"Otsukaresama~"
Yamada membungkuk setelah jasa pengirim barang sudah mengangkut lemari pendingin berisi mayat itu pergi.
Tahan dulu rasa mengantukmu, Ryosuke. Seringaian tercetak di sudut bibir Yamada. Kali ini kau yang terlalu naif, Pak Tua.
Yamada sudah memfoto alamat lengkap yang menjadi tujuan dikirimnya lemari pendingin berisi mayat Keito. Kurang lebih hanya memakan waktu selama 45 menit dengan kereta cepat.
Rasa penasaran serta keinginan untuk melepaskan diri dari seorang bernama Takaki Yuya mendorong Yamada mendatangi alamat itu. Sebuah rumah kecil. Dan lagi-lagi di pinggiran kota yang sepi.
Yamada berkeliiling. Keadaannya cukup sepi dari luar. Pagar rumah itu cukup tinggi hingga Yamada tak bisa mengintip keadaan di dalamnya. Salahkan tinggi badannya yang tak seberapa.
"Apa sudah puas melihat-lihat, tuan Yamada?"
Yamada tersenyum kecut. Ternyata dia masih begitu bodoh hingga terperangkap begitu saja masuk ke dalam jebakan Yuya.
"Kau, masih saja naif. Berapa kali aku mengatakan kata naif sejak aku bertemu denganmu? Dan kau masih belum juga belajar."
"Kau.."
"Masuklah! Rumah itu tidak terkunci."
Yamada hanya diam. Ia tengah berpikir keras. Bagaimana jika ia kembali masuk ke dalam perangkap Yuya lagi kali ini.
"Hei, aku tidak sedang menjebakmu. Paket itu akan datang besok. Aku butuh bantuanmu besok." Jelas Yuya.
"Bantuan? Kau sudah menarikku jatuh dalam duniamu. Dan kau kini kembali meminta bantuan? Itu tidak gratis." Jawab Yamada.
"Aku sudah menyelamatkanmu saat itu." Yuya menatap tajam.
"Lalu? Aku menganggapnya impas dengan kejadian semalam." Yamada tak kalah tegas membalas.
"Baik, aku akan membawamu pergi dari kehidupan lamamu. Bagaimana?" Tawar Yuya.
Yamada masih diam. Ia masih berusaha memikirkan jalan terbaik. Jika ia tetap pada teguhnya, bisa saja kasus pembunuhannya akan terungkap. Jika ia berpindah memihak Yuya, dia mungkin bisa aman dalam beberapa waktu kedepan.
"Aku akan mencoba mempercayaimu."
"Keputusan tepat."
~♥~
Waktu menunjukkan pukul 12 siang. Lemari es itu sudah sampai. Mayat Keito juga sudah dipindahkan dalam mobil. Dibungkus dengan plastik besar dan masih dengan dry ice.
"Mau kemana kita? Kenapa harus susah-susah mengirimkan ke rumah ini terlebih dahulu?" Tanya Yamada penasaran.
"Di perbatasan kota ini, ada hutan yang cukup sepi. Kemungkinan besar, dekat dengan rumahnya. Bagus jika dia dikira mati gantung diri di atas pohon."
"Apa orang-orang akan mempercayainya?" Tanya Yamada.
"Lakukan saja dulu. Urusan ketahuan atau tidak, biar waktu yang membukanya."
"Kau? Ingin menjadikanku umpan?" Sedikit banyak otak Yamada telah terlatih untuk melihat satu persatu perangkap Yuya.
"Menjadi umpanku atau tidak, kau memang pelakunya. Bukan aku. Justru aku yang membantumu menutupi semua kejahatan yang kau lakukan." Jawab Yuya yang masih fokus dengan beberapa perkakasnya.
"Jadi itu tujuanmu?" Ucap Yamada geram.
Yuya hanya tersenyum tanpa memperhatikan Yamada.
Tetaplah seperti itu, Pak tua.
"Kau!"
Jleb! Srak!
"Akh! Ya-ma-da.." Sebuah pisau menancap dengan kuat di dada sebelah kiri Yuya. Posisinya yang tengah duduk dan fokus pada perkakas yang ia siapkan untuk menghapus jejak pembunuhan Keito sangat menguntungkan Yamada.
"Kau yang mengajariku agar tidak menjadi orang yang naif. Kau juga yang mengajariku untuk membersihkan semua ini. Terima kasih karena ilmu darimu sangat membantuku." Ucap Yamada kemudian menarik pisau itu.
Darah mengalir deras. Pakaian yang Yuya kenakan sudah basah dengan darah.
"Mengasingkan diri, lalu bunuh diri karena ditinggal mati istrinya. Bukan hal yang buruk."
~♥~
Cklak
Kriet
"Yuya-nii..."
Next >>
Korban selanjutnya XD
Sayonara Takaki Yuya :DMain tebak-tebakan yuk!
Tahukah kamu siapa tokoh yang menyapa "Yuya-nii" di akhir chapter ini?
.
.
.
.
..Akasaki..
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW [Lengkap]
Mystery / ThrillerBisakah aku kembali? Tidak bisa, ya? Ayo, lanjutkan permainan! --- Start : 2020.05.09 Happy reading♡