"K-kau?"
Yamada semakin panik. Permainan yang ia ciptakan justru menyeretnya dalam masalah. Ia tidak mau kebebasannya terampas. Pekerjaan pun belum didapat, ia belum merasakan bagaimana kerasnya dunia kerja yang selalu ia damba.
"Tenanglah, aku akan membantumu." Mata Yamada membulat. Ia tak salah dengar bukan?
"Lagian wanita murahan sepertinya hanya membuatku pusing." Yuya tersenyum ringan. Seolah tak ada maksud tersembunyi dalam senyuman itu.
"Aku tidak salah dengar?" Celetuk Yamada dengan polosnya.
"Rumah ini tidak ada cctv, penjagaannya sangat minim juga, dinding ini aku rancang kedap suara. Tidak akan bisa menyediakan cukup bukti jika kita bermain dengan rapi. Apalagi ini tengah malam." Yamada masih mengamati gerak-gerik Yuya. Bagaimana mungkin dia bisa setenang ini berhadapan dengan seorang pembunuh dan korbannya?
Yuya membuka lemarinya. Mengelurakan sebuah kotak P3K.
"Pakailah!" Sepasang sarung tangan latex diserahkan Yuya pada Yamada.
"Potong kukunya, lalu bersihkan dengan ini." Lagi, Yuya memerintah.
"Apa ini?"
"Lakukan dan jangan banyak tanya! Waktu kita tidak banyak."
Yamada menurut. Satu persatu kuku di jari lentik Kei dipotonginya. Napas lemah yang masih terasa kini benar-benar menghilang seutuhnya. Tubuhnya mulai memucat.
Tangan Yamada bergetar ketika menyentuh jari-jari dingin milik Kei. Mengusap dengan cairan berbau yang diberi Yuya.
"Usap juga bagian yang mengenaimu. Pecahan vas yang kau gunakan." Perintah Yuya yang kini sibuk membersihkan sidik jari Yamada.
Hanya butuh waktu satu jam bagi mereka berdua menyelesaikan pekerjaannya. Sangat rapi. Jejak kaki dan sidik jari sekali pun tidak akan terdeteksi. Berita esok hari sudah bisa dipastikan. Jika ini adalah peristiwa bunuh diri. Yuya hanya tinggal berakting menangis meratapi kepergian istri kesayangannya.
Yamada dan Yuya sudah berada di belakang pelataran rumah. Melepasi sarung tangan dan plastik yang membungkus sepatu mereka. Memasukkannya dalam sebuah kotak yang sudah disiapkan. Tempatnya tersamarkan oleh pohon maple besar yang tumbuh subur.
"Bagaimana kau memiliki semua perlengakapan ini? Dan darimana kau mengetahui cara-cara ini?" Selidik Yamada.
"Pakai ini." Yuya melempar sebuah kotak berbungkus rapi. Kotak itu berisi parfume.
"Parfume?"
"Untuk membingungkan hidung anjing pelacak jika nanti kasus ini dianggap sebagai pembunuhan. Tapi tidak mungkin. Permainan kita sangat rapi." Yuya tersenyum setelah meletakkan kembali parfum itu pada kotak.
"Pulanglah. Dan jangan kabur dariku. Aku adalah kunci pembunuhan yang kau lakukan."
"Kau sudah menghapus semua bukti. Untuk apa aku takut?"
"Naif sekali. Aku bisa menghapus, tentu aku bisa membuatnya. Dan aku tidak pernah berbohong atas ucapanku."
Mata Yuya mengintimidasi. Kejujuran yang tajam menusuk Yamada. Hidupnya kini berada di tangan suami pacarnya? Ini karma! Tapi, sepertinya ini jalan yang telah ditakdirkan untuknya.
Sepertinya aku harus belajar banyak dari pak tua ini."Baik, aku akan menurut. Tapi ceritakan kenapa kau memiliki ini semua."
Yamada segera berlari menuju jalur yang telah diberi oleh Yuya. Jalur rahasia katanya agar bisa kembali ke jalan utama tanpa diketahui oleh siapapun. Kecurigaan Yamada jelas semakin bertambah. Apa yang direncanakan atau apa yang terjadi hingga semua tampak begitu sempurna untuk kasus pembunuhan.
Di sisi lain, Yuya hanya tersenyum miring. Menjebak atau terjebak. Itulah dunianya saat ini. Kekacauan yang mulai nampak sedikit demi sedikit. Menyeret orang lain turut serta menjadi pemeran dan beradu akting dalam skenarionya. Jika berhasil, dialah sutradaranya. Dan jika gagal, dia adalah mangsa yang terperangkap jeratnya sendiri. Hanya waktu yang bisa menjawab.
Next>>>
Ternyata aku sudah selesai lanjutinnya. Baca komentar kalian semua bikin semangat up. Makasih yang sudah kasih semangat dari vote dan komen. Kayanya kalo vote sama komen rame, aku bakal up cepet terus. Ga jadi 10 hari.
♥
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW [Lengkap]
Mystery / ThrillerBisakah aku kembali? Tidak bisa, ya? Ayo, lanjutkan permainan! --- Start : 2020.05.09 Happy reading♡