Tears. Part 3

10 3 0
                                    

Dengan gaya yang cool, Sora melepaskan helm dari kepalanya dan menaruhnya diatas motor trill kesayangannya. Setelah itu ia mengikat rambutnya dengan rapi meskipun tidak harus menggunakan cermin. Tak lama Erfan berdiri dihadapan Sora.

"Kak Sora keren banget. Bisa naik motor kaya gitu. Erfan jarang lihat perempuan yang bisa naik motor itu". Puji Erfan.

"Siapa lagi kalau bukan kakakmu yang keren ini".

"Ayo! Kak kita ke mama". Erfan menggandeng tangan Sora. Karena Sora merasa tidak nyaman dipegang seperti itu, ia menurunkan tangan Erfan.

"Lo jalan duluan! gue mau benerin rambut". Ucapnya asal agar Erfan tidak menggandeng tangannya. Dengan sikap hormat Erfan langsung berlari menuju Viola.

Setelah melihat Erfan telah sampai. Giliran Sora yang beranjak menuju ke sebuah cafe yang mereka datangi. Sora duduk didepan Rere.

"Kak Sora kok gak pakai pakaian yang cantik kaya punya Rere sih?".

"Suka-suka gue dong Re". Jawabnya ketus. Sebenarnya Sora tidak begitu suka dengan keluarga baru Viola. Dia hanya pasrah saja. Apalagi kedua anaknya yang super duper nakal yang membuat rumahnya seperti kapal pecah.

Tak lama kemudian sebuah keluarga datang. Yang ternyata merekalah yang ditunggu-tunggu oleh Viola. Mereka sih seperti keluarga biasa. Dengan sepasang orang tua. Ye dikira ini sepatu dikatain sepasang, dan kedua anaknya. Anak pertamanya laki-laki yang kelihatan seumuran dengan Sora, dan satunya lagi perempuan.

"Selamat pagi". Ucap kepala keluarga tersebut. Yang dijawab anggukan oleh Viola dan Hendra.

"Kak Sora". Ucap anak perempuan dari keluarga tersebut yang mebuat Sora binggung.

"Lo kenal gue?". Anak itu mengangguk. "Siapa?". Ternyata Sora lupa akan anak yang memanggilnya.

"Zoey". Dengan cepat ia langsung ingat dan pemuda yang sepertinya seumuran dengan dia berarti Zyan. Dan ini pasti keluarga Adnan.

"Hai Sora, sudah lama kita tidak bertemu. Saya harap tingkah kamu tidak seperti masa SMA dulu". Ucap papa Zyan yang dulu adalah kepala sekolah di SMA Bintang.

"Entahlah". Jawab Sora malas.

"Jadi Viola bagaimana? Apa dia setuju? Aku, istriku, bahkan Zyan sudah setuju".

"Aku dan suamiku setuju. Tinggal pendapat Sora saja". Sora yang merasa memiliki nama memandang Viola tajam. Ada apa ini? Batin Sora. "Sora maksud kami semua adalah apakah kamu mau menikah dengan Zyan?".

"Apa yang kau maksud?". Dalam ucapan ini Sora terlihat sangat marah.

"Kami menjodohkanmu sayang. Apalagi sepertinya kau tidak akan mendapatkan pasangan hingga saat ini". Sora bangkit dari duduknya.

"Huh jadi ini kamu nyuruh aku pakai pakaian yang feminim. Biar kelihatan seperti apa Viola? Dan seenak jidat kamu jodohin aku. Gak akan mau aku. Sejak kapan kamu perhatian denganku, sejak kapan? Aku bahkan lebih suka kalau tidak ada kamu dan keluargamu yang menaruh perhatian padaku. Jangan lakukan apapun demi aku. Lakukan sendiri urusanmu jangan ikut campur urusanku. Aku bisa menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan siapapun".

"Dengarkan kita dulu Sora!". Sora menulikan pendengarannya. Setelah itu Sora keluar dari cafe dan menaiki motornya. Melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Sora tak kenal takut dengan jalanan yang ramai meskipun dalam keadaan cepat.

***

"Daniel kita hari ini ke mall yuk!". Ajak Gladis yang masih menjalin hubungan dengan Daniel.

"Aku malas".

"Kamu itu selalu begitu kalau sama aku. Giliran sama Sora selalu mau kalau diajak kemana-mana".

TEARS | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang