Teror Menyeramkan dan Ancaman Nyai

3K 107 7
                                    

(Maaf, part ini diulang, karena ada kesalahan di part 14)

Hari ini kepalaku sangat pusing, dan isi perut seperti keluar semua. Kehamilan ini menginjak usia lima bulan. Namun, mual-mual masih belum reda. Berbeda saat kehamilan Lisa dan Fahmi yang tidak mengalami apa-apa. Mungkin benar kata orang, jika kehamilan ketiga kadang sedikit manja.

Aku memutuskan untuk istirahat. Urusan rumah dan anak-anak ditangani oleh Mas Darman, dia juga mulai terbiasa melakukan ini semua. Aku berbaring di ranjang, sedikit memijit bagian kening yang terasa berat. Mata pun sudah mulai sayu dan sulit dibuka.

Mata ini mulai terpejam, tapi pikiranku masih dalam keadaan sadar. Waktu tidur menjadi harapan untuk membantu mengurangi pusing dan mual. Namun, baru saja mata ini tertutup beberapa detik, aku merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak di tepi ranjang tepat di ujung kaki, gelitikannya sangat terasa. Refleks kaki ini hanya kugeser, tapi masih mengacuhkannya dan enggan membuka mata. Semakin lama indra penciumanku merasakan sesuatu yang begitu busuk, bau apa itu?

Kubuka mata ini dengan segera dan menoleh ke ujung kaki. Jantukku berdetak lebih cepat saat netra ini menangkap sebuah sosok yang merangkak perlahan, ia tampak akan mendekat. Aku memejamkan mata kembali dengan tubuh yang sedikit gemetar. Napasku mulai tidak teratur, dalam pandangan yang samar sosok itu menghilang secara tiba-tiba.

"Syukurlah, semoga aku hanya salah lihat saja. Mungkin ini hanya efek dari sakit kepala," ucapku berusaha menenangkan hati.

Tidur ini berganti posisi menghadap ke sebelah kiri, mencari posisi yang lebih nyaman. Perasaan takut kubuang jauh-jauh. Untuk apa takut, toh, Nyai pasti melindungiku dari arwah-arwah jahat itu.

Kembali kututup mata, tetapi aku merasakan sesuatu baru saja memeluk dari belakang. Netra ini kembali terbuka dan melirik ke arah perut di mana sebuah tangan penuh borok dengan kuku panjang dan hitam mendarat di sana. Tubuhku seakan kaku, mulut terasa terkunci. Aku ingin berteriak sekencang mungkin meminta bantuan Mas Darman, tapi ketakutan ini seolah membuat semuanya menjadi patung.

Rambut putih dan kusut tepat berada di bahuku. Aku hanya bisa menangis tak bisa berbuat apa-apa lagi. Tangan menyeramkan itu mengelus perutku perlahan. Napasku semakin sesak menahan jeritan yang tertahan.

Ada apa ini? Siapa makhluk ini? Mas Darman ... tolong aku!

Jeritan-jeritan itu hanya bisa dilakukan dalam hati.

Elusan itu belum juga berhenti, seringaian makhluk menjijikkan itu mulai terdengar. Ia berbisik, "Aku ingin anak ini ... bolehkah aku mengambilnya?" Suaranya begitu serak dan menakutkan.

'Crak'

Kuku itu menancap dan menggores perutku dengan sangat ganas. Mata ini membelalak merasakan perih yang tak bisa kuteriakkan. Cairan hangat dan bau anyir terasa keluar menemani kulit yang tercabik-cabik oleh tangan kejam itu. Tangan itu mengorek-ngorek isi perutku menembus kulit yang sudah menganga.

Sakit. Sangat sakit. Ini begitu perih dan ngilu.

Makhluk itu merangkak melewati tubuhku. Dengan air mata yang berderai, tubuh yang lemas napas yang sudah mulai habis. Aku meronta, mencoba melawan. Namun, makhluk itu menarik bahuku dan membuat posisi tidurku menjadi terlentang. Jelas sudah apa yang ada di hadapan kini, sesosok makhluk yang wajahnya tertutup rambut putih berduduk di atas tubuhku.

Tangannya kembali menembus perutku, mengorek-ngorek mencari sesuatu di dalam sana. Dia menarik sesuatu dari dalam sampai aku merasakan sobekan pada kulit perut menjadi semakin melebar. Mataku membulat saat dia mengangkat benda seperti janin dan tertawa sampai memekakkan telinga.

'Krriingggg'

Aku terbangun dan tersentak saat mendengar suara alarm. Dengan napas terengah-engah dan keringat membanjiri sekujur badan, kucoba meraba perut tetapi pada kenyataannya tidak terjadi apa-apa. Jadi, itu semua hanya mimpi?

Tumbal Nyai (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang