Indahnya Pernikahan?

4.2K 452 39
                                    

Hisyam mengganti pakaian di ruangan yang sama dengan Aina. Namun dia lebih banyak menunduk, memainkan ponsel dan akhirnya menghubungi Hani.

"Selamat ya, Mas," ucap Hani dari layar ponsel pintar mereka.

"Kamu nggak sedih?" tanya Hisyam menatap istrinya.

"Sedih kenapa? Toh kamu cintanya tetap buat aku. Aina juga nggak naksir sama kamu, jadi aman lah," jawab Hani santai.

Pria itu tak menjawab, menoleh ke ruang ganti dan terlihat seorang wanita cantik tengah merapikan gaun pengantin untuk resepsi siang ini, bahkan hingga malam nanti.

"Aku nggak pulang malam ini, orang tua Aina meminta kami ke hotel yang telah disiapkan." Hisyam menatap Hani lamat-lamat. Berharap istrinya itu sadar dengan apa yang terjadi, bahwa dia sudah sah dengan Aina sebagai suami istri.

"Ya udah, nggak apa. Kamu nggak akan ngapa-ngapain kan sama dia?" tanya Hani penuh curiga.

"Ya ... nggak tahu, namanya kami sudah suami istri."

"Kamu ini, Mas!" pekik Hani.

"Kamu harus siap lah, kami manusia lho, bisa saja khilaf dan-"

"Idih." Aina menyambar ponsel dan mengambil alih. "Tenang aja, Han. Aman, suamimu nggak akan aku apa-apain," kekeh Aina sambil mengembalikan ponsel.

Hisyam langsung mematikan telepon sambil tersenyum.

"Aku cuma nakut-nakutin Hani aja, kok," katanya lirih.

"Kok kamu kayak bete sih, Syam?"

"Yah, karena pada akhirnya aku harus mempermainkan pernikahan yang sesungguhnya sangat agung ini. Ibadah terpanjang manusia."

"Duh, mulai deh ceramah kek ayah, bosen ah, Syam." Aina merapikan gaunnya, lalu meminta tukang rias masuk untuk merapikan make-upnya.

Sementara Hisyam, memilih masuk ke ruang ganti dan mengenakan baju yang sepadan dengan istri barunya. Setelah itu, keduanya siap untuk memasuki aula pernikahan. Disaksikan banyak pasang mata menuju pelaminan yang sangat indah dan mewah.

Satu per satu tamu memberikan ucapan selamat. Berfoto bersama pengantin, lalu berganti lagi dengan tamu lainnya. Keluarga besar Aina hingga pejabat pun memberikan doa restu dan tak lupa foto bersama. Membuat Aina tak segan memeluk Hisyam di depan banyak orang, tanpa merasa risih sama sekali.

Bahkan ketika teman-teman kampusnya datang, dia menatap manik mata Hisyam dan meminta pria itu mendekat ke wajahnya.

"Mau apa?"

"Biar orang-orang tahu aku dah move-on dari Nathan."

"Lho, bukannya kamu masih mau cari Nathan?"

"Iya, biar mereka nggak curiga. Mereka juga suka berhianat, lapor sama ayah soal aku dan Nathan," bisik Aina di telinga Hisyam, yang di pandangan orang-orang itu tampak romantis dan serasi.

Mereka mengabadikan momen itu, apalagi saat Aina tersipu dan menjatuhkan kepalanya di dada Hisyam, lalu direngkuh oleh Hisyam. Spontan.

"Hey, ini masih di pelaminan," teriak teman-teman Aina yang sukses membuat semua orang menoleh ke arah pengantin dan bersorak.

Aina tersipu dan menutup mulutnya dengan ke lima jari sambil menatap Hisyam yang tersenyum manis juga padanya.

Entah apa yang Hisyam rasakan saat ini, sebagai lelaki dia menyadari pesona Aina yang memang bisa dikatakan sempurna untuk fisik dan wajah seorang wanita. Namun, dia sangat mencintai Hani, wanita yang menemaninya dalam masa-masa sulit, sehingga dia merasa ada kewajiban untuk membahagiakan istrinya itu.

DUA HATI (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang