Sora berada dirumahnya. Bendera kematian berada dipagar besi rumah milik keluarganya. Rasanya hatinya belum siap. Rumah yang sangat mewah, tapi sepi penghuni. Sora melangkahkan kakinya membuka pintu rumah. Dan memasang wajah datarnya.Viola menangis dikursi ruang makan. Sora menghampirinya.
"Aku sudah tau semuanya, kenapa kamu lakukan itu padanya? Jawab Sora!".
Apa maksud mama ngomong gitu?". Tanpa habis pikir Viola mencekik leher Sora dan mendorongnya sampai kepala Sora terbentur tembok.
"Kenapa kamu bunuh Rey? SORA!!!". Air mata Viola mengalir tanpa henti. "Kenapa Sora? Hisya yang memberitahuku semua ini. Apakah kau sengaja?". Tawa jahat Sora mulai terdengar.
"Hahaha, apakah mama tidak berterima kasih padaku? Aku telah membunuhnya. Tapi lebih tepatnya bukan aku yang membunuhnya. Itu salah dia sendiri kenapa juga harus mengikutiku. Berarti dia bunuh diri. Mama tidak bisa menyalahkan diriku". Viola tidak dapat mengontrol emosinya, sehingga dia mengambil botol kaca yang berada dibawah meja dan memukul dahi sebelah kanan Sora. Tapi, Sora tetap diam.
Sora menyentuh dahinya yang terluka, darahnya mengalir. Sora meringis kesakitan. Setelah menjatuhkan botol kaca itu sampai pecah dilantai. Viola mengambil gunting dan memotong rambut panjang Sora secara asal.
Sora mengepalkan kedua tangan. Ingin sekali dia membalas perbuatan Viola. Tetapi niat itu ia urungkan, karena dia sadar Viola adalah ibunya yang paling ia sayang. Tidak mungkin untuknya membalas perbuatan ibunya sendiri.
"Mama sudah puas memukuliku? Sudah puas memotong rambut yang susah payah aku panjangkan?".
"Sora hari ini tidurlah diluar. Karena kau yang membuat Rey meninggal. Urusanku dengan Rey sebelumnya belum selesai sama sekali dan seenak jidat kamu membunuhnya. Keluarlah sekarang sebelum kau kubunuh juga!". Mau tidak mau Sora keluar rumah. Sora ingin dikamarnya untuk saat ini.
Meskipun bukan dikamar. Sora ingin menginap dirumah sahabatnya. Tapi, realitanya Sora sama sekali tidak memiliki sahabat sama sekali. Semuanya hanya berstatus teman tidak lebih.
Sora duduk dibangku taman milik keluarganya. Yang berada disamping rumahnya. Sora mengeluarkan air mata. Kenapa semua tidak berjalan sesuai kemauannya. Mungkin tuhan memiliki skenario yang jauh lebih baik daripada skenario milik Sora.
Sora terlalu lelah dan letih untuk hari ini. Ia memejamkan matanya dan mulai lelap. Sora tertidur tanpa mengobati luka-lukanya. Hari yang sangat panjang ini akan berganti awal hari yang cerah.
Dan yang ia butuhkan saat ini adalah seseorang yang sentiasa berada disisinya. Dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Yang Sora harapkan pada tuhan saat ini adalah jagalah papa disana. Bukalah hati mamanya, agar dapat mengizinkan lagi masuk kerumah.
***
Beberapa hari kemudian
Pagi hari yang indah. Sekitar pukul sembilan lebih lima belas. Sora akan pergi kesuatu salon untuk memperbaiki rambutnya. Setelah kejadiannya Rey meninggal dan Sora tidur diluar, Viola memutuskan untuk kembali kerumahnya sendiri. Sedangkan Sora berada dirumah sendirian. Hanya bersama pembantu dan supir pribadinya saja.
"Bi, Sora mau kesalon".
"Naik apa non? Kan mobilnya dibawah ketempat cucian sama pak Arif".
"Iya juga sih, tau gitu dulu minta dibeliin motor. Pesen taksi online saja deh".
"Oh ya udah bibi masuk dulu ya mau nyetrika baju. Hati-hati dijalan ya non".
"Siap bi. Dah bibi". Sora melambaikan tangannya pada bi Ina. Dan juga dibalas oleh bi Ina.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS | END
Teen FictionSoraya Veroleon. Wanita yang kerap memiliki masa lalu yang buruk. Akankah dimasa lalunya Sora dapat menyelesaikan masalahnya?