***
"Apa?! Apa yan terjadi?!"
"Tidak mungkin! Bukankah itu Tuan Tanah?!"
"Dia membunuhnya! Slayer FUG membunuhnya!!"
"Dia pasti datang untuk membunuh semua orang disini! Pasti FUG berniat begitu!!"
Kekacauan terjadi di antara para tamu. Mereka menunjuk Baam dengan tatapan sanksi dan takut, rombongan Marshal, Novick dan Ran beserta para pengawal yang hendak memberi salam hendak pergi kembali ke dalam pesta hanya untuk melihat ini.
Mata biru tua Ran melirik orang mati yang acak-acakan, melihat kembali pada Baam yang tangannya berlumuran darah. "Tuan Slayer, Beast, apakah anda mengerti arti dari tindakan anda? Orang itu sudah memiliki perjanjian dengan kami, yang berarti anda juga mencari masalah dengan pihak kami."
Baam tenang, tampak tidak terganggu dengan tuduhan yang ada dan juga ucapan Ran. Dia diam-diam menyimpan belati di tangannya agar tidak terlihat oleh orang lain. Novick memberi isyarat pada prajurit di belakangnya untuk maju, membekuk Baam. "Kami berharap kerja sama anda disini, kita tidak mau ada korban lain tentu nya."
"Tunggu! Sialan! Apa yang kalian pikir kalian lakukan?! Slayer itu datang bersama Putri ini! kalian tidak bisa membawanya begitu saja!" seru Endorsi menghentikan langkah para prajurit yang hendak menangkap Baam.
Shibisu mengikuti di belakang dengan tergesa-gesa, dia menghirup nafas sedikit takut saat melihat Baam di dekat mayat yang ada. Tetapi setelah beberapa observasi, dia yakin akan satu hal. "Itu benar, selain itu belum tentu Slayer yang membunuh tuan itu. Lihatlah semua cipratan noda darah yang menodai hampir seluruh balkon ini, jika dia memang pembunuhnya maka pasti bajunya akan ikut ternoda!"
"Hmph! Dengan kemampuannya sebagai seorang Slayer dan juga sebagai seorang irregular, hal itu mungkin saja." ujar Novick sarkastis.
Segera setelah Khun kembali dari penahanan FUG, Novick langsung dijatuhi hukuman oleh Khun karena dia termakan oleh tipuan Baam. Mengingat hal itu membuat dia jengkel.
Endorsi masih ingin membantah saat Ran menatapnya keras, "Tuan Putri, saya pikir anda terlalu longgar dan sembrono. Apakah anda tidak memikirkan status anda sedikitpun?"
"Kau,..!"
***
Pesta itu kacau karena penemuan mayat yang ada. Para tamu dengan cepat memutuskan untuk pergi dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Setiap dari mereka menjadi sangat was-was, takut nyawa mereka yang akan menghilang berikutnya.
Endorsi menyandarkan dirinya ke dinding di samping Baam. Menghela nafas panjang dan kasar, jelas dia jengkel. Mereka entah bagaimana berhasil membuktikan bahwa Baam tidak bersalah setelah perdebatan keras dengan pihak Ran.
Lampu taman yang bersinar temaram dalam lingkaran membuat gambaran seakan merka berada di satu-satunya tempat yang aman di antara kegelapan yang ada disekitar. Baam disisi lain masih diam, dia hanya menatap kebawah seakan tanang di bawah sana lebih menarik perhatian dibandingkan kehadiran seorang putri cantik di sampingnya.
"Baam! Kenapa kau hanya diam saja saat kau di tuduh tadi?!" Endor membuka suara, mulai mengajukan keberatannya. "Kau seharusnya membantah dan mencoba membersihkan namamu!"
Baam mengukir senyum masam saat dia melirik Endorsi, "Tidak seperti itu akan berhasil. Nona Endorsi, aku adalah seorang Slayer FUG yang sudah membunuh banyak orang. Dengan kondisi dimana aku memiliki tangan berlumuran darah dan mayat didekatku, pembelaaan seperti apapun akan percuma saja."
"Tapi tetap saja kau seharusnya,..." Endorsi tersedak, dia tahu bahwa apa yang di katakan Baam benar.
Hampir tidak mungkin bagi Baam untuk membuktikan ketidak bersalahannya secara pribadi, karena tidak ada seorang pun yang akan percaya. Bagaimanapun sosok Baam sebagai seorang Slayer dan juga Dewa yang akan menggulingkan Zahard dari tahtanya sudah lama tersebar di seluruh menara, menyebar kan rasa takut dihati penghuni menara hanya untuk mendengar namanya. Lain hal nya jika orang lain yang membuktikan, barulah itu bisa diterima.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Lovely Betrayal
FanfictionFanfiction of webtoon Tower of God Cover art by @DELete_breath from Twitter ----------- Pengkhianatan demi pengkhianatan yang sudah menimpanya selama ini membuat Baam berpikir dia sudah kebal akan semua itu. Dia berpikir dia tidak akan merasa begitu...