Luluh. Part 4

9 3 0
                                    

Setelah berpamitan pada kepala sekolah. Em.. tidak juga sih, lebih tepatnya meninggalkan ruangan kepala sekolah. Saat ini Sora ingin kembali ke kelas. Ia berlari dengan cepat.

Sora telah sampai di kelas. Saat membuka pintu ia melihat sosok Vero dikelas. Tapi tidak ia pedulikan. Jendela kaca ia tonjok sehingga pecah. Tangan kanannya berdarah. Vero menghentikannya. Hasilnya tidak mempan. Tak ada cara lain kecuali memanggil Anisa.

Vero keluar sedangkan Sora menendang seluruh kursi yang ada dikelas. Meja-meja jatuh berhamburan. Rasanya hari ini Sora menjadi gila.

***

Vero membuka pintu ruangan osis. Ia agak terkejut, ternyata semua anggota osis melakukan rapat. Kecuali Daniel, karena dia dipanggil kepala sekolah. Biarlah ini demi temannya.

Vero melangkahkan kakinya menuju Anisa. Dia menunduk dan berbisik pada Anisa. Anisa yang mendengarnya langsung berdiri.

"Ayo Vero!". Ajak Anisa.

"Mau kemana Anisa?". Itu Suara Zyan. Karena rapat ini diketuai oleh Zyan selagi Daniel keluar.

"Gue mau nenangin Sora dikelas".

"Tapi kita mengadakan rapat. Ini sangat penting". Anisa menanggapinya malas.

"Sahabat gue lebih penting daripada rapat ini". Zyan berdiri, tidak percaya dengan ucapannya.

"Lo sadar gak sama ucapan lo?".

"Sadar kok, bahkan sangat sadar. Kalau kalian tidak setuju. Gue keluar dari osis". Zyan hanya membulatkan matanya. Mulutnya bungkam. "Sudahlah, gue keluar dari osis. Hari ini, detik ini juga. Gue resmi keluar dari osis dan tidak menjadi sekretaris osis. Atas nama saya mohon maaf kalau saya pernah membuat salah. Terima kasih". Pamit Anisa. Kemudian Anisa dan Vero berlari menuju kelas 11 IPS 2.

Sesampainya disana, semua berantakan. Kaca jendela pecah. Kursi dan meja berhamburan. Dan disana ada Sora yang sedang duduk dijendela sambil merokok. Dengan kaki yang berada diluar ruangan.

"Vero lo diluar saja. Biar gue yang nangani tuh bocah". Vero sangat yakin dengan perkataan Anisa dan mengangguk. Setelah mengetahui jawaban Vero, Anisa memasuki kelas.

"Sora, Kenapa lo ada disitu? Bahaya, entar kalo lo jatuh gimana?". Sora diam. Ia menghembuskan asap rokoknya.

"Gue salah apa dengan dia?". Jawab Sora dengan nada melemas. Sedangkan Anisa binggung 'dia' siapa?

"Apa maksudmu?". Sora tersenyum miring. Sekarang ia berbalik menghadap Anisa.

"Gue dikeluarkan dari basket sedangkan sebentar lagi ada lomba. Dia yang gue maksud adalah Viola brengsek dan yang terbrengsek. Dan gue ingin mengakhiri hidup gue. Terima kasih ya Sa karena lo udah mau jadi sahabat gue". Anisa mengepalkan tangannya. Ia melangkahkan kakinya dan memegang kedua lengan Sora.

"Sudah, lo udah gila apa". Anisa melepaskan genggamannya.

"Gue benci dengan hidup gue sendiri Sa. Benci, capek gue. Lebih baik gue ma—". 

Plakk

Satu tamparan sukses terkena pipi Sora. Anisa yang menamparnya pun terkejut. Kaki Sora melemas ia duduk dilantai sambil mengelus pipinya yang masih sakit.

"Mati mati mati. Mati sana Ra mati".

Diluar kelas Vero hanya menatap dengan iba. Daniel melewati kelas 11 IPS 2 dan melihat Vero yang berada didepan. Kemudian Daniel melihat kelas tersebut. Ia melihat Sora dan Anisa.

"Vero". Vero pun menoleh. "Ada apa itu?".

"Sora. Dia dikeluarkan dari basket. Dan dia ingin bunuh diri".

TEARS | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang