Pemandangan malam kota metropolitan dibawah tampak sangat indah dari tempat yang lebih tinggi. Itu jauh lebih menakjubkan daripada tempat pesta sebelumnya dilakukan. Tapi yah sama seperti halnya tempat tinggi lainnya, angin akan selalu berhembus lebih keras dan kuat.
Suara gema pakaian yang mengepak terhembus angin dan juga rambut panjangnya terbang tak beraturan sungguh sedikit menyebalkan. Khun tidak ingin rambutnya berantakan dan menghalangi pandangan, jadi dia sengaja memilih untuk berdiri menghadap arah angin dan menguncir rambut panjangnya dengan bandana biru yang selalu dia bawa.
Menghela nafas puas dengan hasilnya, Khun mengangkat pandangannya pada lawan bicaranya. “Jadi, apa yang ingin kau bicarakan sekarang?”
Terpisah beberapa meter jauhnya, Baam berdiri dengan selusin senjata terhunus mengancam disekelilingnya. Mata emas itu sejak awal tidak lepas menatap Khun di hadapannya. Sama sekali tidak mempedulikan bahaya yang mengancamnya.
“Bagaimana keadaanmu?”
“Huh? Kenapa aku mulai merasa itu adalah pertanyaan yang selalu kau ajukan tiap kali kita bertemu?” Khun menatap Baam sedikit mengejek. “Aku baik, apalagi yang bisa terjadi padaku.”
Mengabaikan respon tak ramah Khun, Baam tetap menyuarakan pertanyaannya dengan suara datar. “Darah itu,…”
“Ah, ini bukan darahku. Aku sama sekali tidak terluka jika itu yang kau pikirkan.”
“Aku tahu,” Baam menjawab langsung, kakinya melangkah mendekati Khun dengan langkah pelan. “Aku hanya penasaran, kenapa kau masih belum membersihkannya? Kecintaanmu akan kebersihan sedikit unik, aneh melihatmu bertahan dengan kondisi berlumuran darah dalam waktu lama.”
Khun sangat acuh saat dia mengibaskan tangannya, “Bukan urusanmu tentang hal itu, apa hanya itu yang menjadi tujuanmu untuk berbicara dengan ku sekarang?”
“Tidak, tentu saja tidak.” Baam menghentikan langkahnya saat salah satu pedang yang mengancamnya tadi maju membuat goresan merah di leher. Melihat masih ada jarak beberapa meter kurang antara dia dan Khun, Baam sedikit tidak puas dengan jarak yang cukup jauh ini. “Aku ingin bicara tentang hal lain, ini terkait dengan masa lalu.”
“Oh sudah kukatakan aku tidak ingin bernostalgia-…”
“Kau tidak ingin karena kau merasa bersalah?”
“……”
“Apa aku benar? Kau selalu memanggilku dengan panggilan formal seperti ‘Tn. Viole’, tidak pernah sekalipun kau memanggilku dengan namaku.” Baam mengunci tatapannya dengan mata kobalt itu, “Itu karena kau merasa bersalah, kau merasa bersalah pada ‘Baam ke- 25’. Karena itu kau selalu memanggilku dengan nama ‘Tn. Viole’.”
Khun menatap Baam dengan tatapan menyelidik saat dia kemudian mengalihkan pandangannya kearah kota dibawah. “Aku tidak mengerti apa yang bicarakan. Kau sendiri tahu aku adalah makhluk berhati dingin, aku tidak akan merasa bersalah akan semua tindakanku.”
“Mungkin kau mencoba membohongi diri mu sendiri, sama seperti dulu kau membohongi dirimu sendiri akan motif Rachel mendorongmu. Membohongi dirimu dan terus menerus mengejarnya.”
Baam menggepalkan tinju di kedua sisi tubuhnya, “Tapi itu nyata, Rachel pada akhirnya benar-benar memiliki alasan yang baik dan berniat melindungiku!”
“Ya, itu nyata.” Aku Khun enteng, “Tapi saat ini pengkhianatan dan semua sikapku padamu juga nyata. Tidak ada akting tidak ada lagi kebohongan. Ini adalah kenyataan.”
“Khun, aku,…”
“Kau mungkin memaafkan ku, dan aku yakin semua orang akan mengikuti apapun pilihanmu.” Potong Khun acuh memainkan anting biru di satu telinganya, “Tapi dikemudian hari, akan sampai waktu dimana kau muak dan benar-benar membenciku. Sama seperti kau yang membenci dan berniat membunuh Rachel setelah beberapa kali tindakannya yang membuatmu kecewa, kau juga akan begitu pada ku setelahnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Lovely Betrayal
FanfictionFanfiction of webtoon Tower of God Cover art by @DELete_breath from Twitter ----------- Pengkhianatan demi pengkhianatan yang sudah menimpanya selama ini membuat Baam berpikir dia sudah kebal akan semua itu. Dia berpikir dia tidak akan merasa begitu...