03

92 22 9
                                    

Jalan setapak pada gang sempit disusuri Yamada. Mengikuti Takaki Yuya untuk sementara waktu sepertinya bukan hal yang buruk. Apalagi jika dia bisa mempelajari hal-hal berguna dari orang itu.

Samar-samar Yamada mendengar suara keramaian. Sepertinya sudah dekat dengan jalan utama. Lampu jalanan yang redup sudah berganti dengan lampu terang. Di depan sana sudah jalan utama. Artinya ia sudah sampai.

Harusnya aku bisa kabur sekarang.

Yamada memutuskan kembali ke apato-nya. Lebih baik tidur nyenyak malam ini. Karena ia tidak tahu apakah besok dia masih bisa menghirup udara bebas atau tidak.

Brugh

Yamada mendudukkan pantatnya ke sofa. Hari ini begitu melelahkan. Semua kejadian itu berjalan dengan sangat cepat. Tidak pernah ada dalam otaknya bayangan jika dia akan menjadi seorang pembunuh.

Aku seorang pembunuh, ya?

Yamada memandangi kedua tangannya. Tangan yang beberapa waktu lalu digunakannya untuk menggores leher wanita dewasa yang biasa ia tiduri.

"Brengsek!"

Tangan itu terkepal. Memukuli pahanya sekuat mungkin.

"Brengsek!" Kembali ia berteriak. "Kenapa aku harus jadi pembunuh?" Gumaman itu keluar begitu saja. Sangat lirih seakan ia tengah berbisik pada dirinya sendiri.

Kembali ia melihat kedua tangannya. Imajinasinya menuntun Yamada melihat tetesan darah di tangannya. Kedua tangan itu gemetaran. Ia ketakutan.

Brak!

Pintu kamar mandi ia buka tak sabaran. Melucuti dan meletakkan seluruh pakaiannya ke dalam mesin cuci. Tak lupa ia menuangkan begitu banyak detergen. Matanya kembali melihat air yang mengalir bening seolah tampak merah darah. Tubuhnya bergetar. Matanya membuat bayangan-bayangan tak masuk akal.

"Jangan dekat-dekat!" Teriaknya di pojok kamar mandi.

Biasanya kau langsung memakanku. Kau kan sudah siap.

Bayangan Kei一wanita yang dibunuhnya一 seolah mendekatinya. Dengan leher penuh darah, muka pucat pasi dan tatapan lurus mematikan.

"Pergi kau!" Yamada melempari bayangan itu dengan apapun yang bisa ia gapai.

Ayolah, kita sudah sama-sama bertelanjang. Lakukan seperti biasa.

"Pergi! Jangan dekat-dekat!" Yamada menutup erat matanya. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan untuk melindungi diri.

Napas memburu dengan tubuh yang bergetar hebat. Bukan seorang Yamada Ryosuke yang dikenal orang-orang. Kondisi yang sangat memalukan.

Mata itu kembali terbuka. Tidak ada siapa-siapa. Ia mengatur ritme napas yang tak beraturan. Menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya. Menggosok seluruh bagian agar bisa melunturkan percikan-percikan darah yang menempel padanya.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja."

~♥~

Pagi itu Yamada terbangun agak lama. Pikiran yang awut-awutan semalaman membuat waktu tidurnya terganggu beberapa jam.

Aku masih bebas? Apa aku masih bisa bebas? Tanyanya dalam hati.

Seharusnya ia sudah tenang. Semua bukti telah hilang. Tidak ada yang tahu jika dia adalah seorang pembunuh, kecuali Yuya.

Berita. Aku harus mengeceknya. Kei-san harus diberitakan mati dengan motif bunuh diri.

Jangan bertanya. Dia bahkan tak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Ia takut jika apato-nya telah disadap.

Smartphone pemberian Kei ia genggam begitu erat. Dengan gusar jarinya mulai mengetik. Dan tak lama, menghapus ketikan itu.

Berita apa yang harus aku ketik? Tidak mungkin mencari dengan kata kunci bunuh diri. Pembunuhan? Tidak, itu bukan ide yang bagus.

Beberapa kali mengetik beberapa kata dan menghapusnya. Yamada mulai geram. Ia mengacak kasar rambutnya.

Mencari berita kematiannya hari ini saja begitu sulit. Ia tertegun sejenak. Berita hari ini.

Jarinya dengan lihai mengetik tiga kata sederhana. Me-scroll layar sentuh smartphone sedikit demi sedikit dengan kecemasan yang sangat. Peluh membanjiri. Perutnya terasa mulas dan jantungnya berdetak tak karuan.

Nihil.

Tak ada berita.

Satu-satunya cara yang tersisa adalah televisi. Tapi masih belum waktu penayangan berita. Ia harus menunggu hingga siang.

Sial! Itu terlalu lama! Apa mungkin, si pak tua itu belum memulai aktingnya? Yamada semakin tak karuan. Pikiran negatif terus membayangi isi otaknya.

Yamada tanpa sadar terus memperhatikan jam dinding. Ia merasa jika detik waktu itu tak berjalan sedikitpun. Sangat lama. Padahal ia hanya butuh waktu tiga jam untuk menunggu pukul 12.00 di mana siaran berita siang ditayangkan.

Ia tertidur. Rasa lelahnya menguasai.

Next>>


Holla!!

Up cepet, hehe.

Jadwal update akan diperbaharui!!

Yang semula bakal di-update 10 hari sekali, bakal aku cepetin jadi 2 kali seminggu.

Gimana?

Setuju ga?

Aku ga nyangka bakal ada yang minat sama ff gaje ini. Hihi.

Tetep tungguin ya.

..akasaki..

SHADOW [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang