang pasien, suaminya, serta anak mereka, memanggil seorang perawat wanita untuk menemani Farah tes rontgen, dan kembali duduk. Mencoba stay cool. Terlepas dari fakta ada seekor hot succubus di ruangan kerjanya sore ini. Farah, tanpa sengaja (mungkin), menyingkap sedikit gaunnya saat berjalan mengikuti perawat tadi sehingga bagian belakang pahanya sekejap terlihat jelas. Pak dokter mencuri pandang tepat ketika momen tersebut terjadi. Dan diberkati lah matanya kembali. Alex berani bilang paha Farah adalah paha terbaik dari paha semua wanita kenalannya. Warnanya selera Alex, proroporsinya pas tur elok, dan ada kekuatan tersendiri dari paha Farah di penglihatan. Kekuatan itu meyakinkan semua orang --tanpa perlu sentuhan untuk pembuktian-- betapa halus dan terawat kulit paha milik Farah. Paha coklat aduhai tersebut seakan memanggil Alex untuk minta diraba, dicubit, ditampar, dijilat. Lirikan Alex diteruskan ke badan Farah. Lekukan indah pinggang Farah menjadi lebih seksi, lebih menyala, dan lebih menggoda, terima kasih kepada perpaduan desain dan warna gaun tersebut. Jangan lupa bintang utama penampilan, dada menonjol Farah. Tidak terhalang sedikitpun oleh bra, hanya kain longgar dari baju itu sendiri. Semua kenikmatan visual dilengkapi hiasan buah ceri berupa wajah cantik rupawan sang pasien.

Cheating is (Not) a SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang