13

78 18 9
                                    

"Yee!!"

Yamada bersorak. Tangannya mengepal dan melayang ke udara. Kepalanya mendongak dengan senyum yang mengembang tanpa henti.

"Aku menang." Yamada menoleh ke arah Daiki yang berdiri menunduk. "Hei." Jari telunjuknya menusuk-nusuk pipi chubby lelaki manis di sebelahnya.

"Apa?"

"Kau sudah kalah sekian puluh kali dalam 7 hari ini. Perjanjian kita. Jangan lupa!"

"Aku akan mengalahkanmu. Besok kita kesini lagi."

"Baik. Tapi bayar kekalahanmu dulu. Cium aku!" Yamada menyodorkan pipinya sambil memejamkan mata.

"Tidak." Daiki bersikeras. Telapak tangannya menempel di pipi Yamada lalu mendorongnya agar lebih menjauh. Daiki malu. Bagaimana tidak? Ini tempat umum. Apa kata mereka yang melihat saat laki-laki mencium laki-laki juga?

Sederhana.

Mereka gay,

Dasar tidak tahu malu,

Menjijikkan.

Jangan sampai!

"Yasudah. Kalau begitu aku saja."

Chu

Yamada dengan cepatnya membelai pipi gembul Daiki dengan bibir tipisnya.

"Itu untuk kekalahanmu satu hari." Yamada menarik wajahnya. "Sisa enam kekalahan lagi akan kutagih di apato nanti."

"Baka! Semua orang melihat. Ini tempat umum." Daiki malu-malu cemberut.

Yamada tertawa. "Mereka tidak akan peduli." Ia menarik tangan Daiki dan menggenggamnya. "Selanjutnya, ke mana?"

Daiki menggeleng. "Aku tidak tahu lagi harus membawamu ke mana. Kota ini sangat kecil. Hanya itu tempat yang istimewa di sini. Selebihnya, sama saja." Tuturnya lemah.

"Pulang?" Usul Yamada. "Bayar enam kekalahanmu tadi." Godanya.

"Agresif. Aku ingin ke tempat ayahku. Kau berminat?"

"Penakut. Boleh juga. Sekalian, perkenalkan aku dengan calon mertua."

~♥~

Kedua lelaki bertubuh tak terlalu tinggi sudah duduk dengan santai. Terlihat tidak sopan ketika si pemilik tempat tinggal tak ada di dalamnya. Tapi mungkin masih bisa dimaklumi karena anak dari si pemilik merupakan salah satu dari mereka.

"Jadi, siapa ayahmu? Kau hanya menceritakan tentang orang tuamu yang bercerai." Tanya Yamada.

"Hanya lelaki tua ceroboh menyebalkan."

"Kau tahu, caramu menjawab seperti perempuan saja." Ledek Yamada.

"Aku laki-laki!"

Klek

"Kau sudah datang. Tunggu, siapa dia? Client?" Pria dengan postur tinggi menyembul dari balik pintu dan melihat Yamada.

"Kenalkan, dia Yamada Ryosuke. Dia.."

"Yamada Ryosuke desu. Pacar anak anda." Putus Yamada sembari mengulurkan tangannya.

"Yamada Ryosuke. Aku baru tahu jika memiliki anak dengan orientasi sex yang buruk." Jawabnya tanpa mengindahkan tangan Yamada.

"Ya begitulah. Semua ini juga tidak terlepas dari peranmu sebagai orang tua bukan?" Sinis Daiki. Yamada hanya terdiam menyaksikan interaksi itu.

"Baik. Kesalahanku sudah membuatmu seperti ini. Dan kau, Yamada-kun, ikut aku ke ruangan! Ada hal yang ingin aku tanyakan." Sorot tajam penuh intimidasi ditujukan untuk Yamada.

Yamada menoleh ke arah Daiki. Tanpa diperjelas, Daiki sudah paham. Daiki mengangguk sebagai persetujuan Yamada mengikuti keinginan ayahnya.

"Kau tunggu saja disini." Daiki mengangguk malas. Beginilah jika kedua rekan kerja itu sudah mengeluarkan sisi sebagai anggota keluarga.

~♥~

"Kau, Yamada Ryosuke?"

"Haik."

"Dimana kau tinggal?" Pertanyaan standar untuk orang tua yang khawatir tentang pasangan anak semata wayangnya.

"Kota sebelah. Tidak jauh dari sini. Sebenarnya aku dan Daiki satu SMA dulu. Tapi tiba-tiba Daiki menghilang dan aku--"

"Aku tidak bertanya tentang masa lalumu." Putusnya.

"Sumimasen." Yamada menunduk.

"Kau, sudah sejak kapan bersamanya?"

"Sejak kami SMA, hingga aku mendengar kabar ibunya bunuh diri dan--"

"Aku tidak menanyaimu kronologinya."

"Haik, sumimasen." Yamada membungkuk kembali.

"Apa dia akan menjadi korbanmu yang ke lima?"

"Haik?" Jantung Yamada berpacu. Telinganya tidak salah dengar bukan?

"Takaki Kei, Nakajima Keito, Takaki Yuya, Takaki Yuri. Apa aku salah menyebutkan urutan korbanmu?" Mata sipit itu melengkung. Senyuman tercetak di wajah pria itu.

"Apakah selanjutnya adalah Arioka Daiki? Sebenarnya, marganya adalah Yabu. Tapi karena perceraian itu, dia berganti marga."

"Ya..bu?" Jika tak salah dengar, Yabu adalah..

"Aku detektif yang bekerjasama dengan kepolisian untuk menangani kasus akibat ulahmu."

"Kau?!!"

Next>>>

Yah.. begitulah
Hehehe
.
.
.
..AkaSaki..

SHADOW [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang