[3]

2.3K 270 16
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kehangatan dari mata kobalt itu dulu bukanlah hal yang asing.

Mereka menaiki menara bersama. Berlatih dan bahkan hidup bersama sebagai anggota tim, bahkan hubungan dia, Khun dan Rak bisa dikatakan seperti satu keluarga yang lengkap. Mereka melewati semua kesulitan di menara bersama dan saling peduli satu sama lain. Sampai kemudian mereka terseret akan pertikaian antara FUG dan Zahard.

Mereka masih bersama. Dan itu berakhir di penyerangan Sarang dimana Khun ternyata memberikan sesuatu yang tidak terduga. Di awal dia tampak membantu Haoqin untuk mendapatkan kekuatannya kembali, mempersembahkan banyak jiwa sehingga pihak FUG dengan cepat mendapatkan kemenangan.

Namun itu semua hanya kemenangan semu. Disaat semua orang bersuka cita karena berhasil mengalahkan pihak Zahard untuk pertama kalinya. Haoqin tiba-tiba hilang kendali atas jiwa-jiwa. Menyebabkan dia menyerang membabi buta membunuh banyak orang dipihak FUG sebelum kemudian dia sendiri terbunuh. Tidak cukup dengan itu, tiba-tiba saja sekelompok penuh tentara Zahard datang membantai orang-orang FUG yang terlambat melarikan diri.

Baam dan sebagian yang lain bahkan menempuh banyak kesulitan sebelum pada akhirnya berhasil mundur.

Kematian EvanKhell sangat memukul Baam, dan seakan itu tidak cukup. Takdir seakan menghukum Baam lebih banyak. Dengan dalih bahwa FUG sudah membuat banyak kekacauan di Sarang yang mengakibatkan kematian banyak orang di pihak Zahard, Jinsung Ha di eksekusi secara public.

Dimana proses pengeksekusiannya di siarkan langsung keseluruh pelosok menara. Dan apa yang paling membuat Baam merasa menara sangat gila adalah keberadaan seorang Khun Aguero Agnes yang tampak acuh duduk di salah satu kursi kebesaran di samping beberapa Komandan Zahard dan Putri Mascheni.

Baam berharap itu hanya mimpi, namun berapa kalipun dia memutar ulang rekaman siaran itu, keberadaan Khun di sana bukanlah sebuah kebohongan.

Dalam pertempuran terakhir, Baam secara pribadi melancarkan serangan pada Khun yang tidak siap. Saat itu darah tumpah dengan cepat dari tubuh ramping Khun menodai setelan putih yang dipakainya. Tubuh itu lemah dan dengan cepat jatuh jika saja tidak ada lighthouse yang membantu dan Novick yang datang tepat waktu di samping sang lightbearer.

Tanpa pemimpin, pasukan Khun menjadi berantakan memberi banyak kesempatan bagi FUG untuk mundur menarik pasukan. Namun Novick cukup tanggap. Walau tidak setanggap Khun dalam memberi perintah, di bawah kepemimpinannya mereka berhasil menangkap sebagian anggota FUG dan Baam sendiri.

Baam pada saat itu sama sekali tidak memiliki waktu untuk ragu. Karena dia selalu percaya Khun pasti bisa menahan serangan itu dengan cepat. Tidak menduga kalau serangan yang dia lancarkan saat situasi terdesak itu terlalu kuat hingga menembus barier yang diciptakan oleh si pemuda biru.

Pemahaman akan hal ini membuat Baam diam-diam merasa bersalah, tapi dengan cepat dia coba tepis saat mengingat pengkhianatan yang dia terima.

Pintu tiba-tiba di dorong terbuka. Baam mengangkat pandangannya. Memposisikan tubuhnya siap untuk menyerang. Bahkan walau dia kehilangan kemampuan atas shinsu saat ini, kemampuan fisiknya masih cukup kuat untuk memberi perlawanan yang cukup.

Melihat orang yang datang, ketegangan di tubuhnya sedikit mengendur.

Tangan berbalut sarung tangan hitam itu masih di tepi pintu saat Khun menatapnya. Mengikuti di belakangnya adalah Novick yang membawa nampan berisi makanan untuk dimakan. Untuk siapa itu Baam tidak perlu menebak.

Di bawah penerangan yang terang, wajah pucat Khun tampak lebih bersinar seperti bermandikan sinar bulan. Rambut biru sedingin es yang sudah sepanjang pinggang di ikat longgar dan tersampir di bahu. Tubuh ramping itu tenggelam di balik jubahnya yang besar dan lebih menonjolkan keagunganya sebagai salah satu keturunan 10 Keluarga Agung.

Khun memiliki kesadaran tempur yang cukup tinggi, dan tentu dia menyadari kesiagaan Baam saat ini. Namun dia acuh saat dia melangkah dengan langkah stabil. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, berjalan kesatu sisi ruangan dan mengambi tempat untuk duduk. Novick meletakkan nampan makan di atas meja.

Baam memperhatikan tindakan Novick dengan teliti, dan kemudian melirik makanan yang ada. Semua itu adalah makanan yang bernutrisi dan sehat, dan untuk seorang tahanan ini bisa dikatakan mewah. Terdiam beberapa waktu, Baam mengangkat kepalanya. "Apa yang hendak kau lakukan, Khun?"

"Hm, aku harus mengintrogasi mu untuk mendapat informasi tentu saja. Penyiksaan fisik jelas tidak berguna dan itu hanya kan buang-buang waktu dan tenaga, jadi tentu lebih baik aku menghemat kekuatan ku." Ujar Khun acuh.

Baam tidak mengantisipasi mendapat tanggapan dan dia menatap orang lain kosong, bingung menemukan kata-kata. Matanya tanpa sadar jatuh ketubuh Khun.

Itu masih sama dalam ingatannya. Khun selalu tampak arogan dan bangga. Mata kobaltnya selalu bersinar penuh dengan kesombongan dan kecerdasan yang tidak dapat di pungkiri. Menatap semua hal didepannya seakan semua dapat dia pahami hanya dengan sekilas tatap.

Tapi ada sedikit perbedaan sekarang. Satu tangan Khun diletakkan di sandaran sofa, tampak begitu santai. Dengan udara acuh dan ketegangan yang ditarik, Baam sama sekali tidak merasakan ada ancaman yang berarti.

Saat ini Baam sepertinya sadar akan satu hal. Dia tidak pernah benar-benar mengenal Khun selama ini.

Mungkin dia menatap terlalu lama hingga si Biru merasa terganggu. Mata kobalt yang sebelumnya tampak santai tiba-tiba menoleh padanya dengan sinar dingin dan tajam. Itu adalah tatapan yang dengan jelas mendorong agar orang lain menjauh pergi dan itu begitu asing bagi Baam hingga dia merasa dadanya terasa di tekan hingga kehabisan udara.

Tatapan mereka bertemu di udara dalam diam tanpa suara. Khun selalu menjadi orang yang sensitive, dia tidak pernah suka di tatap terlalu lamat oleh orang lain. Itu membuatnya merasa tidak nyaman dan seakan keamanannya terancam.

"Khun, bagaimana dengan lukamu?" Baam tidak bisa menahan dorongan untuk bertanya. Bagaimanapun ingatan tentang banyak darah yang keluar dari pemuda biru itu masih menganggu Baam.

Khun mengangkat alis, tidak menduga mendapat pertanyaan seperti itu. "Benar, terima kasih sudah mengingatkan. Aku ternyata berhutang satu luka besar pada mu, tapi ayo kita anggap itu lunas. Api yeon yang kau berikan sangat membantu."

Belati putih bersih di mainkan di antara jemarinya yang elegan dan ramping, diputar dengan indah saat Khun sedikit maju. Meletakkan satu tangannya di bahu Baam dan sedikit menyandarkan dirinya di dekat telinga sang Irregular. Belati itu dengan cepat di tempatkan di leher Baam mengancam.

"Aku masih hidup, dan semua itu berkat dirimu. Kecewa?"

Itu benar... beginilah seharusnya.

Mata kobalt itu seharusnya bangga dan menghina saat menatap pemimpin musuh yang dikalahkannya. Itu harus menjadi ambisi penuh pengkhianatan yang licik dan sombong.

Baam berusaha menekankan hal itu pada dirinya sendiri. Tapi dia tidak akan pernah bisa mengabaikan kehangatan yang singkat itu dari pikirannya untuk berlalu jauh. Dia haus akan hangat itu.

Baam bertanya dalam bisikan lembut dan tenang, "Khun, kau ingin menebasku?"

.

.

.

.

Tbc~

9 April 2020

[BL] The Lovely BetrayalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang